Khutbah Idul Fitri
Waspada Fitnah Akhir Zaman
Ustadz Muttaqin, S.Pd.I, M.H.I
Direktur Lazis Haji Miskin, Da’i Muda Sumatera Barat
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، اَلرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنَ،
اَلْحَمْدُ للهِ الْكَرِيْمِ الْوَهَّابِ، اَلْحَمْدُ للهِ الرَّحِيْمِ التَّوَّابِ، اَلْحَمْدُ للهِ الْهَادِي إِلَى الصَّوَّابِ، مُزِيْلِ الشَّدَائِدِ وَكَاشِفِ الْمُصَابِ، اَلْحَمْدُ للهِ فَارِجِ الْهَمِّ، وَكَاشِفِ الْغَمِّ، مُجِيْبِ دَعْوَةِ الْمُضْطَرِّ، فَمَا سَأَلَهُ سَائِلٌ فَخَابَ أَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَإِنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَأَفْضَلُ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ َوكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ وَكُلَّ ضَلاَلَةٍ فِى النَّارِ
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الحَمْدُ
Kaum muslimin, jamaah shalat dan khutbah Idul Fitri yang dirahmati Allah
Segala puji bagi Allah, Rabb Semesta Alam, yang masih dan selalu memberikan rahmat, hidayat, dan nikmatnya kepada kita semua. Sehingga, sampai detik ini kita masih bisa melangkahkan kaki dan mengayunkan tangan kita untuk menuju mushalla ini dalam rangka untuk mengagungkan Allah, dengan mengucapkan takbir; Allahu Akbar, tahlil; la ilaha illallah dan tahmid; Alhamdulillah.
Kita harus selalu bersyukur kepada Allah Ta’ala. Karena tahun ini kita masih ditakdirkan Allah sebagai hamba-Nya yang diizinkan untuk melewati Ramadhan sampai sebulan penuh.
Shalawat dan salam semoga tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, panutan kita dalam hal apa pun.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Al-Bukhari No. 3688)
Jika kita cinta kepadanya dalam arti selalu mengikuti sunah-sunahnya, melaksanakan semua perintahnya, dan menjauhi yang dilarangnya, mudah-mudahan kita pun berharap agar dipertemukan oleh Allah dengan beliau nanti di hari kiamat kelak, insya Allah.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah..
Ketika matahari telah tenggelam kemarin sore, maka resmilah Ramadhan telah meninggalkan kita. Bulan yang di dalamnya setan dibelenggu. Bulan yang malamnya ada Lailatul Qadar, orang yang beribadah dimalam itu lebih baik dari pada ibadah selama seribu bulan.
Amalan yang ia lakukan dihitung full pahala 1×24 jam, yaitu 83 tahun 4 bulan. Bulan yang di dalamnya amalan dilipat gandakan. Bulan yang di dalamnya kaum muslimin ramai menuju masjid meski kadang hanya maksimalnya 10 malam pertama.
Malam yang malamnya banyak anak-anak, orang tua bertadarus di rumah maupun di masjid. Bulan yang malamnya kita bangun sebelum subuh untuk melaksanakan sahur.
Bulan yang siangnya ada yang bisa khatam tilawah al-Quran 10 hari satu kali khatam, bahkan ada yang satu hari 1 kali khatam. Bulan yang sore harinya sesama tetangga saling berbagi makanan untuk berbuka dalam rangka ingin mendapatkan pahala saudaranya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun.
Namun ternyata bulan itu telah meninggalkan kita. Ibarat tamu yang datang sekali setahun dengan membawa hadiah/buah tangan yang sangat banyak berlimpah, hari ini ia telah pergi meninggalkan kita.
Apakah ia akan datang tahun depan?
Ya, insya Allah ia akan hadir tahun depan. Namun yang jadi pertanyaan, apakah kita masih bisa bertemu dengannya? wallahu a’lam.
Waktu begitu cepat berlalu. Dalam hal cepatnya putaran waktu di akhir zaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ تَقُومُ السَّاعَةُ حَتَّى يَتَقَارَبَ الزَّمَانُ، فَتَكُونُ السَّنَةُ كَالشَّهْرِ، وَالشَّهْرُ كَالْجُمُعَةِ، وَتَكُونُ الْجُمُعَةُ كَالْيَوْمِ، وَيَكُونُ الْيَوْمُ كَالسَّاعَةِ، وَتَكُونُ السَّاعَةُ كَالضَّرَمَةِ بِالنَّارِ. (الترمذي)
“Kiamat belum terjadi sampai zaman terasa saling berdekatan. Sehingga satu tahun terasa seperti satu bulan. Satu bulan seperti satu pekan. Satu pekan seperti satu hari. Satu hari seperti satu jam. Dan satu jam seperti api yang membakar ujung ranting.” (HR. Tirmidzi No. 2332, hadits shahih)
Para ulama berbeda pendapat dalam memaknai hadis ini. Salah satu maknanya adalah dunia yang semakin terbuka dengan banyaknya tuntutan sehingga tidak terasa waktu begitu cepat berlalu.
Manusia sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga waktu pagi tidak terasa sudah sore, sore sudah pagi lagi.
Begitu juga Ramadhan tahun ini, seperti baru terasa beberapa waktu lalu Ramadhan 1439 H, namun hari ini Ramadhan sudah kita lalui 1440 H. Subhanallah, begitulah kondisi waktu akhir zaman.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
كَتَبَ اللَّهُ مَقَادِيرَ الْخَلَائِقِ قَبْلَ أَنْ يَخْلُقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِخَمْسِينَ أَلْفَ سَنَةٍ
“Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi.” (HR. Muslim No. 4797)
Jika umur kita Allah tetapkan 60 tahun, jika hari ini umur kita adalah 55 tahun. Masih ada waktu sekitar lima tahun lagi jatah yang Allah berikan untuk hidup beribadah dan mengabdi kepada-Nya.
Jika Allah berikan jatah umur kita 55 tahun, dan hari ini ternyata umur kita 54 tahun 11 bulan 30 hari maka hari inilah hari terakir bagi kita untuk beribadah kepada Allah di dunia.
Sungguh tidak bisa dipungkiri bahwa umur yang Allah berikan sudah sesuai dengan ketentuan Allah kepada hamba-Nya sebelum Ia menciptakan kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَعْمَارُ أُمَّتِي مَا بَيْنَ السِّتِّينَ إِلَى السَّبْعِينَ، وَأَقَلُّهُمْ مَنْ يَجُوزُ ذَلِكَ
“Usia umatku antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit antara mereka yang melebihi usia tersebut.” (HR. At-Tirmizi, dihasankan oleh al-Albani)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengabarkan kepada umatnya bahwa normalnya umur umat Nabi muhammad adalah 60 atau 70 tahun, dan tidak banyak yang melewati umur dari angka tersebut.
Bahkan jika kita perhatikan, hadits yang kita sebutkan di atas terkait tentang akhir zaman; waktu (zaman) terasa berdekatan, dan terasa cepat.
Pendapat ulama yang kedua, makna hadis itu adalah pendeknya usia manusia. Berarti semakin hari, semakin berjalannya waktu, umur umat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam semakin pendek. Ini terbukti di lapangan bahwa dulu orang tua kita umur mereka cukup panjang. Ada yang 70 tahun, 80 tahun. Sedangkan sat ini banyak manusia berumur 35, 40, 55 sudah banyak yang meninggal.
Dulu, orang terkena penyakit diabetes umur 60, struk 60 tahun, hari ini anak umur 18 tahun pun sudah ada yang terkena diabetes, umur 40 sudah ada yang terkena struk. Shadaqa Rasulullah..
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah
Mati tidak harus tua dulu. Mati tidak harus ada syarat sakit dulu. Yang pasti, jika sudah jatahnya, maka kita akan mati, baik ia muda atau masih balita akan mati jika ajalnya telah tiba. Dan Allah ‘azza wajalla pun tidak pernah memberikan informasi berapa jatah yang tersisa dari umur kita.
Karena falsafah kematian itu seperti kelapa, jika masih kecil, ia jatuh. Ketika sudah besar jadi kelapa muda, dia juga jatuh. Ketika kelapa itu tua, ia pun juga akan jatuh. Apalagi di akhir zaman ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
إِنَّ مِنْ أَمَارَاتِ السَّاعَةِ أَنْ يُظْهِرَ مَوْتُ الْفَجْأَةِ
“Sesungguhnya di antara tanda- tanda hari kiamat adalah merebaknya kematian yang mendadak.” (HR. At-Tabharani, dihasankan oleh al-albani)
Hari ini banyak kita perhatikan seseorang masih dalam keadaan sehat, segar bugar tidak memiliki keluhan apapun, namun tiba-tiba kita mendengar kabar kematiannya secara mendadak, akibat serangan jantung, atau kecelakaan, atau sebab lainnya.
Oleh karena itu, orang yang berakal hendaknya harus selalu siap menghadapi kematian dan bertemu dengan Allah.
Seorang penyair pernah mengatakan:
اِغْتَنِمْ فِي الْفَرَاغِ فَضْلَ رُكُوْعِ
فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ مَوْتُكَ بَغْتَةً
كَمْ مِنْ صَحِيْحٍ رَأَيْتُ مِنْ غَيْرِ سَقَمٍ
ذَهَبَتْ نَفْسُهُ الصَّحِيْحَةُ فَلْتَةً
Raihlah keutamaan rukuk diwaktu luang,
Siapa tahu kematianmu terjadi secara mendadak,
Berapa banyak orang yang sehat kulihat tanpa penyakit,
Jiwanya yang sehat melayang seketika.
(Nihayatu al-‘Alam, Syaikh al-‘Arifi, 94)
Maka dalam hal ini khatib mengajak kepada kaum muslimin untuk serius dalam hidup menjadikan visi misi hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah Ta’ala. Dan memang itulah tujuan Allah menciptakan kita.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzāriyāt: 56)
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah….
Ulama membagi tanda kiamat terbagi menjadi dua; tanda kiamat besar dan tanda kiamat kecil. Tanda kiamat kecil ada sekitar 131. Sedangkan tanda kiamat besar ada sekitar 10.
Jumlah ini disebutkan oleh syaikh Muhammad al-Arifi dalam kitabnya Nihayatul Alam. Dari jumlah 131 itu, ada sekitar 84 tanda yang sudah terjadi dan disusul sisanya, dan sampailah pada 10 tanda kiamat besar.
Di antara 84 itu, yaitu banyaknya bermunculan fitnah. Semenjak dahulu Al-Quran telah memperingatkan kita akan fitnah (provokasi) yang ditimbulkan oleh musuh-Nya dan musuh orang-orang beriman, yaitu setan. Bahkan Allah mengkaitkannya dengan peristiwa fitnah paling pertama yang menimpa kakek moyang ummat manusia, yakni Nabiyullah Adam ‘alahissalam.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
يَا بَنِي آدَمَ لا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ
“Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat di-fitnah (ditipu) oleh syetan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga.” (QS. Al-A’rāf: 27)
Kata fitnah dalam bahasa Arab mengandung arti cobaan dan malapetaka. Kata ini dipergunakan untuk menyebutkan semua hal yang tidak disenangi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah menyampaikan tentang kemunculan berbagai macam fitnah besar yang akan membingungkan seorang muslim sejati. Sehingga, tiap kali satu fitnah muncul ia akan berkata: “Inilah saat kebinasaanku,” lalu fitnah itu berlalu dan muncul lagi fitnah yang baru.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
بَادِرُوا بِالأَعْمَالِ فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ يُصْبِحُ الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا وَيُصْبِحُ كَافِرًا يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ». (رواه مسلم)
“Bersegeralah beramal sebelum fitnah-fitnah yang menyerupai potongan-potongan malam yang gelap gulita datang bertubi-tubi. Sehingga seseorang beriman pada pagi hari, lalu berubah menjadi kafir pada sore harinya. Atau ia beriman pada sore hari, dan pada pagi harinya berubah menjadi kafir, menjual agamanya dengan dunia.” (HR. Muslim)
Rasulullah menggambarkan dahsyatnya rentetan fitnah tersebut dengan perubahan iman seseorang. Hanya dalam satu hari, fitnah-fitnah tersebut bisa membuat iman seseorang berubah dengan cepat sedemikian rupa.
Sadarkah kita bahwa salah satu perkara penting yang sering diabaikan oleh ummat Islam dewasa ini ialah betapa terancamnya eksistensi iman kita?
Sadarkah kita bahwa aneka serangan al-Ghazwu al-Fikri (perang pemikiran) secara sistematis berlangsung setiap hari merongrong keutuhan iman diri, anak, dan isteri kita?
Kian hari kian terasa betapa zaman yang sedang kita jalani dewasa ini merupakan potongan zaman yang sarat dengan fitnah. Inilah zaman yang telah dinubuwwahkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya,
يوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ كَمَا تَدَاعَى الْأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمْ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir tiba masanya kalian diperebutkan seperti sekumpulan pemangsa yang memperebutkan hidangannya.”
Maka seseorang bertanya: ”Apakah karena sedikitnya jumlah kita?”
Jawab Beliau, “Bahkan jumlah kalian banyak, namun kalian seperti buih mengapung. Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian. Dan Allah telah menanamkan dalam hati kalian penyakit Al-Wahan.”
Seseorang bertanya: ”Ya Rasulullah, apakah Al-Wahan itu?”
Beliau menjawab, “Cinta dunia dan takut akan kematian.” (HR. Abu Dawud)
Permusuhan Islam versus kekufuran akan terus berlangsug sampai penghujung zaman. Musuh-musuh Allah dan rasulnya selalu berusaha menjadikan iman kaum muslimin kerdil bahkan hilang. Mereka berusaha dengan daya upaya sekuat tenaga mensosialisasikan faham materialisme dan sekularisme yang menjadi falsafah hidup mereka kepada segenap penduduk planet bumi. Tanpa terkecuali ummat Islam di dalamnya.
Permusuhan Islam dan kekufuran selalu ada, kapan pun dan di mana pun. Allah berfirman,
“Maka kami berkata: ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka,” (QS. Thāhā: 117)
Maka permusuhan Iblis terhadap manusia terus berlanjut hingga dia berhasil menyebabkan Nabi Adam diturunkan ke muka bumi. Setelah itu, medan pertarungan pun berpindah ke muka bumi.
Allah ‘azza wajalla menyebutkan, “Lalu keduanya digelincirkan oleh setan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: “Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan”. (QS. Al-Baqarah: 36)
Artinya, Nabi Adam dan anak cucunya adalah musuh bagi Iblis beserta keturunannya. Dapat dipahami bahwa yang disebut sebagai musuh, ia akan senantiasa berupaya untuk menjatuhkan lawannya. Menimpakan keburukan kepada musuhnya dengan segala macam cara dan menghalanginya dari segala macam sarana untuk mendapatkan kebaikan.
Karena itulah, perang antara kebenaran dan kebathilan adalah perang yang tidak ada ujungnya. Sejak pertama kali manusia menempati permukaan bumi ini. Keduanya akan terus bermusuhan, saling mengalahkan, saling menguasai dan saling menundukkan. Sehingga dunia ini hanya ada di antara dua kondisi; dikendalikan oleh aturan Islam sebagai simbol kebenaran dan kebathilan tersingkirkan, bertekuk lutut di bawah al-Haq atau dunia ini dikendalikan oleh kebathilan untuk sementara waktu.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah,
Hari ini umat Islam betul-betul diuji oleh Allah dengan berbagai fitnah, baik itu fitnah dari luar Islam ataupun dari dalam diri umat Islam itu sendiri. Sehingga menjadikan umat Islam tidak memiliki kekuatan apa pun.
Ketika umat Islam secara kuantitas jumlahnya mayoritas, namun kekuatannya minoritas sebagaimana di negeri kita saat ini. Apalagi jika umat Islam secara kuantitas minoritas, tentu lebih tidak berpengaruh sama sekali. Penyebabnya adalah dua hal sebagaimana disebut dalam hadits di atas, yaitu al-Wahn cinta dunia dan takut mati.
Fitnah dari luar Islam, mereka orang- orang kafir berusaha menularkan nilai-nilai kekufuran yang ada dalam diri mereka kepada siapa saja, termasuk kita yang asalnya beriman. Sehingga tidak sedikit kaum muslimin di berbagai belahan dunia mulai mengekor kepada pandangan hidup orang-orang kafir, pemimpin global dunia dewasa ini.
Persis sebagaimana diprediksikan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam,
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ
لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sungguh, kalian benar-benar akan mengikuti tradisi/kebiasaan orang-orang sebelum kalian sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga sekiranya mereka masuk ke dalam lubang biawak-pun kalian pasti akan mengikuti mereka.” Kami bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Beliau menjawab: “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (HR. Muslim No. 4822)
Umat Islam akan dibawa dan diseret mengikuti mereka sehingga dengan fitnah ini umat Islam ada yang rela menjual agamanya demi kecilnya dunia, baik itu kalangan awamnya bahkan ulamanya. Sebagaimana yang kita perhatikan saat ini.
Banyaknya hadits Nabi yang berbicara mengenai fitnah di akhir zaman ternyata sangat tepat menggambarkan keadaan dunia modern dewasa ini. Di antaranya dalam aspek keadilan dan banyaknya kriminalisasi khususnya kepada umat ini, awamnya dan ulamanya,
صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا، قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ
“Ada dua kelompok umatku yang tak pernah aku lihat sebelumnya, salah satunya adalah satu kaum yang membawa cambuk yang mirip dengan ekor sapi, yang mereka gunakan untuk mencambuki manusia.” (HR. Muslim)
يَكُونُ فِي هَذِهِ الْأُمَّةِ فِي آخِرِ الزَّمَانِ رِجَالٌ، أَوْ قَالَ: يَخْرُجُ رِجَالٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ، فِي آخِرِ الزَّمَانِ مَعَهُمْ أَسْيَاطٌ كَأَنَّهَا أَذْنَابُ الْبَقَرِ يَغْدُونَ فِي سَخَطِ اللَّهِ وَيَرُوحُونَ فِي غَضَبِهِ
“Akan muncul suatu kaum dari umat ini diakhir zaman yang membawa cambuk yang mirip dengan ekor sapi,, jika pagi hari mereka keluar rumah dengan murka Allah, dan kembali pada sore harinya dengan membawa laknat dari-Nya.” (HR. Ahmad No. 22150)
Siapa mereka? Oleh ulama, Imam Nawawi menyebutkan mereka adalah غِلْمَانٌ وَإِلَى الشُّرْطَة (ghilman wa ila syurtah) yaitu kaki tangan penguasa zalim yang kerjaan mereka adalah mencambuki rakyat dan menganiayanya.
Hadis nabi yang menjelaskan dalam aspek integritas seseorang dalam hal apapun baik kalangan elit maupun rakyat jelata. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سيَأتِي عَلَى النَّاس سَنَوَات خَدَّاعَات، يُصَدَّق فِيهَا الكَاذِب ويُكَذَّب فِيهَا الصَّادِق، ويُؤْتَمَن فِيهَا الخَائِن ويُخَوَّن فِيهَا الأَمِين، ويَنْطِق فِيهَا الرُّوَيْبِضَة، قِيْلَ: ومَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: الرَّجُل السَّفِيهُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Akan datang tahun-tahun penuh dengan kedustaan yang menimpa manusia, pendusta dipercaya, orang yang jujur didustakan, amanat diberikan kepada pengkhianat, orang yang jujur dikhianati, dan Ruwaibidlah turut bicara.” Lalu beliau ditanya, “Apakah Ruwaibidlah itu?” beliau menjawab, “Orang-orang bodoh yang mengurusi urusan perkara umum.” (HR. Ibnu Majah No. 4036)
Menurut Syaikh Yusuf al-Wabil dalam Asyratus Sa’ah, kondisi seperti yang disebutkan di atas sudah terjadi di zaman sekarang. Dan realitanya sekarang kita saksikan banyak pemimpin-pemimpin yang gemar membangun pencitraan sehingga banyak rakyat yang tertipu dengannya dan memujinya, “Alangkah hebatnya! Alangkah baiknya! Alangkah amanahnya! Alangkah bagus akhlaknya!” dan pujian-pujian lainnya.
Padahal pemimpin-pemimpin tersebut adalah makhluk yang sangat durhaka kepada Rabbnya. Minim pemahaman agama dan penerapannya. Bahkan, ia sebenarnya orang yang sangat tidak amanah dan suka berdusta. Tidak memikirkan rakyat kecil dan tidak menunaikan hak-hak mereka. Malah sebaliknya, ia gemar menumpuk kekayaan dan membangun istananya.
Dan dosanya diperparah dengan memusuhi kaum muslimin yang istiqamah memegang agamanya dan berusaha menghancurkan Islam sampai akar-akarnya.
Ada sebuah hadis nabi yang menjelaskan dalam aspek Teknologi informasi dan telekomunikasi. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيُوشِكَنَّ أَنْ يُصَبَّ عَلَيْكُمَ الشَّرُّ مِنَ السَّمَاءِ حَتَّى يَبْلُغَ الْفَيَافِيَ، قَالَ: قِيلَ: وَمَا الْفَيَافِيُ يَا أَبَا عَبْدِ اللهِ، قَالَ: الأَرْضُ الْقَفْرُ (رواه ابن ابي شيبة)
“Sungguh kalian akan dilanda keburukan yang turun dari langit, bahkan keburukan itu menimpa al-Fayafi.” Seorang sahabat bertanya, “Wahai abu Abdillah, apa yang dimaksud dengan al-Fayafi?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Padang pasir yang gersang.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).
Saat ini tidak kurang dari 13 ribu jumlah satelit mengorbit diruang angkasa, satelit ini berisi beragam macam fitnah dan ujian. Bangsa arab menggunakan kata langit untuk menyebutkan sesuatu yang berada di atas manusia. Maka dalam Lisanul Arab disebutkan bahwa langit mengandung pengertian “Semua yang lebih tinggi darimu dan menaungimu.”
Pada zaman ini, televisi di rumah-rumah kita menerima semua yang dipancarkan oleh siaran-siaran satelit ruang angkasa yang mengandung berbagai fitnah dan cobaan. Bahkan siaran-siaran itu pun sudah memasuki tenda-tenda tengah padang pasir. Yang lebih parah dari tv adalah smartphone yang dipegang oleh kita saat ini.
Selain itu, ada pula hadits Nabi yang menjelaskan fitnah yang terjadi dalam aspek budaya dan moralitas,
مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا … وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
“Ada dua golongan penduduk neraka yang keduanya belum pernah aku lihat: … (2) Wanita-wanita berpakaian, tetapi sama juga dengan bertelanjang (karena pakaiannya terlalu minim, terlalu tipis atau tembus pandang, terlalu ketat, atau pakaian yang merangsang pria karena sebagian auratnya terbuka), berjalan dengan berlenggok-lenggok, mudah dirayu atau suka merayu, rambut mereka (disasak) bagaikan punuk unta. Wanita-wanita tersebut tidak dapat masuk surga, bahkan tidak dapat mencium aroma surga. Padahal aroma surga itu dapat tercium dari begini dan begini.” (HR. Muslim No. 3971)
Kemudian ada pula hadits nabi yang menjelaskan fitnah dalam persoalan ekonomi dan keuangan,
لَيَأْتِيَنَّ عَلَى النَّاسِ زَمَانٌ لَا يَبْقَى مِنْهُمْ أَحَدٌإِلَّا آكِلُ الرِّبَا فَمَنْ لَمْ يَأْكُلْ أَصَابَهُ مِنْ غُبَارِهِ
“Benar-benar akan datang kepada manusia suatu zaman, tidak seorang pun dari mereka kecuali akan memakan riba. Dan barangsiapa tidak memakannya, maka ia akan terkena debunya.” (HR. Ibnu Majah No. 2269)
Hadis nabi yang menjelaskan fitnah dalam bidang keilmuan dan pendidikan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا اتُّخِذَ الفَيْءُ دُوَلاً، وَالأَمَانَةُ مَغْنَمًا، وَتُعُلِّمَ لِغَيْرِ الدِّينِ
“Apabila harta fai’ hanya dibagikan dikalangan orang-orang kaya dan amanat(titipan) dijadikan hak milik pribadi dan apabila seseorang menunutut ilmu bukan karena agama.” (HR. At-Tirmizi)
Pada akhir zaman kebanyakan orang belajar ilmu fiqh, al-Quran, dan as-Sunnah, hanya sebatas untuk popularitas. Jika yang mempelajari agama ini saja orangnya sudah tidak ikhlas karena Allah, apalagi murid yang diajarkannya kelak. Maka wajar banyak siswa sekolah belajarnya diniatkan agar dapat pekerjaan, bukan karena mengaharap ridha Allah. Maka hilanglah keberkahan ilmu yang didapat.
Hadis Nabi yang menjelaskan fitnah yang terjadi dalam aspek hukum yang digunakan dan penyimpangannya.
ليُنْقَضَنَّ عُرَى الْإِسْلَامِ عُرْوَةً عُرْوَةً فَكُلَّمَا انْتَقَضَتْ عُرْوَةٌ تَشَبَّثَ النَّاسُ بِالَّتِي تَلِيهَا وَأَوَّلُهُنَّ نَقْضًا الْحُكْمُ وَآخِرُهُنَّ الصَّلَاةُ
“Sungguh akan terurai ikatan Islam simpul demi simpul. Setiap satu simpul terlepas maka manusia akan bergantung pada simpul berikutnya. Yang paling awal terurai adalah simpul hukum dan yang paling akhir adalah simpul shalat.” (HR. Ahmad No. 21139).
Tanda ini sekarang sudah terlihat di sebagian negeri Islam, bahkan di negeri kita sekarang. Mereka sudah tidak lagi berpegang pada hukum Islam kecuali dalam persoalan-persoalan yang berkaitan dengan pernikahan, talak, waris, dan semisalnya. Dalam persoalan-persoalan jual beli, hukum pidana, dan hukum perdata, mereka berpatokan pada hukum Perancis, Inggris, Belanda, dan hukum positif lainnya. Inilah maksud tidak berhukum dengan hukum Allah.
Kebanyakan negeri muslim hari ini lebih bangga dan percaya diri menerapkan hukum produk manusia daripada kembali kepada hukum Allah, hukum Islam, hukum berdasarkan Al-Quran. Bahkan kebanyakan muslim merasa risih dengan gagasan penerapan syariat Islam.
Kadang dengan ringannya dia berkomentar, “Apa? memberlakukan hukum Islam?! Ih, ngeri…!”
Padahal Allah dengan tegas menyebut mereka yang menolak hukum Allah dan Rasul-Nya sebagai ‘kaum munafik!’
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ رَأَيْتَ الْمُنَافِقِينَ يَصُدُّونَ عَنْكَ صُدُودًا
“Apabila dikatakan kepada mereka: ‘Marilah kamu (tunduk) kepada hukum yang Allah telah turunkan dan kepada hukum Rasul,’ niscaya kamu lihat orang-orang munafik menghalangi (manusia) dengan sekuat-kuatnya dari (mendekati) kamu.” (QS. An-Nisa: 60)
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Allahu Akbar, Allahu Akbar walillahil Hamd. Kaum muslimin rahimakumullah
Demikianlah gambaran fitnah yang menerpa umat Islam di Akhir Zaman yang telah diperingatkan oleh pemimpin kita Nabi Muhammad. Dan kita yang hidup di masa ini justru menjadi saksi kebenaran berbagai prediksi beliau. Semua rangkaian fitnah ini sangat berefek dalam kehidupan kita dan menjadi penghalang bagi seorang muslim untuk bisa merealisasikan agamanya secara sempurna.
Semua ini tentunya tidak terlepas dari berbagai makar dan rencana busuk musuh Allah sekaligus musuh orang-orang beriman yaitu para setan, baik dari golongan jin maupun manusia. Dan apa yang kami uraikan hanyalah sebagian kecil dari makar tersebut. Mengingat bahwa kita hanya diberi kesanggupan untuk mendeteksi gerak-gerik setan golongan manusia.
Semoga dengan amalan Ramadhan kita tahun ini mampu menjadikan kita ummat yang benar-benar sabar menghadapi fitnah di Akhir Zaman sebagaimana disebutkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam haditsnya,
فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامَ الصَّبْرِ الصَّبْرُ فِيهِ مِثْلُ قَبْضٍ عَلَى الْجَمْرِ لِلْعَامِلِ فِيهِمْ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِهِ وَزَادَنِي غَيْرُهُ قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْهُمْ قَالَ أَجْرُ خَمْسِينَ مِنْكُمْ
“Sesungguhnya di belakang kalian akan ada hari-hari (yang kalian wajib) bersabar, sabar pada saat itu seperti seseorang yang memegang bara api, dan orang yang beramal pada saat itu pahalanya sebanding dengan lima puluh kali amalan orang yang beramal seperti amalnya.” Abu Tsa’labah bertanya, “Wahai Rasulullah, seperti pahala lima puluh orang dari mereka?” beliau menjawab, “(Bahkan) seperti pahala lima puluh orang dari kalian (para sahabat).” (HR. Abu Daud No. 3778)
Pada akhirnya, mari kita sejenak menundukkan hati dan kepala kita di hadapan Allah ‘azza wajalla. Dengan penuh harap, agar amal ibadah kita di bulan Ramadhan tahun ini diterima Allah ‘azza wajalla seluruhnya, tanpa ada yang tertolak sedikit pun. [dakwah.id]
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمنًا مُطْمَئِنًّا قَائِمًا بِشَرِيْعَتِكَ وَحُكْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة
Terimakasih atas materinya …, panjang juga …
Terimakasih, atas materinya, dan sangat menyentuh,tapi kurang singkat.
Bagus materinya menyentuh hati
Alhamdulillah. Semoga mencerahkan semuanya.