Daftar Isi
Artikel yang berjudul Adab Majelis Ilmu ini adalah seri #4 dari serial Majelis Ramadhan.
***
Majelis ilmu yang di dalamnya dipelajari ayat-ayat-Nya adalah bagian dari keutamaan dan kemuliaan. Sebab, Allah telah menjadikan ilmu sebagai tolok ukur kebaikan pada diri seseorang. Allah juga mengangkat derajat orang-orang berilmu di atas orang-orang beriman pada umumnya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan tentang keutamaan majelis ilmu dan keutamaan mendatanginya,
وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ
“Barang siapa yang menempuh sebuah jalan untuk mencari ilmu, maka Allah kan mudahkan baginya jalan menuju surga. Dan tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), mereka membaca kitabullah dan saling mempelajarinya, kecuali akan diturunkan atas mereka ketenangan, dilingkupi oleh rahmat, dikelilingi para Malaikat, dan Allah akan menyebut-nyebut mereka di sisi-Nya.” (HR. Muslim No. 2699)
Majelis ilmu adalah majelis kebaikan. Di dalamnya terdapat seruan untuk taat, ajakan untuk menjauhi maksiat, di dalamnya dibacakan ayat-ayat dari kalam suci Ilahi, ditelaah hadis-hadist penuh hikmah dari Sang Nabi.
Maka di dalam majelis ilmu terdapat adab-adab yang harus dilazimi dan dijaga, sebagai bentuk penghormatan atas ilmu yang ada di dalamnya, atas guru yang mengajari ilmu, dan atas berkah Allah yang diturunkan di tengahnya.
9 Adab Majelis Ilmu
Dalam proses menuntut ilmu ada adab-adab yang harus diperhatikan dan dilazimi seorang penuntut ilmu. Dan seorang penuntut ilmu harus menghiasi dirinya dengan akhlak-akhlak mulia dalam majlis ilmu.
Di antara adab dalam majlis ilmu adalah:
Pertama: Salam Saat Masuk dan Keluar Majelis
Memberi salam kepada orang-orang yang hadir di majelis saat masuk atau keluar. Dari Sahabat Abu hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا انْتَهَى أَحَدُكُمْ إِلَى مَجْلِسٍ فَلْيُسَلِّمْ، فَإِنْ بَدَا لَهُ أَنْ يَجْلِسَ فَلْيَجْلِسْ، ثُمَّ إِذَا قَامَ فَلْيُسَلِّمْ فَلَيْسَتِ الأُولَى بِأَحَقَّ مِنَ الآخِرَةِ.
“Apabila salah seorang dari kalian sampai di sesuatu majelis, maka hendaklah memberi salam, lalu jika dilihat layak baginya duduk maka duduklah. Kemudian jika bangkit (akan keluar) dari majelis hendaklah memberi salam pula. Bukankah yang datang duluan lebih berhak mendapatkan tempat duduk dari yang datang belakangan.” (HR. Abu Daud No. 5206 dan at-Tirmidzi No. 2706)
Maka hendaknya mereka yang datang ke dalam majelis ilmu untuk datang dengan mengucapkan salam terlebih dahulu ketika akan bergabung, dan meminta izin jika akan meninggalkan majelsi untuk suatu keperluan.
Kedua: Menempati tempat yang masih tersisa.
Merupakan adab majelis ilmu ketika baru datang ialah menempati tempat yang masih tersisa. Riwayat Jabir bin Samurah radhiyallahu ‘anhu bertutur,
كُنَّا إِذا أَتَينَا النَّبِي صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ جَلَسَ أَحَدُنَا حَيْثُ يَنْتَهِي
“Dahulu apabila kami mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, maka masing-masing dari kami duduk di tempat yang masih tersedia.” (HR. Abu Daud No. 4825)
Tempat terbaik dalam majelis ilmu adalah yang paling dekat dengan guru. Jika memungkinkan untuk mendapat tempat yang lebih dekat, maka itu lebih baik. Namun jika tidak, maka hendaknya mencari tempat yang masih kosong untuk ditempati.
Ketiga: Tidak mengambil tempat orang lain.
Demikian pula, ketika mencari tempat di dalam majelis, seseorang tidak boleh menempati tempat yang telah ditempati oleh orang lain. Ini merupakan adab majelis ilmu yang harus dijaga.
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melarang hal tersebut.
أَنَّهُ نَهَى أَنْ يُقَامَ الرَّجُلُ مِنْ مَجْلِسِهِ وَيَجْلِسَ فِيهِ آخَرُ وَلَكِنْ تَفَسَّحُوا وَتَوَسَّعُوا وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ يَكْرَهُ أَنْ يَقُومَ الرَّجُلُ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ يَجْلِسَ مَكَانَهُ
“Bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melarang seseorang memindahkan orang lain dari tempat duduknya, lalu ia duduk di tempat tersebut. Akan tetapi (hendaknya) saling memberi tempat dan berlapang-lapang (dalam majelis). Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhu tidak menyukai seseorang yang melakukan hal demikian di dalam majelisnya.” (Muttafaq ‘alaihi)
Artikel Adab: Loss of Adab, Salah Langkah atau Salah Arah Pendidikan?
Mengambil tempat duduk yang sudah ditempati seseorang merupakan perbuatan yang tidak baik, dan melukai perasaan orang tersebut. Bisa saja, seseorang sudah datang lebih dahulu demi mendapatkan tempat, maka hal itu bisa menyakiti perasaannya dengan mengambil tempat duduknya.
Keempat: Berlapang-lapang dalam majelis ilmu.
Di antara adab majelis ilmu adalah berlapang-lapang dalam majelis ilmu. Sebagaimana firman Allah Ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Imam al-Qurthubi menjelaskan maksud dari majelis dalam ayat ini adalah umum, maka setiap majelis yang di dalamnya berkumpul kaum muslimin perkara kebaikan dan ketaatan, maka dianjurkan untuk saling memberi tempat dan berlapang-lapang di dalamnya. (Al-Jami’ Li Ahkami al-Quran, Imam al-Qurthubi, 20/317)
Kelima: Tidak duduk di tengah-tengah majelis halaqah.
Dalam masalah tempat duduk, di adab majelis ilmu berikutnya yang harus diperhatikan adalah tidak duduk di tengah-tengah majelis halaqah. Sebagaimana riwayat Hudzaifah bin Yaman ia berkata,
مَلْعُونٌ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ لَعَنَ اللَّهُ عَلَى لِسَانِ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ قَعَدَ وَسْطَ الْحَلْقَةِ.
“Terlaknat berdasarkan lisan Muhammad atau Allah melaknat melalui lisan Muhammad orang yang duduk di tengah-tengah halaqah (majelis yang melingkar).” (HR. At-Tirmidzi No. 2753)
Keenam: Tidak duduk di antara dua orang kecuali dengan izin keduanya.
Merupakan adab majelis ilmu yang harus diperhatikan adalah tidak mengambil tempat duduk di antara dua orang, kecuali jika keduanya mengizinkan.
Dari Abdullah bin Amri radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لاَ يَحِلُّ لِلرَّجُلِ أَنْ يُفَرِّقَ بَيْنَ اثْنَيْنِ إِلاَّ بِإِذْنِهِمَا.
“Tidak halal bagi seseorang memisahkan dua orang (dalam majelis) kecuali dengan izin keduanya.” (HR. At-Tirmidzi No. 2752)
Ketujuh: Tidak menempati tempat duduk seseorang yang keluar untuk sementara waktu.
Meskipun sedang ditinggal pergi sejenak, seseorang tidak boleh menempati tempat itu, karena tempat itu masih menjadi hak orang yang duduk pertama kali.
Artikel Adab: Adab Makan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
إِذَا قَامَ مَنْ قَامَ مِنْ مَجْلِسِهِ ثُمَّ رَجَعَ إِلَيْهِ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ
“Jika salah seorang dari kalian berdiri dari tempat duduknya, kemudian ia kembali, maka dia paling berhak atas tempat tersebut.” (HR. Muslim No. 2179)
Kedelapan: Tidak berbisik berduaan dengan mengabaikan orang ketiga.
Ketika berada dalam sebuah majelis ilmu, merupakan adab majelis yang harus diperhatikan adalah tidak berbisik berdua dengan mengabaikan orang ketiga yang ada di dekatnya.
Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ
“Apabila kalian bertiga, maka janganlah dua orang berbisik-bisik tanpa melibatkan orang ketiga sampai kalian bercampur dengan orang banyak. Karena hal itu dapat membuatnya sedih.” (HR. Al-Bukhari No. 6290)
Kesembilan: Membaca doa penutup majelis ketika telah selesai.
Di antara adab majelis ilmu di bagian akhir adalah membaca doa penutup majelis ketika telah selesai.
Berikut ini teks Arab dan terjemah doa penutup majelis ilmu:
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
Subhanaka allahumma wabihamdika asyhadu anla ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik
Artinya:
“Maha Suci Engkau wahai Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak di sembah melainkan Engkau, aku meminta ampun dan bertobat kepada-Mu.”
Teks doa penutup majelis ilmu ini sebagaimana terdapat dalam hadits. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسٍ فَكَثُرَ فِيهِ لَغَطُهُ، فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُومَ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ: سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ، إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ.
“Barang siapa yang duduk di sebuah majelis dan banyak keributan (kericuhan) padanya kemudian sebelum berdiri ia mengucapkan; subhaanakallaahumma wa bihamdika asyhadu anlaa ilaaha illaa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika (Maha Suci Engkau wahai Allah, dan dengan memujiMu, aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah yang berhak di sembah melainkan Engkau, aku meminta ampun dan bertobat kepada-Mu) melainkan diampuni dosanya selama di majelisnya itu.” (HR. At-Tirmidzi No. 3433)
Dengan memerhatikan adab majelis ilmu yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah sebagaimana telah disebutkan di atas, semoga keutamaan dan berkah ilmu selama dalam majelis benar-benar dapat tercapai. Wallahu a’lam (Fajar Jaganegara/dakwah.id)
Baca juga artikel ADAB atau artikel menarik lainnya karya Ustadz Fajar Jaganegara.
Penulis: Ustadz Fajar Jaganegara
Editor: Sodiq Fajar
Artikel Serial Majelis Ramadhan sebelumnya:
Majelis Ramadhan #2: Belajar Agama, Emang Penting?
Aslm Alaikum…
Sedikit komen…itu hadist yg terakhir HR.At Tirmidzi no.3433, artinya agak janggal, mohon di koreksi
Wassalam
Wa’alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh
Jazakumullah atas masukannya. Alhamdulillah sudah kami perbaiki.