Daftar Isi
Siapa sih yang tidak ingin selamat dari berbagai macam gangguan dan mara bahaya? Tentu semua menginginkannya. Namun, sebagai seorang muslim yang telah mengikrarkan diri beriman kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan rasul-Nya, terkadang masih merasa kebingungan bagaimana cara memahami dan mendapatkan jaminan keselamatan tersebut.
Salah satu sifat Allah ‘Azza wa Jalla adalah as-Salam, Yang Maha Memberi Keselamatan. Sifat Allah ‘Azza wa Jalla ini bisa ditemukan dalam firman-Nya,
هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ
“Dialah Allah Yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, Yang Maha Suci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Memelihara, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuasa, Yang Memiliki segala Keagungan, Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. Al-Hasyr: 23)
Dalam sebuah hadits shahih disebutkan, bahwa tiap kali selesai shalat, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu membaca,
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
“Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Keselamatan) dan darimulah keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Sang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).” (HR. Muslim: 591)
Allah ‘Azza wa Jalla adalah as-Salam, karena Dia adalah sempurna, baik secara Zat, sifat, dan tindakan. Zat yang terhindar dari setiap kekurangan, cacat, dan hal-hal yang menjatuhkan nilai-Nya. Itu maknanya Allah ‘Azza wa Jalla terhindar dari keserupaan dengan makhluk-Nya.
Ibnul Qayyim mengatakan dalam kitab Nuuniyyah, “Dia adalah Zat Yang Maha Terhindar secara substansi, yang terhindar dari setiap penyerupaan meupun kekurangan.”
Baca juga: Empat Penyebab Utama Suul Khatimah
Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar menunjukkan beberapa cara bagaimana seorang hamba meyakinkan dirinya tentang keselamatan. (Al-Asma’ al-Husna, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, 60-63)
Pertama, Keselamatan itu dari Allah
Seorang hamba harus paham bahwa keselamatan itu asalnya dari Allah ‘Azza wa Jalla semata. Sehingga, bagi seorang hamba yang menginginkan keselamatan, mestinya ia meminta dan memohon keselamatan hanya kepada Allah ‘Azza wa Jalla saja. Sebagaimana yang dibiasakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tiap usai shalat, beliau selalu membaca doa memohon keselamatan,
اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلَامُ، وَمِنْكَ السَّلَامُ، تَبَارَكْتَ ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ
“Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Keselamatan) dan darimulah keselamatan, Maha Suci Engkau wahai Sang Pemilik Keagungan dan Kemuliaan).” (HR. Muslim: 591)
Kedua, Keselamatan Hanya untuk Orang Mukmin
Seorang hamba harus memahami bahwa keselamatan itu tidak diperuntukkan bagi orang-orang kafir maupun musyrik. Hanya orang mukmin lah yang bisa mendapatkan dan memasuki tempat keselamatan. Dan seagung-agung keselamatan bagi hamba Allah ‘Azza wa Jalla itu berupa Jannah.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman sebagai seruan kepada orang beriman yang diberi keselamatan di akhirat,
سَلَامٌ قَوْلًا مِنْ رَبٍّ رَحِيمٍ
“(Kepada mereka dikatakan): ‘Salam’, sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang.” (QS. Yasin: 58)
Bahkan, para malaikat pun juga ikut memberikan salam atas keselamatan orang-orang beriman di akhirat.
جَنَّاتُ عَدْنٍ يَدْخُلُونَهَا وَمَنْ صَلَحَ مِنْ آبَائِهِمْ وَأَزْوَاجِهِمْ وَذُرِّيَّاتِهِمْ ۖ وَالْمَلَائِكَةُ يَدْخُلُونَ عَلَيْهِمْ مِنْ كُلِّ بَابٍ
“(yaitu) surga ‘Adn yang mereka masuk ke dalamnya bersama-sama dengan orang-orang yang saleh dari bapak-bapaknya, isteri-isterinya dan anak cucunya, sedang malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu.” (QS. Ar-Ra’d: 23)
سَلَامٌ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ ۚ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ
“(sambil mengucapkan): ‘Salamun ‘alaikum bima shabartum’. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu.” (QS. Ar-Ra’d: 24)
Baca juga: Trend Mengikuti Tradisi Non Muslim: Pintu Kehancuran Generasi Islam
Ketiga, Dunia Bukan Tempat Keselamatan
Seorang hamba harus memahami bahwa dunia itu sebenarnya bukanlah tempat keselamatan. Dunia adalah tempat ujian yang berbagai hiasan kenikmatannya tidak murni. Ketenangannya selalu ada gangguan. Kebaikan-kebaikannya hanya bisa diraih dengan susah payah.
Hanya saja, ada kenikmatan yang lain yang bisa diraih orang mukmin yang mendapat petunjuk, yang telah mengenal Allah ‘Azza wa Jalla, yang telah mengikuti jalan-Nya, di dunia. Kenikmatan itu adalah ketenangan hati saat berzikir, kemanisan dalam keimanannya, dan kenikmatan saat bermunajat kepada-Nya.
Para hamba Allah ‘Azza wa Jalla yang telah meyakini bahwa Ubudiyah/penghambaan hanya untuk-Nya, mengira bahwa mereka telah mendapatkan kenikmatan seperti yang dirasakan para penghuni Jannah. Mereka juga mengira bahwa ketika para raja itu mengetahui kenikmatan yang mereka dapatkan akan merebutnya dengan paksa.
Keempat, Khilafah Sebagai Perantara Keselamatan
Para hamba Allah ‘Azza wa Jalla harus memahami bahwa Allah ‘Azza wa Jalla telah memerintahkan orang-orang mukmin agar membentuk dan mendirikan sebuah tatanan masyarakat yang Islami dalam rangka untuk memberlakukan syariat-Nya, untuk menegakkan hukun-Nya.
Hal mana tatanan masyarakat itu akan dipimpin oleh seorang khalifah yang muslim dan taat. Sehingga setiap hamba Allah ‘Azza wa Jalla yang berada dalam kepemimpinannya mendapatkan perlindungan jiwa, harta, keluarga, dan kehormatan.
Baca juga: Penyesatan Opini, Pekerjaan Iblis Sejak Nabi Adam
Tatanan masyarakat yang yang bersaksi bahwa tiada Ilah yang haq disembah dan diibadahi kecuali hanya Allah ‘Azza wa Jalla saja, dan Muhammad adalah rasul dan utusan-Nya. Tatanan masyarakat yang mendirikan shalat, melaksanakan shaum di bulan ramadhan, dan menunaikan haji ke baitullah.
Tatanan masyarakat yang tidak melanggar batasan-batasan yang telah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla.
Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar mengatakan, “Semakin kuat kaum muslimin mengikuti ketentuan Allah, maka akan semakin besar peluang untuk mendapat keselamatan.” (Al-Asma’ al-Husna, Dr. Umar Sulaiman al-Asyqar, 63)
Ketika seorang hamba telah yakin akan keselamatan yang hakiki, ia akan lebih semangat lagi dalam menegakkan sendi-sendi Islam, menerapakan syariat-Nya, memperjuangkan agama-Nya, hingga ia benar-benar berada dalam keselamatan yang hakiki di akhirat kelak. Wallahu a’lam (M. Shodiq/dakwah.id)