Khutbah Idul Fitri 1446 H
Berislam dari Sekedar Ritual Menuju Keimanan
Pemateri: Amir Sahidin, M.Ag.
(Mahasiswa Doktoral UNIDA Gontor)
اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَاْلحَمْدُ للّٰهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللّٰهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا.
إِنَّ الْحَمْدَ لله نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِالله مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ الله فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، صَلَّى الله عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْراً.
يَاأَيُّهاَ الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ.
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالاً كَثِيرًا وَنِسَآءً وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِ وَاْلأَرْحَامَ إِنَّ اللهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا.
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَن يُطِعِ اللهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا.
أما بعد:
فَإِنَّ خَيْرَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ وَخَيْرَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا وَكَلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِيْ النَّارِ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلَّمَ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ سَارَ عَلَى نَهْجِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Di pagi hari yang cerah dan penuh barakah ini, kita wajib bersyukur sebesar-besarnya kepada Allah subhanahu wata’ala. Karena atas rahmat dan karunia-Nya kita dapat berislam dengan menunaikan kewajiban puasa Ramadhan, menyempurnakannya dengan membayar zakat, kemudian menunaikan shalat Idul Fitri dalam suasana ceria dan gembira.
Nikmat yang telah Allah subhanahu wata’ala beri ini tentu merupakan nikmat yang amat agung. Barang siapa yang mensyukurinya, maka Allah berjanji akan menambah nikmat tersebut. Sedang siapa yang mengkufurinya, maka ia berada di bawah ancaman Sang Maha Perkasa.
Berikutnya, shalawat beriring salam semoga senantiasa tercurah kepada uswah hasanah kita, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, juga kepada keluarga, sahabat, tabiin, tabiut-tabiin dan orang-orang yang senantiasa istiqamah dalam berislam meniti sunah-sunah beliau yang penuh berkah dan rahmat. Semoga kita termasuk orang-orang yang kelak mendapat syafaat beliau di hari kiamat, amin ya Rabb.
Pada mimbar penuh bekah ini, khatib mewasiatkan pada diri pribadi dan kepada seluruh hadirin yang berbahagia hari ini, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas berislam kita, agar tidak sekedar ritual dan ikut-ikutan, namun berislam dengan penuh keyakinan, ilmu yang kokoh dan pengamalan ajaran syariat Islam. Sehingga Allah Ta’ala benar-benar akan menolong kita, selaku orang-orang beriman bukan sekedar muslim KTP saja.
Allah subhanahu wata’ala pernah berfirman dalam surat Rum ayat 47,
وَكَانَ حَقًّا عَلَيۡنَا نَصۡرُ ٱلۡمُؤۡمِنِينَ
“Dan kami selalu berkewajiban menolong orang-orang yang beriman”
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Dalam buku, “Misykat” karya Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi, disebutkan beberapa kisah menarik yang patut kita runungkan untuk melihat sebab keterpurukan umat dan motivasi untuk meningkatkan kualitas keislaman kita bersama. Kisah-kisah tersebut adalah sebagai berikut:
Pertama, pada tahun 1884, Syekh Muhammad Abduh mendapat kesempatan untuk mengunjungi kota Paris-Perancis. Pada waktu itu Paris telah menjadi kota yang teratur rapi, indah dan bersih. Penduduknya memiliki etos kerja yang tinggi, ramah terhadap tamu, bersahabat, dan negaranya berkembang maju, bersih dan teratur.
Atas kunjungannya ini, Syekh Muhammad Abduh membandingkan dengan negara Arab pada saat itu, ia mengungkapkan:
رَأَيْتُ الْإِسْلَامَ وَلَمْ أَرَى مُسْلِمًا، وَرَأَيْتُ الْمُسْلِمِيْنَ فِي الْعَرْبِ وَلَمْ أَرَى اِسْلَامًا
“Saya melihat Islam (di Paris) tapi saya tidak melihat seorang muslim, dan aku melihat kaum muslimin di Arab namun saya tidak melihat Islam”
Apa yang dimaksud Syekh Muhammad Abduh ini meskipun sederhana, namun mengandung masalah yang kompleks, yaitu amalan-amalan yang harusnya dilakukan umat Islam justru dilakukan oleh masyarakat Barat.
Misalnya mereka benar-benar menjaga kerapian kota, sementara orang-orang Islam di negara-negara Islam waktu itu masih jorok dan tidak menjaga kebersihan, padahal dalam Islam kebersihan adalah sebagian Iman.
Demikian juga etos kerja, di mana pada saat itu masyarakat Barat memiliki etos kerja yang tinggi, sedangkan etos kerja umat Islam masih rendah, padahal Islam memerintahkan kita untuk semangat dalam segala perkara yang bermanfaat, Allah pun lebih mencintai seorang muslim yang kuat daripada yang lemah.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Kedua, pada tahun 1940, seorang penulis buku bernama Amir Syakib Arsalan sepulang dari Spanyol “Andalusia”, menerima surat penting dari Syekh Muhammad Rasyid Ridha, pimpinan redaksi majalah al-Manar. Surat ini sebenarnya dikirim oleh Syekh Muhammad Basuni Imran, seorang ulama dari Sambas Pontianak, yang isinya berupa pertanyaan.
Inti pertanyaan tersebut mirip dengan pengamatan Syekh Muhammad Abduh yaitu, mengapa kaum muslimin mengalami kelemahan dan kemunduran yang merata di seluruh dunia, sedangkan bangsa Eropa, Amerika dan Jepang mengalami kemajuan? Apakah dimungkinkan bagi kaum muslimin untuk maju dan pada saat yang sama tetap teguh dengan agama mereka?
Amir Syakib Arsalan pun menulis jawabannya dan dimuat di Majalah Al-Manar. Jawaban tersebut kemudian dilengkapi dan diedit untuk diterbitkan dalam bentuk buku yang berjudul “Limādza Ta’akhkhara al-Muslimūn wa Taqaddama Ghayruhum” (kenapa umat Islam mundur sedangkan umat lainnya maju).
Menariknya, inti temuan Amir Syakib Arsalan adalah, penyebab kemunduran Islam yang paling utama adalah faktor keagamaan, yaitu rendahnya iman dan amal umat Islam.
Kedua faktor ini didukung oleh kenyataan bahwa; 1) Semangat umat Islam dalam berkorban sangat rendah; 2) Amal-amal ekonomi, sosial politik dirusak oleh pengkhianat para pemimpin umat.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Ketiga, ketika itu, Syekh Mutawalli As-Sya’rawi pernah berkunjung ke San Fransisco, Amerika, ia ditanya oleh seorang orientalis,
“Apakah ayat-ayat pada Al-Quran kalian seluruhnya benar?”
Sang Syekh, menjawab dengan tegas, “Iya saya yakin benar”.
Orientalis tersebut kemudian bertanya lagi, “Lalu mengapa Allah jadikan orang-orang kafir berkuasa atas kalian, padahal dalam surat An-Nisa: 141, dijelaskan:
وَلَنْ يَجْعَلَ اللَّهُ لِلْكَافِرِينَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ سَبِيلًا
“Dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk (menguasai) orang-orang yang beriman (mukminin)”
Syekh Mutawali As-Sya’rawi lantas menjawab, demikian itu karena kami masih muslimin belum mukminin. Syekh tersebut menerangkan bahwa kaum muslimin hari ini menunaikan syiar-syiar Islam, dari shalat, zakat, haji dan puasa Ramadhan, namun mereka sangat gersang akan ilmu dan iman.
Syekh Mutawali kemudian menyebutkan Surat Al-Hujurat ayat 14:
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ
“Orang-orang Arab Badui itu berkata: ‘Kami telah beriman’. Katakanlah: “Kamu belum beriman tapi katakanlah, ‘Kami telah berislam’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu”
Demikian itu, karena jika seorang telah benar-benar beriman, tentu mereka akan memiliki kedudukan lebih tinggi dari umat dan bangsa lainnya. Allah berfirman dalam surat Ali Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ
“Dan janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan pula bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman (mukminin)”
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Keempat, sebagaimana kisah Syekh Mutawalli, ketika Prof. Hamid Fahmi Zarkasyi berkunjung ke Melbourne, Australia tahun 2012. Ketika Prof. Hamid mengisi di Masjid Clayton, ia bertemu dengan Nuaim Khayyat asal Indonesia, penyiar Radio Australia yang sangat terkenal pada tahun 1980-an.
Dalam pertemuan tersebut, Nuaim Khayyat bercerita dan sekaligus bertanya,
“Bulan puasa tahun lalu saya pulang ke Indonesia dan saya menyaksikan semarak gempita umat Islam dalam menyambut kedatangan bulan Ramadhan yang luar biasa. Ibadah tarawih, ceramah, peringatan Nuzulul Quran dan selainnya dengan begitu gegap gempita, baik di masjid-masjid maupun di media elektronik dan di jalan-jalan. Tapi mengapa korupsi dan tindakan kriminal juga masih terus marak di kalangan umat Islam (Indonesia)?”.
Prof. Hamid pun menjawab sebagaimana ayat yang dinukil Syekh Mutawalli, yaitu surat Al-Hujurat ayat 14, bahwa orang-orang Arab Badui pernah menyatakan keimanannya di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lantas Allah menegur mereka, dan mengatakan bahwa mereka baru ber-Islam belum beriman.
Maka demikian pula di masyarakat di Indonesia secara umum, di mana kualitas berislam kita mungkin masih sebatas “muslim” belum sampai pada tingkat “mukmin”.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Dari nukilan kisah-kisah tersebut, menunjukkan bahwa kemunduran umat Islam, baik berupa etos kerja yang buruk, dikuasainya mereka oleh orang-orang kafir, maupun terjadinya banyak korupsi, kemaksiatan, dan kemungkaran-kemungkaran lainnya, adalah karena kualitas berislam umat ini yang masih sebatas ibadah ritual dan gersang akan ilmu dan keimanan.
Untuk itu, marilah kita senantiasa meningkatkan kualitas berislam kita menuju keimanan yang kuat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Agar kita dapat meningkatkan kualitas berislam dari level keislaman menuju keimanan, maka setidaknya kita harus melibatkan tiga aspek dalam kehidupan, yaitu ucapan dengan lisan, keyakinan dalam hati, dan amal dengan anggota badan.
Pertama: Maksud ucapan dengan lisan, yaitu benar-benar mengikrarkan syahadat dengan penuh keilmuan dan keyakinan.
Kedua: Maksud keyakinan dengan hati, adalah meyakini, menerima, dan membenarkan segala apa yang datang dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Ketiga: Maksud beramal dengan anggota badan, yakni mengamalkan apa yang diikrarkan dan diyakini tersebut dengan perilaku kita, baik dalam bentuk ibadah praktis maupun ibadah sosial.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Bahwasanya aspek ketiga atau amal inilah yang harus mendapat porsi terbesar untuk menggapai tingkat keimanan. Demikian itu karena tujuan diciptakannya kehidupan dan kematian adalah untuk menguji siapakah yang paling baik amalnya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Mulk ayat 2,
الَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ
“Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Mahaperkasa, Maha Pengampun.”
Selain itu, banyak sekali ayat-ayat yang membicarakan tentang orang-orang beriman, kemudian disertai perintah-perintah untuk melaksanakan amal tertentu, seperti mendirikan shalat, puasa, berhijrah, berjihad, dan melaksanakan hukum-hukum. Semua ini menunjukkan akan pentingnya membuktikan keimanan dengan amalan anggota badan.
Demikian juga sebaliknya, mereka yang enggan beramal dan justru melakukan dosa-dosa besar, maka mereka adalah orang-orang yang tidak beriman meskipun telah masuk Islam.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, hadits riwayat Muslim, no. 57,
لَا يَزْنِي الزَّانِي حِينَ يَزْنِي وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَسْرِقُ السَّارِقُ حِينَ يَسْرِقُ وَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَا يَشْرَبُ الْخَمْرَ حِينَ يَشْرَبُهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ
“Tidak beriman seorang pezina itu ketika berzina. Tidaklah beriman seorang pencuri itu ketika mencuri. Tidaklah beriman seorang yang menenggak arak itu ketika menenggaknya.”
Untuk itulah, seorang yang beriman, tidak akan mungkin melakukan tindakan korupsi, menyengsarakan rakyat, mengkhianati amanah, dan melakukan berbagai kemaksiatan serta kemungkaran.
Demikian, seorang yang beriman tentu akan selalu semangat dalam beribadah dan bekerja. Ia juga memiliki etos kerja yang tinggi, peka terhadap lingkungan, dan saling bersaudara degan sesama mukmin lainnya. Dengan demikian, pertolongan Allah akan segera datang dan kaum muslimin tidak akan dikuasai oleh orang-orang kafir.
Maasyiral muslimin rahimakumullah
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar Walillahil Hamd
Oleh karena itulah, di momen spesial ini, marilah kita tingkatkan selalu kualitas berislam kita agar tidak sekedar menjalankan ibadah namun gersang akan ilmu dan keyakinan yang kuat. Juga marilah kita mengamalkan ilmu-ilmu yang telah diperoleh baik terkait dengan hak Allah maupun sosial masyarakat.
Sehingga, dengan memadukan keyakinan, ilmu dan amal inilah, kita akan dapat dikatakan sebagai orang yang benar-benar beriman kepada Allah Ta’ala. Semoga kita termasuk orang-orang mukmin yang akan selalu ditolong oleh Allah subhanahu wata’ala, aamin ya Rabb.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
Maasyiral muslimin rahimakumullah
اللهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، لَا إِلَهَ إِلَّا اللّٰهُ اللّٰهُ أَكْبَرُ ، اللّٰهُ أَكْبَرُ، وَلِلّٰهِ الْحَمْد.
إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.
أَمَّا بَعْدُ؛
فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِينَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلَّ شَرٍّ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
-اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُونَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِينَ وَالْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ.
Download PDF Materi Khutbah Idul Fitri
Berislam dari Sekedar Ritual Menuju Keimanan di sini:
Semoga bermanfaat!