Materi Khutbah Jumat 5 Sebab Kehancuran Umat-dakwah.id

Materi Khutbah Jumat: 5 Sebab Kehancuran Umat

Terakhir diperbarui pada · 6,487 views

Materi Khutbah Jumat
5
Sebab Kehancuran Umat

Oleh: Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

 

 

*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.

إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Marilah kita senantiasa memuji Allah ‘azza wajalla atas segala kenikmatan, baik lahiriah maupun batiniah; yang tampak maupun yang tersembunyi, yang besar maupun yang kecil. Atas ma’unah-Nya kita bisa senantiasa berada di atas jalan ketaatan. Ya Allah, jadikan diri kami senantiasa istiqamah dalam kebaikan hingga ajal menjemput. Amiin

Shalawat dan salam tercurah ruahkan kepada Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam Nabi junjungan, yang telah menyelamatkan manusia dari jurang kebinasaan lantaran kebodohan dan kezaliman. Keselamatan juga semoga dilimpahkan untuk para istri dan sahabat-sahabatnya. Aamiin

Kami wasiatkan kepada diri pribadi dan jamaah sekalian untuk selalu dan senantiasa melazimi ketakwaan kepada Allah ‘azza wajalla dengan cara menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.(QS. Ali Imran: 102)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Di antara sifat orang beriman adalah senantiasa bercermin pada pengalaman masa lampau untuk diambil pelajaran. Karena agama mencela orang yang melakukan kesalahan yang sama lebih dari sekali.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berpesan untuk kita semuanya, sebagaimana diriwayatkan oleh sahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhuma:

لاَ يُلْدَغُ الْمُؤْمِنُ مِنْ جُحْرٍ وَاحِدٍ مَرَّتَيْنِ

Tidaklah seorang muslim tersengat bisa dari satu lubang (binatang buas) sebanyak dua kali.” (HR. Muslim)

Materi Khutbah Jumat: Materi Khutbah Jumat: 4 Bekal Menghadapi Fitnah Akhir Zaman

Sesungguhnya dalam kisah umat terdahulu, terdapat ‘Ibrah pelajaran yang sangat berharga dan renungan yang harus selalu menggetarkan hati orang-orang yang hidup setelah mereka khususnya orang beriman.

Kisah itu adalah tentang kebinasaan dan kehancuran umat terdahulu lantaran melakukan berbagai macam pelanggaran.

Kemudian, Allah ‘azza wajalla memberi peringatan kepada umat ini dengan nasehat yang sangat mendalam. Al-Quran menguraikannya di berbagai tempat. Di antaranya firman Allah subhanahu wata’ala,

فَكَأَيِّنْ مِنْ قَرْيَةٍ أَهْلَكْنَاهَا وَهِيَ ظَالِمَةٌ فَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَى عُرُوشِهَا وَبِئْرٍ مُعَطَّلَةٍ وَقَصْرٍ مَشِيدٍ. أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ

Maka betapa banyak negeri yang telah Kami binasakan karena (penduduk)nya dalam keadaan zalim, sehingga bangunan-bangunannya runtuh, dan (betapa banyak pula) sumur yang telah ditinggalkan dan istana yang tinggi (tidak berpenghuni). Maka, tidak pernahkah mereka berjalan di muka bumi sehingga hati (akal) mereka dapat memahami, atau telinga mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta ialah hati yang berada di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 45-46)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Kehancuran umat yang Allah subhanahu wata’ala timpakan ternyata timbul karena banyak sebab. Sebab-sebab tersebut sebenarnya kembali kepada beberapa sebab utama: (1) Karena kufur kepada Allah dan menghalangi manusia dari jalan-Nya; (2) Mengolok-olok para utusan Allah subhanahu wata’ala; (3) Mengingkari nikmat Allah dan enggan mensyukurinya; (4) Mengerjakan larangan Allah; dan (5) Melakukan tindak kezaliman dan melampaui batas.

Al-Quran dan As-Sunnah telah menjelaskan itu semua.

Terkait hal ini, ada dua poin penting yang seharusnya selalu diperhatikan oleh setiap muslim:

Pertama: Hendaknya orang-orang yang memiliki akal sehat mengambil pelajaran akan apa yang telah Allah timpakan terhadap umat-umat terdahulu. Allah berfirman:

وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ

Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.(QS. Hud: 120)

Kedua: Allah menyiksa umat terdahulu dengan menimpakan bencana. Bencana tersebut terjadi dalam dua bentuk; Bencana yang membinasakan mereka semua sehingga tidak tersisa seorang pun; dan bencana berat yang menimpa mereka seperti Tha’un, angin topan, dan lain-lain yang tidak sampai menghabisi mereka semua.

Artikel Tsaqafah: Trend Mengikuti Tradisi Non Muslim: Pintu Kehancuran Generasi Islam

Allah subhanahu wata’ala berfirman:

أَفَأَمِنَ الَّذِينَ مَكَرُوا السَّيِّئَاتِ أَنْ يَخْسِفَ اللَّهُ بِهِمُ الْأَرْضَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ مِنْ حَيْثُ لَا يَشْعُرُونَ. أَوْ يَأْخُذَهُمْ فِي تَقَلُّبِهِمْ فَمَا هُمْ بِمُعْجِزِينَ.  أَوْ يَأْخُذَهُمْ عَلَىٰ تَخَوُّفٍ فَإِنَّ رَبَّكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ

Maka apakah orang-orang yang membuat makar yang jahat itu, merasa aman (dari bencana) ditenggelamkannya bumi oleh Allah bersama mereka, atau datangnya azab kepada mereka dari tempat yang tidak mereka sadari. Atau Allah mengazab mereka di waktu mereka dalam perjalanan, maka sekali-kali mereka tidak dapat menolak (azab itu). Atau Allah mengazab mereka dengan berangsur-angsur (sampai binasa). Maka sesungguhnya Tuhanmu adalah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.(QS. An-Nahl: 45-47)

 

Lima Sebab Kehancuran Umat

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Sebab-sebab kehancuran umat bermuara pada lima sebab berikut ini:

Pertama: Tidak mengindahkan aturan dan hukum-hukum Allah Ta’ala

Penegakan aturan dan hukum Allah memiliki dampak positif yang sangat banyak. Penegakan aturan dan hukum Allah bisa mencegah kerusakan, menghilangkan tindak kezaliman, terwujudnya tatanan yang adil dan terjaganya jiwa, harta, dan kehormatan manusia.

Aturan dan hukum Allah subhanahu wata’ala diberlakukan tanpa pandang bulu, apakah terhadap pejabat atau rakyat biasa, orang kaya atau miskin, laki-laki atau pun perempuan. Ia tidak boleh dibatalkan lantaran adanya permohonan ataupun bujukan imbalan harta dan lain-lain.

Dalam sebuah hadits disebutkan tentang peristiwa penegakan aturan hukum yang menyimpang sehingga menyebabkan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam murka.

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

إنَّ قُرَيشًا أَهَمَّهُمْ شَأنُ المرأَةِ المَخزوميَّةِ التي سَرَقَتْ، فقالوا: مَنْ يُكلّمُ فيها رسولَ الله -صلى الله عليه وسلم-؟ فقالوا: ومَنْ يَجترئُ عليه إلا أُسامَةُ بن زَيدٍ، حِبُّ رسولِ الله -صلى الله عليه وسلم-؟ فَكلَّمَهُ أُسَامَةُ، فقال رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم-: أتَشفَعُ في حدٍّ مِنْ حُدودِ الله؟ ثم قال: إنَّما أَهلك الذين قبلكم: أنَّهمْ كانوا إذا سَرقَ فيهم الشَّريفُ تَرَكُوه، وإذا سَرَقَ فيهم الضعيف أقاموا عليه الحدّ. وَأيْمُ الله لَوْ أنَّ فاطمةَ بنْتَ محمدٍ سَرَقَت لقطعتُ يَدَهَا

Bahwa orang-orang Quraisy pernah digemparkan oleh kasus seorang wanita dari Bani Mahzum yang mencuri di masa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tepatnya ketika masa perang Al-Fath.

Lalu mereka berkata: ‘Siapa yang bisa berbicara dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Siapa yang lebih berani selain Usamah bin Zaid, orang yang dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?’

Maka Usamah bin Zaid pun menyampaikan kasus tersebut kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga berubahlah warna wajah Rasulullah.

Lalu beliau bersabda: ‘Apakah kamu hendak memberi syafa’ah (pertolongan) terhadap seseorang dari hukum Allah?’

Usamah berkata: Mohonkan aku ampunan wahai Rasulullah.’

Kemudian sore harinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdiri seraya berkhutbah. Beliau memuji Allah dengan pujian yang layak bagi-Nya, kemudian bersabda:

Amma ba’du. Sesungguhnya sebab hancurnya umat sebelum kalian adalah bahwa mereka itu jika ada pencuri dari kalangan orang terhormat, mereka biarkan. Dan jika ada pencuri dari kalangan orang lemah, mereka tegakkan hukum pidana. Adapun aku, demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, jika Fatimah bintu Muhammad mencuri maka akan aku potong tangannya.’

Lalu Rasulullah memerintahkan wanita yang mencuri tersebut untuk dipotong tangannya.

..Aisyah berkata: ‘Setelah itu wanita tersebut benar-benar bertobat, lalu menikah. Dan ia pernah datang kepadaku setelah peristiwa tadi, lalu aku sampaikan hajatnya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.’ (HR. Al-Bukhari No. 3475, 4304, 6788; HR. Muslim No. 1688)

 

Kedua: Kikir terhadap harta benda, tidak mengindahkan hak Allah dan hamba-Nya

Kikir artinya rakus terhadap sesuatu dan mencarinya secara sembunyi-sembunyi, sedangkan bakhil adalah menahan diri dari berderma setelah ia mendapatkan harta tersebut. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Al-Wabil Ash-Shayyib minal Kalim At-Toyyib, 33)

Sifat kikir merupakan sumber malapetaka dan bencana. Sebagaimana disebutkan dalam hadits:

عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللّهِ أَنّ رَسُولَ اللّهَ صلى الله عليه وسلم قَالَ:

اتَّقُوا الظُّلْمَ. فَإِنّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ. وَاتَّقُوا الشُّحَّ. فَإِنّ الشُّحَّ أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ

Dari Jabir bin ‘Abdillah bahwasanya Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi wasallam bersabda:

“Berhati-hatilah terhadap kezaliman, sebab kezaliman adalah kegelapan (yang berlipat) di hari Kiamat. Dan jauhilah kebakhilan/kekikiran karena kekikiran itu telah mencelakakan umat sebelum kamu.” (HR. Muslim)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Ketiga: Menyelisihi ajaran para Rasul

Menyelisihi ajaran para Rasul merupakan sebab dari datangnya bencana yang mengakibatkan kehancuran umat. Termasuk juga dalam hal ini adalah menyelisihi ajaran para ulama yang lurus dan da’i yang ikhlas. Karena mereka sebenarnya adalah pewaris para Rasul itu sendiri, maka menyelisihi ulama sama saja sejatinya menyelisihi para nabi.

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ – رضي الله عنه – قَالَ:

خَطَبَنَا رَسُولُ الله -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ: “يَا أَيُّهَا النَّاسُ! قَدْ فُرِضَ عَلَيْكُمُ الحَجَّ فَحُجُّوا”. فَقَالَ رَجُلٌ: أَفِي كُلِّ عَامٍ يَا رَسُولَ الله؟! فَسَكَتَ حَتَّى قَالَهَا ثَلاَثًا، ثُمَّ قَالَ: ذَرُونِي مَا تَرَكْتكُمْ، لَوْ قلْتُ نَعَمْ لَوَجَبَتْ وَلمَا اسْتَطَعْتُمْ، إِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ كَثْرَةِ سُؤَالهِمْ وَاخْتِلاَفِهِمْ عَلَى أَنْبِيَائِهِمْ، فَإِذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ، وَإِذَا نَهَيْتُكُمْ عَنْ شَيْءٍ فَاجْتَنِبُوهُ

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah

Wahai manusia, telah diwajibkan atas kalian berhaji maka berhajilah.”

Kemudian ada seorang bertanya: “Apakah setiap tahun Wahai Rasulullah?”

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjawab sampai ditanya tiga kali, barulah setelah itu beliau menjawab: “Jika aku katakan: ‘Iya’, maka niscya akan diwajibkan setiap tahun belum tentu kalian sanggup, maka biarkanlah apa yang sudah aku tinggalkan untuk kalian, karena sesungguhnya telah binasa orang-orang sebelum kalian, akibat banyaknya pertanyaan dan penyelisihan mereka terhadap nabi mereka, maka jika aku perintahkan kalian dengan sesuatu, kerjakanlah darinya sesuai dengan kemampuan kalian dan jika aku telah melarang kalian akan sesuatu maka tinggalkanlah.” (HR. Muslim)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menjelaskan ayat di atas bahwa; adanya larangan banyak bertanya adalah karena khawatir terjerumus kepada perilaku menyelisihi nabi. Sebab, di antara bentuk menyelisihi nabi adalah terlalu banyak bertanya dalam masalah yang sudah jelas.

 

Keempat: Berlebihan dalam agama

Ghuluw adalah perilaku tercela yang bisa menjadi sebab kebinasaan dan berakibat pada kehancuran umat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

عن ابن عباس – رضي الله عنهما – قال: قال رسولُ الله -صلى الله عليه وسلم- غَدَاةَ العَقَبَةِ وَهُوَ عَلَى رَاحِلَتِهِ: “هَاتِ القُطْ لِي. فَلَقَطْتُ لَهُ حَصَيَاتٍ مِنْ حَصَى الخَذْفِ. فَلمَّا وَضَعْتُهُنَّ فِي يَدهِ قَالَ: بِأَمْثَالِ هَؤُلاَءِ. إِيَّاكُمْ وَالغُلُوَّ فِي الدِّينِ، فَإِنَّمَا أَهْلَكَ مَنْ كَانَ قَبْلكُمُ بِالغُلُوُّ فِي الدِّينِ

Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma dia berkata:

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku pada padi hari ‘Aqabah (hari melempar jumrah pertama dalam rangkaian ibadah haji), dan saat itu beliau berada di atas kendaraannya:

Kemarilah, ambilkan (kerikil) untukku.’

Maka aku ambilkan kerikil-kerikil untuk beliau, dan kerikil-kerikil itu (yang aku ambil) adalah batu-batu yang digunakan untuk melempar ketapel, maka ketika aku letakkan di tangan beliau, beliau berkata:

Seperti inilah (yang engkau gunakan). Waspadalah kalian dari sikap ghuluw dalam beragama, karena sesungguhnya yang membinasakan umat-umat sebelum kalian adalah ghuluw dalam beragama’.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasa’i)

Artikel Tsaqafah: Rencana Ilahi di Balik Proses Perjuangan Rasulullah dalam Mempersiapkan Kemenangan Islam

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan, perilaku ghuluw itu mencakup semua bentuk sikap ghuluw/berlebih-lebihan baik dalam masalah akidah ataupun amal. Ghuluw adalah melampaui batas dalam sikap menyenangi sesuatu, atau sebaliknya, melampaui batas dalam membenci sesuatu dan selainnya.

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Kelima: Berlomba-lomba dalam urusan dunia dan berbangga terhadapnya

Agama menghasung kita untuk bersegera melakukan kebajikan, berlomba-lomba dalam ketaatan dan amal saleh. Maka inilah arti perlombaan yang terpuji yang nanti akan membantu seorang muslim untuk meraih kemuliaan baik dunia maupun akhirat.

Agama Islam melarang perlombaan dalam urusan dunia yang menyebabkan kelalaian akan urusan akhiratnya dan mengarah kepada keburukan dan kemungkaran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah berpidato di hadapan para sahabat yang notabene mereka adalah manusia-manusia yang paling bersahaja dalam hidupnya. Namun demikian mereka tidak lepas dari peringatan nabi.

Dari Amr bin ‘Auf radhiyallahu ’anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

فَوالله مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ، وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا، فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ

“Demi Allah. Bukanlah kemiskinan yang aku khawatirkan menimpa kalian. Akan tetapi aku khawatir ketika dibukakan kepada kalian dunia sebagaimana telah dibukakan bagi orang-orang sebelum kalian. Kemudian kalian pun berlomba-lomba dalam mendapatkannya sebagaimana orang-orang yang terdahulu itu. Sehingga hal itu membuat kalian menjadi binasa sebagaimana mereka dibinasakan olehnya” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Artikel Dakwah: Ulama Umat yang Diam Terhadap Kesesatan: Sebuah Pelajaran dari Syaikh Al-Ibrahimi

Dari Abdullah bin Amru bin AlAsh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

إِذَا فُتِحَتْ عَلَيْكُمْ ‌فَارِسُ ‌وَالرُّومُ، أَيُّ قَوْمٍ أَنْتُمْ؟

قَالَ عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ: نَقُولُ كَمَا أَمَرَنَا اللهُ،

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَوْ غَيْرَ ذَلِكَ، تَتَنَافَسُونَ، ثُمَّ تَتَحَاسَدُونَ، ثُمَّ تَتَدَابَرُونَ، ثُمَّ تَتَبَاغَضُونَ

Apabila Persia dan Romawi ditaklukkan untuk kalian, jadi kaum apa kalian?”

Abdurrahman bin Auf menjawab: “Kami akan mengatakan yang diperintahkan oleh Allah kepada kami.”

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Atau sebaliknya?, kalian berlomba-lomba, kemudian saling menghasut, lalu saling memutuskan hubungan, Kemudian saling membenci...” (HR. Muslim)

 

Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah Ta’ala

Demikian materi khutbah Jumat tentang sebab kehancuran umat yang dapat kami sampaikan. Semoga, penjelasan yang sedikit ini mampu menyadarkan kita dari sebab-sebab mengapa umat ini sulit untuk bangkit dan jaya kembali.

Terakhir, mari berdoa supaya Allah Ta’ala memberikan kepada kita kekuatan untuk senantiasa menjalankan perintah-Nya dan menjahui larangan-Nya.

أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

 

 

KHUTBAH KEDUA

أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

 

 

 

 

Download PDF Materi Khutbah Jumat 5 Sebab Kehancuran Umat di sini:

DOWNLOAD PDF

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Abdul Halim Tri Hantoro, S.Pd.I

Mahasiswa pascasarjana Manajemen Pendidikan Islam di IAIN Surakarta. Konsentrasi di bidang Tafsir, Hadits dan Tazkiyah. Penikmat kitab Taisirul Karimirrahman fi Tafsiri Kalamil Mannan karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, Kitab hadits Shahih Fadhailul A'mal karya Syaikh Ali Bin Nayif Asy-Syahud, kitab Madarijus Salikin Manazil Iyyaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'in karya Ibnu Qayyim al-Jauziyah. Aktif mengajar di beberapa kajian tafsir, hadits, dan kajian umum.

2 Tanggapan

Alhamdulillah….syukron ustadz👃👃👃sangat bermanfaat…materi bagus…

Bagaimana cara mengambilnya?….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *