Bersegera untuk Buka Puasa — Hadits Puasa #11
عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ: أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: لاَ يَزَالُ النَّاسُ بِخَيْرٍ مَا عَجَّلُوا الفِطْرَ
Dari Sahl bin Sa’ad, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Manusia akan senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan untuk berbuka.” (HR. Al-Bukhari No. X1957; HR. Muslim no. 1098)
Hadits ini menunjukkan sebuah adab dari adab buka puasa atau ifthar. Yakni bersegera untuk buka puasa jika telah masuk waktunya yang ditandai dengan tenggelamnya matahari di ufuk Barat. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menginformasikan adanya kebaikan yang banyak pada waktu tersebut.
Selain mendapatkan kebaikan yang banyak, bersegera untuk buka puasa juga merupakan satu bentuk mengikuti petunjuk Nabi dan mengamalkan sunnahnya. Karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya juga bersegera untuk buka puasa.
Baca juga: Makan atau Minum Karena Lupa Saat Puasa — Hadits Puasa #9
Abdullah bin Abi Aufa radhiyallahu ‘anhu berkata,
كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ وَهُوَ صَائِمٌ، فَلَمَّا غَرَبَتِ الشَّمْسُ قَالَ لِبَعْضِ القَوْمِ:
يَا فُلاَنُ قُمْ فَاجْدَحْ لَنَا،
فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ لَوْ أَمْسَيْتَ؟
قَالَ: انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا
قَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَلَوْ أَمْسَيْتَ؟
قَالَ: انْزِلْ، فَاجْدَحْ لَنَا،
قَالَ: إِنَّ عَلَيْكَ نَهَارًا،
قَالَ: انْزِلْ فَاجْدَحْ لَنَا،
فَنَزَلَ فَجَدَحَ لَهُمْ، فَشَرِبَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، ثُمَّ قَالَ: إِذَا رَأَيْتُمُ اللَّيْلَ قَدْ أَقْبَلَ مِنْ هَا هُنَا، فَقَدْ أَفْطَرَ الصَّائِمُ
Kami pernah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam suatu perjalanan dan Beliau berpuasa. Ketika matahari terbenam, Beliau berkata kepada sebagian rombongan,
“Wahai fulan, bangun dan siapkanlah minuman buat kami.”
Orang yang disuruh itu berkata, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga sore.”
Beliau berkata, “Turunlah dan siapkan minuman buat kami.”
Orang itu berkata lagi, “Wahai Rasulullah, bagaimana jika kita menunggu hingga sore.”
Beliau berkata, lagi, “Turunlah dan siapkan minuman buat kami.”
Orang itu berkata lagi, “Sekarang masih siang.”
Beliau kembali berkata, “Turunlah dan siapkan minuman buat kami.”
Maka orang itu turun lalu menyiapkan minuman buat mereka. Setelah minum lalu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, “Apabila kalian telah melihat malam sudah datang dari arah sana maka orang yang puasa sudah boleh berbuka.” (HR. Al-Bukhari No. 1954; HR. Muslim No. 1101)
Baca juga: Semangat Sedekah di Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #8
Bahkan, bersegera untuk buka puasa juga termasuk bagian dari akhlak para Nabi, sebagaimana diungkapkan oleh Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu,
ثَلَاثٌ مِنْ أَخْلَاقِ النُّبُوَّةِ: تَعْجِيلُ الْإِفْطَارِ وَتَأْخِيرُ السُّحُورِ وَوَضْعُ الْيَمِينِ عَلَى الشِّمَالِ فِي الصَّلَاةِ
“Tiga hal yang menjadi ciri khas akhlak para Nabi; bersegera untuk buka puasa, mengakhirkan sahur, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri ketika shalat.” (HR. Ath-Thabarani dalam Al-Kabir, sebagaimana disebutkan dalam kitab Majma’ az-Zawaid, 2/105)
Dalam anjuran bersegera untuk buka puasa tersimpan hikmah adanya berbagai kemudahan bagi manusia dan sikap menjauhi ghuluw (berlebihan) dalam mengamalkan agama.
Bersegera untuk buka puasa merupakan adab yang dicontohkan oleh generasi terbaik dari umat ini, yakni para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Imam al-Bukhari mencontohkan,
وَأَفْطَرَ أَبُو سَعِيدٍ الْخُدْرِيُّ حِينَ غَابَ قُرْصُ الشَّمْسِ
“Abu Said al-Khudri berbuka puasa ketika lingkar matahari telah hilang.” (Fath al-Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani, 4/196)
Baca juga: Doa Buka Puasa yang Dalilnya Shahih itu Lafalnya Seperti Apa?
Amru bin Maimun al-Awadi rahimahullah berkata,
كَانَ أَصْحَابُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَ النَّاسِ إِفْطَارًا وَأَبْطَأَهُ سُحُورًا
“Para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling bersegera buka puasanya dan paling akhir sahurnya.” (HR. Abdurrazaq ash-Shan’ani, Al-Mushannaf, No. 7591)
Barang siapa yang berbuka karena menduga matahari telah tenggelam padahal ternyata belum tenggelam, maka puasanya tetap sah. Ia mendapat uzur atas kekeliruan dugaannya tersebut. Namun ia tetap dituntut untuk menahan diri kembali dari makan dan minum hingga matahari benar-benar telah tenggelam.
Hukum ini disimpulkan berdasarkan kias terhadap orang yang makan atau minum karena lupa saat puasa. Orang yang lupa dan orang yang keliru mendapatkan perlakuan hukum syar’i yang sama. Sebagaimana firman Allah ‘azza wajalla,
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَآ اِنْ نَّسِيْنَآ اَوْ اَخْطَأْنَا
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami melakukan kesalahan.” (QS. Al-Baqarah: 286)
Baca juga: Keutamaan Sahur bagi Orang yang Ingin Puasa — Hadits Puasa #10
Selain itu, hendaknya orang yang puasa benar-benar memanfaatkan waktu senggang sesaat menjelang buka puasa untuk berdoa dengan doa yang paling disukai. Karena dirinya pada waktu tersebut memiliki kesempatan untuk terkabulkan doanya.
عن أبي هريرة رضي الله عنه قال: قال رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ثَلاَثٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ، الإِمَامُ العَادِلُ، وَالصَّائِمُ حِينَ يُفْطِرُ، وَدَعْوَةُ الْمَظْلُومِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ada tiga orang yang tidak ditolak doanya; seorang imam yang adil, orang yang puasa ketika ia berbuka, dan doa orang yang terzalimi.” (HR. At-Tirmidzi No. 2526. Hadits ini shahih)
Kemudian dalam riwayat lain disebutkan,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنَ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، يَقُولُ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِنَّ لِلصَّائِمِ عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
Dari Abdullah bin Amru bin al-‘Ash, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya orang puasa itu ketika berbukanya memiliki doa yang tidak tertolak.”
قَالَ ابْنُ أَبِي مُلَيْكَةَ: سَمِعْتُ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَمْرٍو، يَقُولُ إِذَا أَفْطَرَ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْأَلُكَ بِرَحْمَتِكَ الَّتِي وَسِعَتْ كُلَّ شَيْءٍ أَنْ تَغْفِرَ لِي
Ibnu Abi Mulaikah berkata, aku pernah mendengar Abdullah bin Amru melantunkan doa ketika buka puasa, “Allahumma inni as-aluka bi rahmatika allati wasi’at kulla syai-in an taghfira li (Ya Allah, sesungguhnya aku meminta dengan rahmat-Mu yang meliputi segala sesuatu, agar Engkau mengampuniku).” (HR. Ibnu Majah no. 1753; HR. Al-Hakim, 1/422; HR. Ibnu Sinni No. 481. Al-Bushairi mengatakan, “Riwayat ini sanadnya shahih.” Sementara al-Mundziri dan al-Albani menyatakan dha’if.)
Baca juga: Asal-Usul Istilah Ramadhan dalam Kalender Qamariyah
Doa buka puasa yang dianjurkan untuk dibaca di antaranya doa yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhuma,
ذَهَبَ الظَّمَأُ وَابْتَلَّتِ الْعُرُوقُ، وَثَبَتَ الْأَجْرُ إِنْ شَاءَ اللَّهُ
“Telah hilang rasa haus, telah basah kerongkongan, dan telah diraih pahala insyaallah.” (HR. Abu Daud No. 2357; HR. Al-Baihaqi, 4/329; HR. Al-Hakim, 1/422; HR. Ibnu Sinni No. 478; HR. Ad-Daruquthni, 2/185. Hadits ini sanadnya hasan) wallahu a’lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]
اَللَّهُمَّ ارْزُقْنَا عِلْمًا نَافِعًا، وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً، وَرِزْقًا طَيِّبًا، اَللَّهُمَّ أَجِبْ دُعَاءَنَا، وَحَقِّقْ رَجَاءَنَا، وَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ.
Ya Allah, karuniai kami ilmu yang bermanfaat, amalan yang diterima, dan rezeki yang baik. Ya Allah, ijabahi doa kami, wujudkanlah harapan kami, ampuni dosa kami, dosa kedua orang tua kami, dan dosa kaum muslimin.
Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam
Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Penerjemah: Sodiq Fajar