Khutbah Jumat Singkat
3 Sifat Negatif yang Membinasakan
Pemateri: Sodiq Fajar
*) Link download file PDF untuk print ada di akhir tulisan
- Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
- Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ وَلَهُ الْحَمْدُ فِي الْآخِرَةِ وَهُوَ الْحَكِيمُ الْخَبِيرُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْعَلِيُّ الْكَبِيْرُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْبَشِيْرُ النَّذِيْرُ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
فَيَا أَيُّهَا النَّاسُ، اتَّقُوا اللهَ تَعَالَى، وَاسْلُكُوْا سَبِيْلَ السَّلَامَةِ وَالنَّجَاةِ، وَاحْذَرُوْا سُبُلَ الْعَطْبِ وَالْأُمُوْرَ الْمُهْلِكَاتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَاتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ كَمَا أَمَرَ. قَالَ اللهُ تَعَالى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ حَقَّ تُقٰىتِهٖ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَاَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Dalam penyampaian materi khutbah Jumat kali ini, kami wasiatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas takwa. Dengan cara melaksanakan segala perintah Allah subhanahu wata’ala dan rasul-Nya serta menjauhi segala larangan Allah subhanahu wata’ala dan rasul-Nya.
Mari kita tekuni ibadah shalat wajib lima waktu dengan berjamaah di masjid. Sebab, shalat merupakan ibadah yang sangat penting. Satu amalan yang menjadi ciri utama perbedaan antara muslim dan kafir.
Mari kita hiasi diri dengan akhlaqul karimah. Mari jauhi seluruh bentuk akhlak sayyi-ah.
Dalam hal sifat dan akhlak, ada dua jenis sifat yang biasa melekat pada diri seseorang, yaitu sifat positif dan negatif.
Sifat positif kita kenal dengan istilah akhlaqul karimah, atau akhlaq mahmudah. Sedangkan sifat negatif kita kenal dengan istilah akhlak sayyi-ah, atau akhlak madzmumah.
Sifat positif akan mengantarkan kita pada kebaikan dan keselamatan di dunia dan di akhirat, sedangkan sifat negatif akan mengantarkan kita pada kehancuran dan kebinasaan di dunia dan di akhirat.
Rasulullah sangat menjaga umatnya melalui nasehat dan peringatan supaya berhias diri dengan sifat positif dan menjauhi setiap bentuk sifat negatif.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bazzar dalam kitab Kasyfu al-Astar karyaAl-Haitsami, jilid 1 halaman 60, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ثَلاَثٌ مُهْلِكَاتٌ: شُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Ada tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan; sifat kikir yang dituruti, hawa nafsu yang dituruti, takjub terhadap diri sendiri (ujub).”
Melalui hadits di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyampaikan bahwa ada tiga sifat negatif yang menggiring manusia pada jurang kebinasaan.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sifat Negatif Pertama: Kikir
Kikir adalah sifat negatif. Kikir adalah sifat tercela. Kikir, bakhil, pelit artinya semua sama, yaitu tidak mau memberikan sebagian hartanya kepada orang lain di saat orang lain membutuhkan.
Dalam syariat Islam, seorang muslim tidak boleh memiliki sifat kikir. Larangan bersifat kikir lebih ditegaskan kembali bagi para pemimpin dan penguasa.
Kikir adalah akhlak madzmumah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengategorikan ini dalam sifat yang dapat membinasakan pelakunya.
Sifat kikir dapat merusak keharmonisan hubungan sosial masyarakat, wabil khusus, merusak hubungan ukhwah islamiyah.
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180,
وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَآ اٰتٰىهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ
“Dan jangan sekali-kali orang-orang yang kikir dengan apa yang diberikan Allah kepada mereka dari karunia-Nya mengira bahwa (kikir) itu baik bagi mereka, padahal (kikir) itu buruk bagi mereka.”
Islam mengajarkan untuk saling mencintai sesama muslim. Salah satu wujud rasa cinta kita kepada sesama muslim adalah saling membantu dan meringankan beban kehidupan saudara seiman.
Harta yang ada pada diri kita saat ini sejatinya adalah titipan Allah subhanahu wata’ala. Semestinya kita menunaikan hak-hak harta yang Allah subhanahu wata’ala titipkan ini sebaik mungkin. Selain sebagai nafkah bagi keluarga, hak harta ini adalah dizakati dan disedekahkan untuk meringankan beban saudara kita yang sedang membutuhkan.
Apa akibat orang yang bersifat kikir terhadap hartanya di akhirat kelak? Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat Ali Imran ayat 180, lanjutan ayat di atas,
سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ
“Apa (harta) yang mereka kikirkan itu akan dikalungkan (di lehernya) pada hari Kiamat.”
Sifat Negatif Kedua: Menuruti Hawa Nafsu
Sifat negatif kedua yang membawa pada kehancuran adalah menuruti hawa nafsu.
Dalam kitab al-Kulliyat halaman 962, imam al-Kafawi menjelaskan pengertian hawa nafsu adalah,
مَيْلُ النَّفْسِ إِلَى مَا تَسْتَلِذُّهُ مِنَ الشَّهَوَاتِ مِنْ غَيْرِ دَاعِيَةِ الشَّرْعِ
“Kecenderungan diri kepada kenikmatan syahwat yang tidak dilegalkan oleh syariat Islam.”
Menuruti hawa nafsu artinya lebih menuruti kecenderungan diri dan tunduk kepada syahwat yang mengantarkan pada kemaksiatan.
Menuruti hawa nafsu termasuk sifat negatif yang membinasakan karena sifat ini akan merusak kebaikan diri dan masyarakat sekitar.
Timbulnya kerusakan, permusuhan, pembunuhan, dan berbagai macam kriminalitas faktor pemicu yang paling dominan adalah jiwa yang menuruti hawa nafsu.
Sifat menuruti hawa nafsu inilah yang menggiring manusia pada sifat rakus terhadap harta, sifat bejat terhadap wanita, dan sifat ambisius dan angkuh terhadap tahta kekuasaan.
Fitnah harta tahta wanita adalah ujian berat di dunia bagi orang yang beriman dalam hal mengendalikan hawa nafsu.
Apa akibat buruk dari sifat menuruti hawa nafsu ini?
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat al-Jatsiyah ayat 23,
اَفَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُ وَاَضَلَّهُ اللّٰهُ عَلٰى عِلْمٍ وَّخَتَمَ عَلٰى سَمْعِهٖ وَقَلْبِهٖ وَجَعَلَ عَلٰى بَصَرِهٖ غِشٰوَةًۗ فَمَنْ يَّهْدِيْهِ مِنْۢ بَعْدِ اللّٰهِ ۗ اَفَلَا تَذَكَّرُوْنَ
“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat dengan sepengetahuan-Nya, dan Allah telah mengunci pendengaran dan hatinya serta meletakkan tutup atas penglihatannya.”
Sifat negatif Ketiga: Ujub
Sifat negatif yang ketiga adalah ujub atau angkuh. Dalam kitab Ihya’ Ulumuddin karya imam al-Ghazali dijelaskan bahwa ujub artinya
اِسْتِعْظَامُ النِّعْمَةِ وَالرُّكُوْنُ إِلَيْهَا مَعَ نِسْيَانِ إِضَافَتِهَا إِلَى الْمُنْعِمِ عَزَّ وَجَلَّ
“Merasa hebat dengan anugerah yang ada pada dirinya dan selalu cenderung kepadanya sementara ia lupa untuk menyandarkan nikmat tersebut kepada Allah subhanahu wata’ala sebagai Dzat yang menganugerahkan nikmat kepadanya.”
Imam al-Ghazali menjelaskan bahwa faktor penyebab sifat ujub adalah kebodohan.
Seseorang yang ujub, angkuh, membanggakan amalan ketaatannya, pada saat yang sama sejatinya dia sedang dalam kondisi jahil, bodoh, tidak sadar jika amalan ketaatannya adalah taufiq dari Allah subhanahu wata’ala, bukan semata hasil usahanya.
Seseorang yang ujub membanggakan diri dengan hasil pikirannya, pendapat yang dia pilih, ide dan gagasannya, argumentasi-argumentasinya, pada saat yang sama sejatinya ia sedang dalam kondisi bodoh dan tidak sadar jika hasil pikir, ide, gagasan, argumentasi, atau pendapat yang ia pilih adalah anugerah dari Allah subhanahu wata’ala.
Jika seseorang menyadari bahwa apa yang ada pada dirinya adalah anugerah dari Allah subhanahu wata’ala, tentu ia akan rendah hati, menaruh rasa hormat, tidak akan bersifat ujub, berbangga diri, dan tidak merendahkan martabat pihak lain yang sedang berurusan dengannya.
Apa akibat buruk yang didapat oleh orang yang sombong dan ujub membanggakan diri?
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda sebagaimana dalam hadits berderajat hasan yang diriwayatkan oleh imam at-Tirmidzi, hadits nomor 2492,
يُحْشَرُ الْمُتَكَبِّرُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَمْثَالَ الذَّرِّ فِي صُوَرِ الرِّجَالِ يَغْشَاهُمْ الذُّلُّ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَيُسَاقُونَ إِلَى سِجْنٍ فِي جَهَنَّمَ يُسَمَّى بُولَسَ تَعْلُوهُمْ نَارُ الْأَنْيَارِ يُسْقَوْنَ مِنْ عُصَارَةِ أَهْلِ النَّارِ طِينَةَ الْخَبَالِ
“Orang-orang yang sombong pada Hari Kiamat akan digiring seperti semut kecil dalam bentuk seorang laki-laki yang diliputi kehinaan dari segala penjuru, digiring memasuki penjara di dalam Neraka Jahanam yang disebut ‘Bulas (tahanan Jahanam)’ yang diliputi api yang sangat panas, diberi minum saripati kotoran penghuni neraka yang membusuk.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Kita berada di akhir zaman yang banyak sekali diliputi oleh fitnah. Bagaimana kita bersikap di zaman ini?
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam surat al-Maidah ayat 105,
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا عَلَيْكُمْ اَنْفُسَكُمْ ۚ لَا يَضُرُّكُمْ مَّنْ ضَلَّ اِذَا اهْتَدَيْتُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu! (karena) orang yang sesat itu tidak akan membahayakanmu apabila kamu telah mendapat petunjuk.”
Salah seorang sahabat bernama Abu Umayyah asy-Sya’bani pernah merasa kebingungan dalam memahami ayat di atas. Lalu ia bertanya kepada sahabat Abu Tsa’labah al-Khusyanni tentang maksud ayat tersebut.
Kronologi ini termaktub dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, hadits nomor 3058, dengan kualitas derajat hadits hasan gharib.
Abu Tsa’labah menjelaskan kepadanya dengan penjelasan yang ia dapatkan dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam,
بَلْ ائْتَمِرُوا بِالمَعْرُوفِ وَتَنَاهَوْا عَنِ المُنْكَرِ، حَتَّى إِذَا رَأَيْتَ شُحًّا مُطَاعًا، وَهَوًى مُتَّبَعًا، وَدُنْيَا مُؤْثَرَةً، وَإِعْجَابَ كُلِّ ذِي رَأْيٍ بِرَأْيِهِ،
“Hendaknya kalian melaksanakan amar makruf nahi munkar. Sampai suatu waktu kalian akan melihat banyak orang yang menuruti sifat pelitnya, mengikuti hawa nafsunya, terperdaya oleh dunia dan setiap orang yang punya pendapat kagum dengan pendapatnya.”
فَعَلَيْكَ بِخَاصَّةِ نَفْسِكَ وَدَعِ العَوَامَّ، فَإِنَّ مِنْ وَرَائِكُمْ أَيَّامًا الصَّبْرُ فِيهِنَّ مِثْلُ القَبْضِ عَلَى الجَمْرِ
“Ketika itu jagalah diri kalian masing-masing. Dan tinggalkanlah kebanyakan manusia. Sungguh di masa setelah masa kalian akan datang masa-masa (yang sangat dituntut) bersabar.”
Karena begitu dahsyatnya fitnah yang terjadi saat itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menggambarkan orang beriman yang bersabar dalam menghadapi fitnahnya seperti sedang menggenggam bara api.
Dengan kesabarannya tersebut, Allah subhanahu wata’ala menjanjikan pahala yang sangat besar, sebagaimana sabda beliau,
لِلْعَامِلِ فِيهِنَّ مِثْلُ أَجْرِ خَمْسِينَ رَجُلًا يَعْمَلُونَ مِثْلَ عَمَلِكُمْ
“Orang yang mengamalkan ajaran agama ketika itu pahalanya seperti pahala 50 orang.”
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Demikian materi khutbah Jumat tentang contoh sifat negatif yang membinasakan yang dapat kami sampaikan pada siang hari ini.
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa menjaga kita dari sifat-sifat madzmumah tersebut. Semoga Allah subhanahu wata’ala memberi kita kekuatan dan kesabaran dalam menghadapi berbagai fitnah yang terjadi di zaman kita ini. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ الْاَحْيَآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ
اللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الْأَخْلَاقِ وَالْأَعْمَالِ وَالْأَهْوَاءِ، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Download PDF Materi Khutbah Jumat
3 Sifat negatif yang Membinasakan
di sini:
Semoga bermanfaat!
Barokallohu fiekum.
Afwan, materi bisakah di sesuoakn dg Fenomena yg baru di jaman milenael.