materi khutbah jumat tundukkan hawa nafsu menuju ketaatan dakwah.id

Khutbah Jumat: Tundukkan Hawa Nafsu Menuju Ketaatan

Terakhir diperbarui pada · 3,855 views

Khutbah Jumat Singkat
Tundukkan Hawa Nafsu Menuju Ketaatan

Pemateri: Amir Sahidin, M.Ag.
Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِي نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

Jamaah sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah

Marilah kita senantiasa bersyukur atas nikmat yang telah Allah subhanahu wataala karuniakan. Sehingga pada hari ini, kita dapat menundukkan nafsu kita untuk melaksanakan kewajiban berupa melaksanakan shalat Jumat secara berjamaah.

Berikutnya, shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang telah menyampaikan agama yang sempurna ini kepada umat manusia. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang senantiasa taat dalam menjalankan seluruh perintah-Nya.

Untuk itu, khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Yaitu senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah kapan pun dan di mana pun kita berada. Karena sebaik-baik bekal kita menuju Allah Ta’ala adalah dengan ketakwaan.

Jamaah sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah

Para ulama sepakat bahwa hawa nafsu merupakan penghalang hati untuk menuju Allah subhanahu wataala. Demikian itu karena hawa nafsu sering kali menyeru kepada sifat durhaka dan mengutamakan kehidupan dunia daripada akhirat.

Allah subhanahu wataala berfirman dalam Surat An-Nazi’at ayat 37—41,

فَأَمَّا مَنْ طَغَى، وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ الْمَأْوَى، وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى، فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى

Maka adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh, nerakalah tempat tinggalnya. Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabb-nya dan menahan diri dari (keinginan) hawa nafsunya, maka sungguh, surgalah tempat tinggal(nya).”

Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa sifat hawa nafsu adalah durhaka dan mengutamakan kehidupan dunia sehingga balasan yang layak bagi orang yang menurutinya adalah neraka. Untuk itulah, Rasulullah mengingatkan bahwa seseorang tidak akan beriman hingga hawa nafsunya mengikuti syariat yang Rasulullah bawa.

Rasulullah bersabda dalam riwayat ath-Thabarani, hadts nomor 209, dan Al-Baghawi dalam Syarhu As-Sunnah, jilid 1, halaman 213,

لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يَكُوْنَ هَوَاهُ تَبَعًا لِمَا جِئْتُ بِهِ

Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antara kalian hingga hawa nafsunya mau mengikuti apa yang aku bawa.”

Jamaah sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah

Hakikat Hawa Nafsu dan Sifat Nafsu

Marilah kita kenali hawa nafsu yang ada agar selamat dari segala kejelekan.

Hawa nafsu merupakan ungkapan dari kecintaan jiwa dan kecondongan manusia untuk mengikuti perintah-perintah yang bersumber darinya, entah perbuatan tersebut baik maupun buruk.

Hal ini dikuatkan oleh Imam Ibnu al-Qayyim dalam kitabnya Raudhatul Muhibbin, halaman 469. Beliau menyebutkan,

 اَلْهَوَى مَيْلُ الطَّبْعِ إِلَى مَا يُلَائِمُهُ

Hawa nafsu adalah kecondongan jiwa kepada sesuatu yang selaras dengan keinginannya.”

Oleh karenanya, meskipun hawa nafsu memiliki kecondongan pada perbuatan durhaka dan mengutamakan dunia, namun sejatinya kata nafsu sendiri memiliki tiga sifat yang perlu untuk kita ketahui bersama, yaitu

Pertama: Nafsu Muthmainnah

Nafsu Muthmainnah adalah nafsu yang tenang dengan berzikir kepada Allah, rindu berjumpa kepada-Nya, dan ingin terus berdekatan dengan-Nya.

Terkait nafsu ini, Allah subhanahu wataala berfirman dalam Surat al-Fajr ayat 27—28,

 يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ، ارْجِعِي إِلَى رَبِّكِ رَاضِيَةً مَرْضِيَّةً

Wahai Nafsu Muthmainnah! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang rida dan diridai-Nya.”

Dari ayat tersebut, dapat diketahui bahwa Nafsu Muthmainnah merupakan nafsu seorang yang taat kepada Allah subhanahu wataala.

Berupa nafsu yang tenang terhadap apa yang Allah janjikan padanya, menerima segala takdir yang telah ditetapkan, ikhlas dalam mengerjakan setiap perintah-perintah-Nya, dan terhindar dari kegelisahan untuk bermaksiat menuju kenikmatan bertobat kepada-Nya.

Kedua: Nafsu Lawwamah

Nafsu Lawwamah adalah nafsu yang selalu berubah keadaannya. Kadang ia ridha, kadang murka kadang taat dan kadang ia khianat.

Terkait nafsu ini, Allah subhanahu wataala berfirman dalam Surat al-Qiyamah ayat 2,

وَلَا أُقْسِمُ بِالنَّفْسِ اللَّوَّامَةِ

Dan Aku bersumpah demi Nafsu Lawwamah (jiwa yang selalu menyesali dirinya sendiri).”

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam as-Sa’di dalam kitab tafsirnya Taisir al-Karim ar-Rahman halaman 898 menerangkan bahwa Nafsu Lawwamah disebut sebagai jiwa yang amat menyesali dirinya sendiri karena ia sering ragu-ragu, menyalahkan, dan tidak berada dalam satu keadaan. Juga karena ia akan mencela pemiliknya setelah meninggal dunia atas apa yang telah dilakukan.

Untuk itu, Nafsu Lawwamah terbagi menjadi dua, yaitu Nafsu Lawwamah yang tercela dan Nafsu Lawwamah yang terpuji.

Yang pertama adalah nafsu yang dungu dan menganiaya diri sendiri, sedangkan yang kedua adalah nafsu yang selalu mencela pemiliknya karena kekurangannya dalam ketaatan kepada Allah subhanahu wataala.

Ketiga: Nafsu Ammarah bis-Su’

Nafsu Ammarah bis-Su’ merupakan nafsu yang tercela. Ia selalu mengajak kepada keburukan, dan hal ini merupakan tabiatnya.

Dengan demikian, tidak ada seorang pun yang dapat selamat dari kejahatannya selain orang-orang yang mendapat taufik dari Allah subhanahu wataala.

Terkait nafsu ini, Allah subhanahu wataala berkisah tentang istri menteri al-Aziz dalam Surat Yusuf ayat 53,

وَمَآ أُبَرِّئُ نَفْسِىٓ ۚ إِنَّ ٱلنَّفْسَ لَأَمَّارَةٌۢ بِٱلسُّوٓءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّىٓ ۚ إِنَّ رَبِّى غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Dan aku tidak (menyatakan) diriku bebas (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali (nafsu) yang diberi rahmat oleh Rabb-ku. Sesungguhnya Rabb-ku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Dalam menafsirkan ayat ini, Imam as-Sa’di dalam tafsirnya, halaman 400, menerangkan bahwa nafsu ini sering memerintahkan pemiliknya untuk melakukan perbuatan keji serta berbagai dosa lainnya. Dan tidak ada yang selamat, kecuali jiwa yang diberi rahmat oleh Allah subhanahu wataala.

Oleh karena itu, marilah kita senantiasa memohon kepada Allah subhanahu wataala untuk melindungi kita dari kejahatan nafsu dan amal buruk seseorang.

Jamaah sidang shalat Jumat yang dirahmati Allah

Demikian materi khutbah Jumat tentang pentingnya menundukkan nafsu. Marilah kita berusaha menjadi mujahid penakluk hawa nafsu.

Semoga kita dapat terhindar dari Nafsu Ammarah bis-Su’ yang memerintahkan kepada keburukan, menuju Nafsu Lawwamah yang terpuji, dan pada akhirnya semoga kita semua dapat memperoleh Nafsu Muthmainnah. Aamiin ya Rabb.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِيْ نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ إِمَامًا.

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ، وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللّٰهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.

Download PDF Materi Khutbah Jumat
Tundukkan Hawa Nafsu Menuju Ketaatan
di sini:

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Amir Sahidin, M.Ag

Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading