Materi Khutbah Jumat
Saatnya Menggalang Persatuan Umat
Ditulis oleh: Shodiq Fajar
- Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
- Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright
Download file PDF materi khutbah Jumat DI SINI
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
وَقَالَ: إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Di awal khutbah Jumat ini, kami wasiatkan kepada diri kami dan juga kepada jamaah sekalian, marilah kita tingkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ketahuilah, kita semua adalah saudara. Islam telah menyatukan hati kita. Dan inilah ikatan persatuan yang paling kokoh tiada banding.
Di akhirat kelak, tidak ada persamaan dan kesetaraan antara kita kecuali persamaan dengan sesama muslim. Namun, pada kenyataannya saat ini, banyak bertengkaran, perseteruan, pertentangan, dan permusuhan antar sesama. Hanya orang-orang yang sungguh-sungguh dalam bertakwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla lah yang mampu bertahan dalam persaudaraan ukhuwah Islamiyah.
Oleh sebab itu, marilah kita kuatkan iman dan takwa kita kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan bekal itu, kita pupuk dan rawat persatuan dan persaudaraan, ukhuwah Islamiyah, antar sesama muslim.
Saling mencintai. Saling menyayangi. Saling menghargai. Saling memberi uzur. Saling membantu. Saling berkorban. Saling berkasih sayang. Saling menasehati. Saling menolong.
Muslim yang kuat menolong muslim yang lemah. Muslim yang kaya menolong muslim yang miskin. Muslim yang memiliki kelonggaran menolong saudara muslim yang ditimpa kesempitan dan kesulitan.
Saling memperkuat persaudaraan. Saling menghindari sebab-sebab permusuhan dan perpecahan.
Betapa indahnya suasana ukhuwah Islamiyah seperti ini!
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا
“Orang mukmin yang satu dengan mukmin yang lain bagaikan satu bangunan, satu dengan yang lainnya saling mengokohkan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Mukmin satu dengan mukmin yang lainnya harus saling mengokohkan, bukan saling menjatuhkan. Mukmin satu dengan mukmin yang lainnya harus saling menguatkan, bukan saling melemahkan.
Lantas, bagaimana cara mengokohkan hubungan antara mukmin satu dengan mukmin lainnya?
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Pertama, cara paling mudah untuk memperkuat dan memperkokoh persatuan umat adalah dengan membiasakan saling memberi salam ketika berjumpa.
Tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang ke Madinah, orang-orang berlari menuju ke arahnya. Ketika diumumkan “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah tiba,” maka aku pun mendatangi kerumunan orang-orang itu untuk melihat beliau.
apa yang pertama kali diucapkan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada khalayak manusia yang menyambut beliau?
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ucapkan kepada khalayak,
أَفْشُوا السَّلَامَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوا بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلَامٍ
“Wahai manusia, sebarkanlah salam, berilah makanan, dan shalatlah di malam hari ketika orang-orang tidur, maka kalian akan masuk surga dengan selamat.” (HR. Ibnu Majah no. 1324)
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Ucapan salam yang begitu ringan itu ternyata memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Ucapan salam dapat melembutkan hati yang kaku. Ucapan salam dapat melunakkan hati yang keras. Ucapan salam dapat meredam amarah di dada. Ucapan salam dapat memperkuat rasa cinta sesama muslim.
Ucapan salam menumbuhkan cinta. Saling mendiamkan menumbuhkan benci. Ucapan salam meredam amarah. Mendiamkan memupuk amarah.
Apabila seorang muslim berjumpa dengan muslim lainnya, hendaklah ia mengucapkan salam kepadanya. Lebih utama lagi, kita yang mengawali ucapan salam tersebut.
Bagi kita yang mendapat ucapan salam dari saudara muslim kita, maka wajib hukumnya untuk menjawab salam tersebut. Jawablah salam saudaramu. Jawablah salam itu dengan sempurna dan wajah yang manis penuh senyuman. Jawablah dengan salam yang sama dengan salamnya atau dengan salam yang lebih baik darinya.
Karena begitu pentingnya ucapan salam, kita jumpai saudara-saudara kita yang berada nun jauh di sana saling bertitip salam. Bertatap muka tak dapat, bertitip salam pun didapat.
Pada zaman Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ada seorang sahabat yang sudah lama tak berjumpa dengan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kerinduan dan kecintaannya kepada beliau begitu menggelora.
Lantas, ia mengutus anaknya untuk datang menghadap Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa pesan yang ia titipkan? Pesan yang ia titipkan untuk disampaikan kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah ucapan salam.
إِنَّ أَبِي يُقْرِئُكَ السَّلَامَ
“Sesungguhnya bapakku menitipkan salam untukmu.”
Apa jawaban Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Bagaimana cara Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab titipan salam? Beliau menjawab,
عَلَيْكَ السَّلَامُ وَعَلَى أَبِيكَ السَّلَامُ
“Semoga keselamatan tercurahkan kepada kamu dan bapakmu.”
Kisah ini terdapat dalam hadits riwayat Abu Daud nomor 4554.
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Apalagi tindakan yang dapat memperkokoh dan menguatkan persatuan umat?
Cara lain untuk memupuk dan menguatkan persatuan umat Islam adalah dengan saling menjenguk saudara yang sakit. Kenapa menjenguk orang sakit dapat menguatkan dan mengokohkan persatuan umat?
Sebab, menjenguk saudara yang sakit itu akan menumbuhkan rasa kasih sayang. Ketika Anda menjenguk saudara yang sedang sakit, itu artinya Anda memiliki kepedulian terhadap dirinya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَطْعِمُوا الْجَائِعَ وَعُودُوا الْمَرِيضَ وَفُكُّوا الْعَانِيَ
“Berilah makan terhadap orang yang kelaparan, jenguklah orang sakit dan bebaskanlah tawanan.” (HR. Al-Bukhari no. 5217)
Menjenguk orang sakit adalah perintah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Ketika seorang muslim menjenguk saudaranya yang sakit, maka ia akan mendapat limpahan pahala dan rahmat. Ketika seorang menjenguk saudaranya yang sakit, ia akan mendapat pahala kepedulian terhadap sesama muslim.
Doanya kepada saudaranya yang sakit, juga akan menjadi pahala tersendiri bagi dirinya. Upaya dia untuk memotivasi ketabahan dan kesabaran saudaranya yang sakit, di dalamnya terdapat pahala. Seluruh aktivitasnya ketika menjenguk saudaranya yang sakit adalah pahala.
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا عَادَ مَرِيضًا قَالَ اللَّهُمَّ أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ فَأَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Dari Ali radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam apabila menjenguk orang sakit beliau berdoa: “ALLAAHUMMA ADZHIBIL BA’SA, RABBAN NAASI, WASYFI, FA-ANTASY SYAAFII, LAA SYIFFAA-A ILLAA SYIFAAUKA, SYIFAA-AN LAA YUGHAADIRU SAQAMAN” (Ya Allah, Tuhan manusia, hilangkanlah penyakit, dan sembuhkanlah, Engkau adalah Pemberi kesembuhan, tidak ada kesembuhan kecuali kesembuhanMu, kesembuhan yang tidak meninggalkan sakit.” (HR. At-Tirmizi No. 3488)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَعُودُ مَرِيضًا إِلَّا بَعْدَ ثَلَاثٍ
Dari Anas bin Malik ia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menjenguk orang sakit kecuali setelah tiga hari.” (HR. Ibnu Majah No. 1427)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ قَالَ أَتَشْتَهِي شَيْئًا قَالَ أَشْتَهِي كَعْكًا قَالَ نَعَمْ فَطَلَبُوا لَهُ
Dari Anas bin Malik dia berkata, “Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjenguk seseorang yang sakit, beliau bersabda: ‘Apakah kamu menginginkan sesuatu?’ Orang itu menjawab, ‘Aku ingin kue.’ Beliau bersabda: ‘Baiklah.’ Kemudian orang-orang mencarikan kue untuknya.” (HR. Ibnu Majah No. 3432)
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلْتُمْ عَلَى الْمَرِيضِ فَنَفِّسُوا لَهُ فِي الْأَجَلِ فَإِنَّ ذَلِكَ لَا يَرُدُّ شَيْئًا وَهُوَ يَطِيبُ بِنَفْسِ الْمَرِيضِ
Dari Abu Sa’id Al Khudri ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Apabila kalian menjenguk orang sakit maka berilah ia semangat dalam menghadapi ajal, meskipun itu tidak dapat menolak sesuatu tetapi akan membuat jiwa yang sakit menjadi baik.” (HR. Ibnu MAjah No. 1428)
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَخَلَ عَلَى أَعْرَابِيٍّ يَعُودُهُ قَالَ وَكَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ عَلَى مَرِيضٍ يَعُودُهُ فَقَالَ لَهُ لَا بَأْسَ طَهُورٌ
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjenguk seorang Arab badui, Ibnu Abbas melanjutkan; “Setiap kali beliau menjenguk orang sakit, maka beliau akan mengatakan kepadanya: ‘Tidak apa-apa, Insya Allah baik-baik saja’.” (HR. Al-Bukhari No. 5224)
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Allah ‘azza wajalla juga mensyariatkan kepada hamba-hamba-Nya untuk senantiasa memupuk kerukunan antar sesama manusia. Menjaga suasana kebersamaan, ketenteraman, dan keharmonisan, menghindari perpecahan dan perselisihan, dan mendamaikan perselisihan.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ
“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia.” (QS. An-Nisa’: 114)
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَبْغَضَ الرِّجَالِ إِلَى اللَّهِ الْأَلَدُّ الْخَصِمُ
Dari ‘Aisyah dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: ‘Orang yang paling Allah benci adalah orang yang keras kepala lagi suka bermusuhan’.” (HR. Muslim No. 4821)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda kepada Abu Ayyub,
يَا أَبَا أَيُّوبَ، أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى عَمِلٍ يَرْضَاهُ اللهُ وَرَسُولُهُ؟ قَالَ: بَلَى. قَالَ: تُصْلِحُ بَيْنَ النَّاسِ إِذَا تَفَاسَدُوا، وَتُقَارِبُ بَيْنَهُمْ إِذَا تَبَاعَدُوا
“Wahai Abu Ayyub, apakah engkau mau aku beritahu sebuah amalan yang diridhai Allah ‘azza wajalla dan rasul-Nya?” Abu Ayub menjawab, “Mau.” Beliau bersabda, “Engkau mendamaikan antar manusia apabila mereka bermusuhan, dan engkau mendekatkan antar mereka jika mereka saling menjauhi.” (Mu’jam al-Kabir, Ath-Thabrani, 8/257)
Maka, setiap upaya yang berorientasi untuk mendamaikan dua saudara muslim yang sedang bertikai, berselisih, dan bermusuhan adalah upaya dalam rangka mengurangi potensi-potensi perpecahan di tengah umat sehingga persatuan umat dapat terwujud kembali.
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Selain cara di atas, tradisi saling memberi hadiah antar sesama muslim juga termasuk amalan ringan namun memiliki kekuatan dahsyat untuk menyatukan umat.
Kenapa tradisi saling memberi hadiah antar sesama muslim dapat menyatukan umat?
Karena dalam tradisi tersebut terdapat unsur tarbiyah untuk saling menghargai dan memperdulikan antar sesama muslim, sehingga tumbuh lah rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
تَصَافَحُوا يَذْهَبْ الْغِلُّ وَتَهَادَوْا تَحَابُّوا وَتَذْهَبْ الشَّحْنَاءُ
“Hendaklah kalian saling berjabat tangan, niscaya maka akan hilanglah kedengkian. Hendaklah kalian saling memberi hadiah, niscaya akan saling mencintai dan menghilanglah permusuhan.” (HR. Malik No. 1413)
تَهَادَوْا فَإِنَّ الْهَدِيَّةَ تُذْهِبُ وَحَرَ الصَّدْرِ وَلَا تَحْقِرَنَّ جَارَةٌ لِجَارَتِهَا وَلَوْ شِقَّ فِرْسِنِ شَاةٍ
“Hendaknya kalian saling memberikan hadiah, karena hadiah dapat menghilangkan sifat benci dalam dada, dan janganlah seseorang meremehkan pemberian tetangganya walaupun hanya secuil kaki kambing.” (HR. At-Tirmizi No. 2056)
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Selain cara di atas, masih ada cara lain lagi untuk mengokohkan persatuan dan kesatuan umat. Apa itu? Yaitu dengan membudayakan musyawarah.
Mengapa sering terjadi gesekan dan pertikaian antar kelompok umat Islam? Bisa jadi salah satu faktor penyebabnya adalah tidak adanya keharmonisan antar tokoh utama, tokoh penggerak, dan ulama-ulama yang ada di dalam masing-masing kelompok tersebut. Tidak ada forum musyawarah bersama di antara mereka. Tidak ada majelis ilmu yang mendudukkan seluruh kelompok-kelompok atau elemen-elemen umat Islam yang ada.
Kalau saja tokoh-tokoh umat yang berada di dalam masing-masing kelompok dan elemen umat Islam tersebut mau duduk bersama untuk bermusyawarah, mendiskusikan persoalan-persoalan umat guna mencari solusinya, maka betapa banyak masalah-masalah umat ini yang akan dapat diselesaikan dengan baik dan bijak. Celah-celah pertikaian, perselisihan, dan permusuhan antar umat di akar rumput dapat dikikis sedikit-demi sedikit dan sangat mungkin untuk bisa dihilangkan, sehingga persatuan umat ini dapat terwujud dan terbangun dengan kokoh.
وَالَّذِينَ اسْتَجَابُوا لِرَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَمْرُهُمْ شُورَىٰ بَيْنَهُمْ وَمِمَّا رَزَقْنَاهُمْ يُنْفِقُونَ
“Dan (bagi) orang-orang yang menerima (mematuhi) seruan Rabbnya dan mendirikan shalat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan musyawarat antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka.” (QS. Asy-Syura: 38)
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Begitu pula sebaliknya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat melarang umatnya untuk melakukan sesuatu yang menyebabkan perpecahan di antara umat Islam, saling menjauhi antar sesama umat Islam, dan saling memusuhi di antara mereka.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang umatnya untuk mendiamkan sesama saudara muslim selama lebih dari tiga hari berturut-turut.
Namun kenyataannya, sikap yang dilarang oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam ini justru banyak terjadi di kalangan antar kelompok dan elemen umat Islam sekitar kita.
Saat ini, banyak kita jumpai tokoh-tokoh antar kelompok atau elemen umat Islam justru saling mencurigai, saling menggunjing, saling menjatuhkan, dengan semangat loyalitas dan kecintaan pada pribadi kelompoknya kemudian berusaha menjatuhkan kelompok lain yang seakidah, sesama ahlu sunnah wal jamaah.
Kita jumpai dua orang tokoh muslim yang sama-sama melakukan perbuatan baik, suka pada kebaikan, dan di mata masyarakat dipandang sebagai tokoh agama yang baik, namun setan menggelincirkan keduanya, menjebak keduanya dalam jebakan adu domba, saling menjatuhkan, tokoh yang satu menjatuhkan tokoh yang lainnya, hanya karena nafsu mementingkan diri sendiri dan kelompoknya, fanatisme golongan, yang sama sekali itu justru akan merugikan umat Islam secara luas.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik,
لَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا وَلَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ
“Janganlah kalian saling membenci, janganlah saling mendengki, dan janganlah kalian saling membelakangi, dan jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara, dan tidak halal bagi seorang muslim mendiamkan saudaranya melebihi tiga malam.” (HR. Al-Bukhari No. 5612)
Dalam hadits lain disebutkan,
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الْاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُسْلِمٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا
Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Pintu-pintu surga dibuka pada hari senin dan kamis, maka setiap hamba muslim yang tidak menyekutukan Allah akan diampuni kecuali seorang laki-laki yang ada permusuhan dengan saudaranya. Lalu dikatakan; ‘Tangguhkan untuk keduanya hingga mereka damai, tangguhkan untuk keduanya hingga mereka damai’.” (HR. Malik No. 1414)
Seorang muslim haram mendiamkan saudaranya sesama muslim, kecuali kalau jelas-jelas saudaranya tersebut melakukan suatu kemaksiatan. Dimana ia boleh mendiamkan saudaranya yang berbuat maksiat dengan harapan agar ia segera bertobat dari kemaksiatannya.
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘Azza wa Jalla,
Nabi juga melarang perilaku suka mencaci maki antar sesama muslim, sebab perbuatan itu dapat menjadi api pemantik permusuhan dan kebencian antar sesama.
Maka, hendaklah kita mulai berusaha semaksimal mungkin belajar menumbuhkan rasa cinta dan kasih sayang kepada sesama muslim, dan mengikis habis benih-benih perpecahan, permusuhan, dan kebencian terhadap sesama muslim yang pernah tertanam dalam sanubari kita masing-masing.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
Jamaah shalat Jumat yang dirahmati Allah ‘azza wajalla,
Pada khutbah Jumat yang kedua ini, kembali kami wasiatkan kepada diri kami dan juga kepada jamaah sekalian untuk senantiasa meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah ‘azza wajalla.
Dengan memperkuat iman dan takwa, semoga itu menjadi bekal yang ampuh untuk merintis, membangun, dan mempertahankan persatuan umat Islam.
Jamaah khutbah Jumat yang dirahmati Allah ‘azza wajalla,
Salah satu strategi setan untuk menyesatkan dari jalan kebenaran adalah dengan memecah belah kesatuan dan persatuan umat ini. Tampaknya, upaya-upaya memecah belah inilah yang saat ini menjadi senjata utama orang-orang kafir dan munafik dalam melemahkan eksistensi umat Islam di muka bumi, di negara mana pun berada.
Ibarat diagnosa seorang dokter spesialis, manakala kita telah menemukan faktor-faktor penyebab lemahnya umat Islam saat ini, maka langkah selanjutnya ada mencari solusi dan penawar untuk proses penyembuhan dan pemulihannya.
Baca juga: Golongan Munafik Lebih Berbahaya dari Musuh, Kenali Sifat dan Karakter Mereka!
Maka, di hari yang sangat mulia ini, mari kita gunakan kesempatan ini untuk merenungi kembali. Dari sekian banyak penyakit-penyakit yang menjadi faktor perpecahan dan perselisihan antar saudara muslim, mana penyakit yang saat ini bersarang dalam hati kita masing-masing.
Setelah itu, mari kita cabut penyakit-penyakit itu dari hati kita, lalu kita ganti dengan benih-benih sikap yang dapat menjadi faktor pemicu dan pembangun persatuan dan kesatuan umat.
Semoga kita semua senantiasa dijaga Allah ‘azza wajalla dari berbagai macam penyakit dan bisikan setan yang mengarah pada perpecahan, kebencian, dan perselisihan antar sesama muslim.
Semoga Allah ‘azza wajalla segera menyatukan hati kita, pikiran kita, jiwa dan raga kita dalam ikatan iman yang kuat. Karena sekarang adalah saatnya menggalang persatuan umat!
إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا، اَللَّهُمَّ حَبِّبْ إِلَيْنَا الْإِيْمَانَ وَزَيِّنْهُ فِي قُلُوْبِنَا، وَكَرِّهْ إِلَيْنَا الْكُفْرَ وَالْفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ.
اَللَّهُمَّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمنًا مُطْمَئِنًّا قَائِمًا بِشَرِيْعَتِكَ وَحُكْمِكَ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ، اَللَّهُمّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ، وَالزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الفِتَنِ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ
وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة
Download file PDF materi khutbah Jumat DI SINI