Daftar Isi
Materi Khutbah Jumat:
Ulama Pewaris Nabi Jangan Dizalimi
Oleh: Abdul Halim Tri Hantoro S.Pd.I
- Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
- Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright
*) Link download PDF Materi Khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
إِنَّ الْحَمْدَ لِلهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْد
Segala puji hanya milik Allah ‘azza wajalla, yang telah memberi kita keteguhan iman dan juga Islam. Semoga Allah subhanahu wata’ala mewafatkan kita dalam keadaan berserah diri, amin.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Shalawat dan Salam semoga tercurah untuk baginda Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. kepada para istri beliau, para sahabat dan segenap umatnya yang berpegang teguh kepada Islam sampai akhir zaman.
Mari kita semua berusaha untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah ‘azza wajalla di mana saja berada, mengiringi setiap kelalaian dan perbuatan dosa dengan amal saleh, niscaya ia akan menghapusnya. Kita laksanakan perintah-Nya dan kita jauhi larangan-Nya.
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Ulama adalah mereka yang takut kepada Allah subhanahu wata’ala sebagaimana firman-Nya:
…إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ
“…Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (QS. Fathir: 28)
Imam Hasan al-Bashri menjelaskan ulama adalah orang yang takut kepada Allah Yang Maha Pengasih, dan menyukai apa yang disukai oleh Allah dan menghindari apa yang dimurkai Allah. (Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi)
Ibnu Abbas menjelaskan, ulama adalah orang yang tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, yang menghalalkan apa yang telah dihalalkan oleh Allah dan mengharamkan apa yang telah diharamkan-Nya, menjaga perintah-perintah-Nya, dan yakin bahwa dia akan bertemu dengan-Nya yang akan menghisab dan membalas semua amalan manusia. (Imam Al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Ahkamil Qur’an)
Kita semua tahu, para Nabi diutus oleh Allah untuk membina dan membimbing umat dari jalan kesesatan menuju jalan kebenaran dengan berlandaskan pada wahyu. Menuntun umat menuju kehidupan yang bahagia di dunia dan akhirat. Mengentaskan umat dari kegelapan dan kehancuran. Menyelamatkan umat dari kebodohan dan kenistaan.
Dan yang terpenting, menyampaikan amanat risalah dari Rabb Semesta Alam. Itulah tugas nabi. Demikian juga sejatinya ulama, ia adalah penerus estafet perjuangan nabi. Ia adalah pemangku tugas nabi. Semua tugas nabi, ia yang mewarisinya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak.” (HR. Tirmidzi no. 2681; HR. Ahmad (5/169); HR. Ad-Darimi (1/98); HR. Abu Dawud no. 3641)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Mengetahui yang demikian, maka kita harus menunaikan hak para ulama yang menjadi pewaris para Nabi. Kita tidak boleh menyepelekan urusan kepada mereka. Kita tidak boleh mencela, menghina, merendahkan, menyakiti dan menzalimi mereka. Ini adalah larangan besar dalam agama.
Allah subhanahu wata’ala mencela perilaku golongan munafik yang suka mengolok-olok orang-orang beriman saat peristiwa perang Tabuk dengan ujaran, “Tidak pernah aku melihat orang yang paling banyak makannya dan paling pengecut saat perang kecuali mereka (orang-orang beriman).”
Maka Allah pun menurunkan firman-Nya,
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ. لَا تَعْتَذِرُوا قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ إِنْ نَعْفُ عَنْ طَائِفَةٍ مِنْكُمْ نُعَذِّبْ طَائِفَةً بِأَنَّهُمْ كَانُوا مُجْرِمِينَ
“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab, ‘Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.’ Katakanlah, “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At-Taubah: 65-66)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Di akhir zaman ini, kita mendapati banyak sekali perilaku manusia yang gemar sekali mengolok-olok dan menzalimi para ulama pewaris nabi baik dengan kata-kata maupun dengan tindakan aniaya.
Allah telah mengingatkan kita untuk jangan mendengarkan celaan dan cemoohan orang yang benci terhadap Islam,
وَقَدْ نَزَّلَ عَلَيْكُمْ فِي الْكِتَابِ أَنْ إِذَا سَمِعْتُمْ آيَاتِ اللَّهِ يُكْفَرُ بِهَا وَيُسْتَهْزَأُ بِهَا فَلَا تَقْعُدُوا مَعَهُمْ حَتَّىٰ يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ إِنَّكُمْ إِذًا مِثْلُهُمْ إِنَّ اللَّهَ جَامِعُ الْمُنَافِقِينَ وَالْكَافِرِينَ فِي جَهَنَّمَ جَمِيعًا
“Dan sungguh Allah telah menurunkan kekuatan kepada kamu di dalam al-Quran bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian), tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam Jahannam.” (QS. An-Nisa’: 140)
4 Kewajiban Terhadap Ulama Pewaris Nabi
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Oleh karena itu wajib bagi kita, umat Islam untuk menjaga ulama yang berdakwah menyampaikan kebenaran ke hadapan manusia. Setidaknya ada empat hal bentuk kewajiban kita kepada mereka:
Pertama: Beradab, menghormati, dan memuliakan ulama.
Ibnu Qayyim Al-Jauziyah menjelaskan, Adab baik seseorang adalah tanda kebahagiaan dan kesuksesannya. Adab buruknya adalah tanda kesengsaraan dan kebinasaannya. Adab yang baik adalah sangat efektif untuk mendatangkan kebaikan dunia akhirat. Adab yang buruk adalah sangat efektif untuk menghalangi dari kebaikan dunia akhirat.” (Madarijus Salikin, 2/391)
Ibnu Mubarak rahimahullah memberi nasehat sindiran kepada orang-orang yang merasa ilmunya banyak namun adab dan akhlaknya buruk,
نَحْنُ إِلَى قَلِيْلٍ مِنَ الْأَدَبِ، أَحْوَجُ مِنَّا إِلَى كَثِيْرٍ مِنَ الْعِلْمِ
“Kami lebih membutuhkan sedikit adab, dibanding banyaknya ilmu.”
Menghormati ulama termasuk pengagungan kepada Allah subhanahu wata’ala, bahkan menurut Imam Nawawi bahwa menghormati ulama lebih utama dari pada kepada orang tua karena ulama adalah para pewaris Nabi. sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ إِجْلَالِ اللَّهِ إِكْرَامَ ذِي الشَّيْبَةِ الْمُسْلِمِ وَحَامِلِ الْقُرْآنِ غَيْرِ الْغَالِي فِيهِ وَالْجَافِي عَنْهُ وَإِكْرَامَ ذِي السُّلْطَانِ الْمُقْسِطِ
“Sesungguhnya termasuk pengagungan kepada Allah subhanahu wata’ala, yaitu memuliakan orang tua yang muslim, orang yang hafal al–Quran (ulama) tanpa berlebih-lebihan atau berlonggar-longgar di dalamnya dan memuliakan penguasa yang adil.” (Abu Dawud, no. 4843 dan dihasankan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, 1/44)
Kedua: Mewariskan sikap menghormati ulama kepada para generasi umat Islam.
Warisan yang paling baik untuk generasi penerus kita adalah berupa kebaikan, dan di antara kebaikan itu adalah menanamkan sikap hormat dan ta’zhim kepada para ulama pewaris nabi. Mereka adalah orang-orang yang telah Allah subhanahu wata’ala tinggikan derajatnya baik di dunia dan akhirat.
Allah berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu, ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis,’ maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, ‘Berdirilah kamu,’ maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Mujadilah: 11)
Maka tentunya tidak pantas bagi kita untuk merendahkan orang yang telah Allah angkat derajatnya.
Tidak pantas bagi kita untuk mengakhirkan hak orang yang telah didahulukan Allah, sebaliknya kita tidak mungkin mendahulukan orang-orang yang telah Allah rendahkan derajatnya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman:
…وَمَنْ يُهِنِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ إِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يَشَاءُ
“…Dan barang siapa yang dihinakan Allah maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Al-Hajj: 18)
Oleh karenanya wajib atas kaum muslimin untuk mewariskan kepada generasi penerus sikap hormat dan ta’zhim kepada para ulama pewaris nabi.
Ibrahim bin Syahid berkata, “Bapakku pernah menasehati diriku dengan berkata, ‘Wahai Ibrahim, datanglah kepada para ulama ahli ilmu, belajarlah dari mereka, ambil adab, akhlak, dan petunjuk mereka, karena sesungguhnya yang demikian itu lebih aku sukai dari pada banyak meriwayatkan hadits.’” (Al-Jami’ Li Akhlaqi Rawi, Al-Khatib, 1/17)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Ketiga: Menimba ilmu langsung dari para ulama, bukan melalui buku atau tulisan saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin menjelaskan, mempelajari ilmu lewat jalur bertemu langsung dengan ulama akan lebih memudahkan dalam memperoleh ilmu (dan pemahaman) dari pada belajar lewat metode kitab saja.
Karena mereka yang memperoleh ilmu melalui metode kitab akan lebih susah dan membutuhkan upaya sungguh-sungguh agar bisa paham. Padahal ada beberapa hal seperti kaidah-kaidah syar’i dan batasan yang telah ditetapkan oleh para ulama yang butuh penjelasan lanjut, dan harus dipelajari dengan merujuk dan bertanya langsung pada para ulama sebisa mungkin. (Kitabul ‘Ilmi, Syaikh Muhammad Ibn Shalih al-Utsaimin, 103)
Dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’allim dijelaskan, salah satu adab seorang pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa ulama. Sebab, lembaran kertas tidak bisa membimbing. Sementara ulama akan membimbing jika ada bacaan pelajar yang keliru.
Belajar agama tanpa ulama sangat rawan gagal paham dalil agama, dan mudah ditipu aliran sesat. Sesorang ingin mengetahui makna al-Qur’an tanpa belajar dan tanpa bimbingan ulama, akan menemui kesulitan.
Artikel Tsaqafah: Ilmu Islam itu Sangat Luas, Ini yang Fardhu ‘Ain untuk Dipelajari
Imam az-Zarnuji berpesan, jangan sembarangan memilih guru. Dalam memilih guru, sebaiknya guru yang lebih pandai, wara’, lebih tua.
Ilmu dapat diperoleh dengan enam hal, yaitu: cerdas, tekun, sabar, kemampuan biaya, memperoleh petunjuk guru, dan waktu yang lama.
Ulama pewaris nabi adalah sosok yang luas ilmunya dan dengan ilmu itu ia memiliki kadar ketakwaan atau khasyah (takut) yang tinggi.
Orang alim itu orang yang memiliki rasa khasyah kepada Allah, senang terhadap hal-hal yang disenangi Allah, serta menghindarkan diri dari segala hal yang mendatangkan murka Allah.
Seorang ulama harus bertakwa kepada Allah. Ketakwaannya akan mengantarkan dirinya menjadi makhluk mulia di hadapan Allah.
Allah berfirman,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al-Hujarat: 13)
Keempat: Menjaga dan membela kehormatan ulama
Jika keberadaan para Nabi adalah karunia yang sangat berharga, maka keberadaan para ulama pun di tengah-tengah masyarakat merupakan karunia yang tak ternilai harganya.
Jika keberadaan para Nabi mutlak dibutuhkan oleh umat, maka begitu pun para ulama.
Jika para Nabi adalah manusia agung yang harus ditaati dan dihormati, begitu pula para ulama adalah manusia mulia yang harus ditaati dan dihormati sesuai koridor syariat Islam.
Dengan kedudukan ulama pewaris nabi yang begitu vital dan terhormat, maka membelanya dan menjaga kehormatannya menjadi sebuah keniscayaan. Karena membela kehormatan ulama sama dengan membela agama itu sendiri.
Syaikh Utsaimin pernah berkata, “Mengghibah ulama memberikan mudarat kepada Islam seluruhnya. Karena umat tidak akan percaya lagi kepada ulama lalu mereka akan meninggalkan fatwa para ulama dan lepaslah mereka dari agama.”
Orang-orang yang phobia terhadap Islam ini menggunakan berbagai cara untuk menghancurkan Islam.
Salah satu cara yang mereka lancarkan dalam rangka meruntuhkan kewibawaan Islam adalah menggugat otoritas ulama.
Mereka menyebarkan pemikiran bahwa tidak ada yang boleh dan bisa menjadi pihak yang otoritatif dalam memahami agama ini. Semua orang berhak dan bisa memahami dan menafsirkan agama sesuai kehendaknya. Bahwa semua faham dan tafsir adalah benar dan tidak ada yang paling benar atau satu-satunya yang benar. Bahwa para ulama juga adalah manusia biasa yang bisa salah dan bisa benar.
Materi Khutbah Jumat: 6 Pesan Rasulullah Kepada Umatnya
Mereka merendahkan ulama pewaris nabi dan mencampakkan fatwa serta pandangan para ulama. Allah memberikan ancaman kepada mereka dengan firman-Nya,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَىٰ وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّىٰ وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
“Dan barang siapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahanam, dan Jahanam itu seburuk-buruk tempat kembali.” (QS. An-Nisa’: 115)
Membela para ulama pewaris nabi adalah untuk menyelamatkan manusia dari kesesatan dan kebodohan. Sehingga dunia ini tidak rusak karenanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِﻥَّ ﺍﻟﻠﻪ ﻻ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺍﻧْﺘِﺰَﺍﻋَﺎً ﻳَﻨْﺘَﺰِﻋُﻪُ ﻣﻦ ﺍﻟﻌِﺒﺎﺩِ ﻭﻟَﻜِﻦْ ﻳَﻘْﺒِﺾُ ﺍﻟﻌِﻠْﻢَ ﺑِﻘَﺒْﺾِ ﺍﻟﻌُﻠَﻤَﺎﺀِ ﺣﺘَّﻰ ﺇﺫﺍ ﻟَﻢْ ﻳُﺒْﻖِ ﻋَﺎﻟِﻢٌ ﺍﺗَّﺨَﺬَ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺭﺅﺳَﺎً ﺟُﻬَّﺎﻻً، ﻓَﺴُﺌِﻠﻮﺍ ﻓَﺄَﻓْﺘَﻮْﺍ ﺑِﻐَﻴْﺮِ ﻋِﻠْﻢٍ ﻓَﻀَﻠُّﻮﺍ ﻭَﺃَﺿَﻠُّﻮﺍ
“Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah mengangkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan.” (HR. Al-Bukhari)
Imam Nawawi menjelaskan, “Hadits ini menerangkan bahwa maksud diangkatnya ilmu yaitu sebagaimana pada hadits-hadits sebelumnya secara mutlak. Bukanlah menghapuskannya dari dada para penghafalnya, akan tetapi maknanya adalah wafatnya para pemilik ilmu tersebut. Manusia kemudian menjadikan orang-orang bodoh untuk memutuskan hukum sesuatu dengan kebodohan mereka. Akhirnya mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain.”
Jika terjadi kezaliman, penganiayaan, penghinaan, ancaman, dan semua bentuk intimidasi terhadap ulama, umat Islam harus berada di barisan para pembela ulama, bukan malah membantu kezaliman yang dilakukan terhadap ulama.
Allah berfirman,
وَلَا تَرْكَنُوْٓا اِلَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ مِنْ اَوْلِيَاءَ ثُمَّ لَا تُنْصَرُوْنَ
“Dan janganlah kamu cenderung kepada orang yang zalim yang menyebabkan kamu disentuh api neraka, sedangkan kamu tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, sehingga kamu tidak akan diberi pertolongan.” (QS. Hud: 113)
Jamaah shalat Jumat rahimakumullah
Demikian materi khutbah Jumat tentang kewajiban terhadap ulama pewaris nabi yang dapat kami sampaikan pada kesempatan yang berbahagia ini, semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk senantiasa menjadi para pembela-pembela agama-Nya.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هذا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
KHUTBAH KEDUA
أَحْمَدُ رَبِّي وَأَشْكُرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ نَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ
عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُّسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا
اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِ
اللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِيْنَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَا
رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
اللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى، والتُّقَى، والعَفَافَ، والغِنَى
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Download PDF Materi Khutbah Jumat Ulama Pewaris Nabi Jangan Dizalimi di sini:
Semoga bermanfaat!