dakwahid, materi khutbah jumat: jadilah mujahid penakhluk hawa nafsu

Materi Khutbah Jumat: Jadilah Mujahid Penakluk Hawa Nafsu

Terakhir diperbarui pada · 1,140 views

 JADILAH MUJAHID PENAKHLUK HAWA NAFSU

Oleh: M. Shodiq

Download file PDF materi khutbah Jumat DI SINI

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

Pertama, kami wasiatkan kepada diri kami dan juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah ‘azza wajalla. Hanya dengan iman dan takwa yang tertancap kuat dalam diri, kita mendapat jaminan yang pasti atas kebahagiaan di dunia dan tempat terbaik di akhirat.

Iman dan takwa yang ada pada diri kita ini harus selalu kita syukuri. Cara mensyukurinya dengan selalu merawat keduanya secara terus-menerus hingga ajal menjemput. Baik iman dan takwa yang berupa amalan hati, ataupun iman dan takwa yang berupa amalan anggota badan.

Kita pertahankan iman dan takwa kita dari segala bentuk serangan-serangan yang melemahkannya. Kita pupuk dan kita sirami terus iman dan takwa kita dengan sepenuh kemampuan dengan memperdalam pemahaman kita terhadap ilmu-ilmu Islam yang sempurna ini.

Jiwa manusia adalah jiwa yang lemah. Jiwa manusia tidak pernah lepas dari intaian Iblis yang telah mengikrarkan diri sebagai musuh manusia. Maka, jangan pernah kita merasa aman dari serangan musuh utama kaum beriman ini.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Iblis menjalankan proyek penyesatan sudah sejak zaman nabi Adam. Bayangkan berapa ratus juta strategi yang telah diaplikasikan Iblis dalam menyesatkan manusia jika dikalkulasi sejak dari zaman nabi Adam hingga zaman kita saat ini.

Sedangkan kita, sudah berapa banyak strategi yang kita kuasai untuk memproteksi diri dari serangan penyesatan Iblis? Barangkali inilah salah satu hikmah mengapa dalam Islam terdapat syariat Jihad.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ

Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya.” (QS. Al-Hajj: 78)

Ini adalah perintah kepada kaum muslimin secara umum untuk berjihad. Setiap muslim memikul kewajiban ini sesuai dengan kadar kemampuan masing-masing. Allah ‘azza wajalla memerintahkan umat Islam untuk berjihad dengan sebenar-benarnya jihad sebagaimana Allah ‘azza wajalla memerintahkan umat Islam untuk bertakwa dengan sebenar-benarnya takwa.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Jihad memiliki empat tingkatan;

Pertama, Jihadun Nafsi; jihad memerangi hawa nafsu.

Kedua, Jihadusy Syaithan; jihad memerangi setan.

Ketiga, Jihadul Kuffar; jihad memerangi orang kafir.

Kelima, Jihadul Munafiqin; Jihad memerangi orang munafik.

 

Dari keempat tingkatan tersebut, jihadun nafsi, jihad memerangi hawa nafsu menempati posisi paling pertama.

Seorang hamba yang belum mampu memerangi pengaruh hawa nafsu yang ada pada dirinya, baik dengan melazimi berbagai amalan ketaatan dan menjauhi berbagai amalan yang dilarang syariat, maka tidak mungkin ia akan mampu memerangi musuh eksternal yang ada di luar dirinya.

Tidak mungkin ia akan melakukan jihad memerangi musuh yang ada di luar sementara dalam dirinya masih ada musuh yang belum ditaklukkan.

Oleh sebab itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

المجاهدُ مَنْ جاهدَ نفسَه في طاعةِ الله، والمهاجرُ مَنْ هَجَرَ ما نهى الله عنه

Mujahid itu adalah orang yang sungguh-sungguh (memerangi) hawa nafsunya untuk taat kepada Allah. Muhajir adalah orang yang berhijrah meninggalkan segala yang dilarang oleh Allah.” (HR. Ahmad No. 23958; HR. Ibnu Hibban No. 4862; HR. Ath-Thabarani No. 796; HR. Al-Hakim No. 24)

Ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang menyampaikan khutbah Hajat, beliau bersabda,

نَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

Kami berlindung dari keburukan hawa nafsu kami dan kejelekan perbuatan kami.”

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Hawa nafsu itu akan selalu menyeru kepada kesesatan dan selalu mengutamakan kehidupan duniawi. Sementara Allah ‘azza wajalla selalu menyeru para hamba-Nya untuk selalu takut kepada-Nya dan melarang jiwa dari jeratan hawa nafsunya.

Di antara para hamba-hamba Allah ‘azza wajalla tersebut ada yang memenuhi rayuan hawa nafsunya sehingga ia menjadi tersesat dan hancur, sementara sebagian lain ada yang memenuhi seruan Rabbnya sehingga ia menang dari segala bentuk jebakan kesesatan.

Hawa nafsu itu akan senantiasa menggiring pemilik raganya untuk bersikap kikir dan pelit untuk berinfak di jalan Allah ‘azza wajalla, sementara Allah ‘azza wajalla senantiasa menyeru hamba-Nya untuk berinfak di jalan-Nya.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

فَاتَّقُوا اللَّهَ مَا اسْتَطَعْتُمْ وَاسْمَعُوا وَأَطِيعُوا وَأَنْفِقُوا خَيْرًا لِأَنْفُسِكُمْ ۗ وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Maka bertakwalah kamu kepada Allah menurut kesanggupanmu dan dengarlah serta taatlah dan nafkahkanlah nafkah yang baik untuk dirimu. Dan barangsiapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, maka mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. At-Taghabun: 16)

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Hawa nafsu juga selalu mengelabui manusia untuk melakukan pemborosan, foya-foya, dan berlebihan dalam segala hal. Hawa nafsu sangat tidak menyukai sifat kepedulian terhadap fakir miskin dan orang yang meminta-minta.

Hawa nafsu selalu menyeru kepada keburukan dan perbuatan keji, hawa nafsu juga sesekali menumbuhkan perasaan pedih dan hancur setelah melakukan perbuatan keji, hawa nafsu juga sesekali menjadi tenang dan terkendali.

Dan ketika hawa nafsu terkendali itulah ciri hawa nafsu yang telah tunduk tan taat kepada Allah ‘azza wajalla dengan perasaan cinta dan selalu berzikir mengingat-Nya.

Maka, berjihad melawan hawa nafsu adalah bentuk jihad untuk bermuhasabah dan menentang segala bentuk keburukan hawa nafsu.

Di dalam sebuah hadits disebutkan,

الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ

Orang yang cerdas adalah orang yang mampu menaklukkan hawa nafsunya dan berbuat untuk (kepentingan) setelah kematiannya, sedangkan orang yang bodoh adalah orang jiwanya mengikuti hawa nafsunya dan berangan angan kepada Allah ‘azza wajalla.” (HR. At-Tirmizi No. 2383)

Makna dari daana nafsahu adalah mengevaluasinya, menaklukannya..

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu berkata,

حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا وَتَزَيَّنُوا لِلْعَرْضِ الْأَكْبَرِ وَإِنَّمَا يَخِفُّ الْحِسَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى مَنْ حَاسَبَ نَفْسَهُ فِي الدُّنْيَا

Hisablah (hitunglah) diri kalian sebelum kalian dihitung dan persiapkanlah untuk hari semua dihadapkan (kepada Rabb Yang Maha Agung), hisab (perhitungan) akan ringan pada hari kiamat bagi orang yang selalu menghisab dirinya ketika di dunia.”

Maimun bin Mihran mengatakan,

لَا يَكُونُ الْعَبْدُ تَقِيًّا حَتَّى يُحَاسِبَ نَفْسَهُ كَمَا يُحَاسِبُ شَرِيكَهُ مِنْ أَيْنَ مَطْعَمُهُ وَمَلْبَسُهُ

Seorang hamba tidak akan bertakwa hingga dia menghisab dirinya sebagaimana dia menghisab temannya dari mana dia mendapatkan makan dan pakaiannya.”

 

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu pernah menulis pesan kepada sebagian pekerjanya, “Introspeksilah diri kalian mumpung masih waktu longgar sebelum datang waktu sulit. Karena sungguh, orang yang mengintrospeksi dirinya di waktu longgar sebelum datang waktu sulit, maka urusannya akan diliputi keridhaan, tapi orang yang menyia-nyiakan hidupnya dan disibukkan dengan hawa nafsunya, maka urusannya akan diliputi penyesalan dan kerugian.”

Maka, sudah selayaknya bagi setiap hamba yang berakal, beriman kepada Allah ‘azza wajalla dan hari Akhir untuk tidak lalai mengintrospeksi setiap gerakannya, diamnya, dan langkah kaki serta gerak tangannya.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

يَوْمَ تَجِدُ كُلُّ نَفْسٍ مَا عَمِلَتْ مِنْ خَيْرٍ مُحْضَرًا وَمَا عَمِلَتْ مِنْ سُوءٍ تَوَدُّ لَوْ أَنَّ بَيْنَهَا وَبَيْنَهُ أَمَدًا بَعِيدًا ۗ وَيُحَذِّرُكُمُ اللَّهُ نَفْسَهُ ۗ وَاللَّهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ

Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (di mukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh.” (QS. Ali Imran: 30)

Oleh karena itu, marilah kita mulai mengintrospeksi, mengevaluasi, dan menghisab diri kita masing-masing sebelum ajal menjemput. mari kita perangi hawa nafsu kita sehingga ia tunduk dan mau taat terhadap perintah-perintah Allah ‘azza wajalla serta menjauhi segala larangan-Nya.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Imam Ibnu Qayyim rahimahullah menjelaskan, jihadun nafsi, berjihad memerangi hawa nafsu itu terdiri dari empat tingkatan.

Tingkatan pertama, berjihad memerangi hawa nafsu dengan mempelajari ilmu-ilmu pintu hidayah dan ilmu kebenaran dimana tidak akan dijumpai suatu kemenangan dan kebahagiaan kecuali dengan bekal itu. Jika sampai kehilangan ilmu-ilmu itu, maka merugilah kita di dunia dan akhirat.

Tingkatan kedua, berjihad, bersungguh-sungguh untuk mengamalkan ilmu-ilmu kunci yang telah didapat tadi. Sebab, menguasai ilmu saja itu tidaklah cukup. Ilmu tanpa amalan itu jika tidak mengantarkan dirinya kepada kemudaratan, ilmu itu tidak akan memberikan manfaaat.

Tingkatan ketiga, berjihad menaklukkan hawa nafsu dan menggerakkannya untuk mendakwahkan dan mengajarkan ilmu yang telah didapat dan telah diamalkan. Sebab orang yang menyembunyikan ilmu yang telah diturunkan Allah ‘azza wajalla, maka itu tidak akan memberi manfaat dan tidak dapat menyelamatkannya dari azab Allah ‘azza wajalla.

Tingkatan keempat, berjihad menaklukkan hawa nafsu untuk senantiasa bersabar atas segala rintangan dan ujian yang dihadapi saat mendakwahkan ilmu tersebut.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Jika tingkatan-tingkatan tersebut berhasil dilalui dengan sempurna, maka kita berdoa semoga kita menjadi hamba-hamba Allah ‘azza wajalla yang rabbani.

Sebab para ulama salaf dahulu sepakat bahwa seorang yang berilmu tidak berhak disebut rabbani sampai ia benar-benar mengetahui al-Haq, kebenaran, kemudian mengamalkan dan mengajarkannya. Maka barangsiapa yang berilmu kemudian mengamalkan dan mengajarkannya ia akan selalu dikenang kemuliaannya di seluruh penjuru jagat langit.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah

Sesungguhnya hawa nafsu itu jika dituruti ia akan semakin liar dan buas, jika dibiarkan ia akan berbuat kerusakan dan kekejian, jika ia dipaksa dan dibawa untuk melaksanakan perintah-perintah Allah ‘azza wajalla maka ia akan menjadi baik.

Maka, berhati-hatilah terhadap setiap nafsu yang ada pada diri kita masing-masing. Mari mulai serius memperhatikan urusan agama kita. Mari kita tundukkan nafsu kita di hadapan Allah ‘azza wajalla.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

Pada khutbah yang kedua ini, kembali kami wasiatkan kepada diri kami dan juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah ‘azza wajalla.

Kemudian, hendaknya kita selalu waspada terhadap nafsu yang ada pada diri kita masing-masing yang sewaktu-waktu menggejolak tanpa terkendali.

Sudah menjadi karakter hawa nafsu untuk membenci sifat ketaatan. Hawa nafsu selalu menolak tuannya untuk melangkahkan kaki melaksanakan shalat, qiyamullail, dan shaum.

Hawa nafsu selalu menolak untuk diajak melangkah ke masjid memenuhi seruan azan. Hawa nafsu selalu menolak duduk di majelis-majelis ilmu. Hawa nafsu selalu menolak untuk melakukan amar makruf nahi munkar.

Hawa nafsu selalu menolak untuk diajak melakukan kebaikan sekecil apapun. Memang seperti itulah karakter hawa nafsu, mengajak kepada keburukan, dan hanya menyisakan penyesalan.

Allah ‘azza wajalla berfirman,

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216)

فَاعْبُدُوا مَا شِئْتُمْ مِنْ دُونِهِ ۗ قُلْ إِنَّ الْخَاسِرِينَ الَّذِينَ خَسِرُوا أَنْفُسَهُمْ وَأَهْلِيهِمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ أَلَا ذَٰلِكَ هُوَ الْخُسْرَانُ الْمُبِينُ

Maka sembahlah olehmu (hai orang-orang musyrik) apa yang kamu kehendaki selain Dia. Katakanlah, ‘Sesungguhnya orang-orang yang rugi ialah orang-orang yang merugikan diri mereka sendiri dan keluarganya pada hari kiamat’. Ingatlah yang demikian itu adalah kerugian yang nyata.” (QS. Az-Zumar: 15)

Maka, mari kita selalu berdoa kepada Allah ‘azza wajalla agar kita dimudahkan dalam menaklukkan hawa nafsu kita untuk kemudian tunduk dan patuh terhadap setiap perintah Allah ‘azza wajalla dan menjauhi setiap larangan-Nya, mengamalkan syariat-syariat-Nya tanpa memilah dan memilih berdasar kehendak hawa nafsu kita.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُجَاهِدِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ،

اللَّهُمَّ وَحِّدْ صُفُوْفَهُمْ وَسَدِّدْ رَمْيَهُمْ وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ وَاجْمَعْ كَلِمَاتِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ

اللَّهُمَّ أَفْرِغْ فِي قُلٌوْبِهِمْ صَبْرًا، يَا إِلَهَ الْحَقُ، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ

اللَّهُمَّ دَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ، اللَّهُمَّ مَزِّقْ صُفُوْفَهُمْ، وَشَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَفَرِّقْ جَمْعَهُمْ، وَمَزِّقْهُمْ كُلَّ مُمَزَّقٍ، يَا عَزِيْزُ ذُو انْتِقَامٍ

اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا الْمُسْتَضْعَفِيْنَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اللَّهُمَّ ارْحَمْ نِسَائَهُمْ وَصِبْيَانَ هُمْ، اللَّهُمَّ ارْحَمْ ضُعَفَاءَ هُمْ، اللَّهُمَّ دَاوِ جَرْحَهُمْ وَاشْفِ مَرْضَاهُمْ

رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

Download file PDF materi khutbah Jumat DI SINI

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading