Materi Kultum Ramadhan 14
Ramadhan Syahrul Qiyam
Pemateri: Sodiq Fajar
Tulisan yang berjudul Ramadhan Syahrul Qiyam ini adalah seri ke-14 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1445 H yang ditulis oleh Ustadz Sodiq Fajar.
اَلْحَمْدُ لِلهِ ذِي الْفَضْلِ وَالْإِنْعَامِ، أَهَّلَ عَلَيْنَا شَهْرَ رَمَضَانَ، شَهْرَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، لِيَفِيْضَ فِيْهِ عَلَيْنَا مِنْ وَاسِعِ الْكَرَمِ وَالْجُوْدِ وَالْإِحْسَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ذُوْ الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ أَفْضَلُ مَنْ صَلَّى وَصَامَ، صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْبَرَرَةِ الْكِرَامِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا، أَمَّا بَعْدُ:
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Alhamdulillah kita sudah memasuki pertengahan Ramadhan. Sedih atau senang?
Ya sedih, ya senang. Senang karena sebentar lagi sampai di hari kebahagiaan Idul Fitri. Sedih karena Ramadhan, kesempatan kita meraup pahala berlipat dari amal shalih, akan meninggalkan kita.
Jamaah sekalian, bagaimana dengan ibadah Qiyamul Lail-nya? Lancar? Masih semangat?
Apa yang dimaksud dengan ibadah Qiyamul Lail itu?
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Maksud Qiyamul Lail di bulan Ramadhan adalah menghidupkan waktu malam dengan aktivitas ibadah. Begadang mengisi waktu malam dengan berbagai macam bentuk ibadah.
Qiyamul Lail di bulan Ramadhan itu tidak hanya terbatas pada melaksanakan shalat Tarawih saja, namun juga ibadah-ibadah lainnya seperti membaca al-Quran, zikir, muhasabah, sedekah, dan lainnya.
Lain halnya jika disebut shalat Lail, maka ini maknanya sudah pasti shalat malam atau shalat tahajud, atau kalau di bulan Ramadhan ada shalat tarawih.
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Ramadhan disebut dengan Syahrul Qiyam. Syahrul Qiyam artinya bulan untuk Qiyamul Lail.
Ramadhan disebut dengan Syahrul Qiyam karena Qiyamul Lail adalah salah satu amalan utama di bulan Ramadhan selain shiyam dan tilawatul Quran. Terutama Qiyamul Lail yang berbentuk shalat Tarawih.
Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh imam al-Bukhari hadits nomor 2009, dari jalur Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barang siapa menghidupkan malam bulan Ramadhan dengan penuh keimanan dan penuh harap, maka diampuni dosa yang telah lalu.”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat semangat sekali melaksanakan Qiyam Ramadhan ini. Beliau ingin sekali umatnya juga memiliki semangat yang sama mengingat begitu besarnya keutamaan shalat tersebut.
Namun, di sisi lain, Rasulullah khawatir jika kelak shalat Tarawih ini akan dianggap sebagai kewajiban yang akhirnya justru akan memberatkan umat-umat beliau di masa kemudian. Sehingga, beliau tidak mengajak umatnya untuk melaksanakan shalat Tarawih berjamaah setiap hari. Ada hadits yang cukup panjang yang menjelaskan tentang ini, salah satunya diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi dalam kitab Sunan at-Tirmidzi hadits nomor 706.
Meskipun demikian, shalat Tarawih akhirnya diserukan kembali pelaksanaannya secara berjamaah di era khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Dan ini menjadi satu amalan sunnah untuk dilaksanakan oleh seluruh kaum muslimin.
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Masih semangat melaksanakan shalat tarawihnya?
Fungsi Ramadhan sebagai sebuah madrasah iman dan ibadah sangat terasa sekali ketika sudah memasuki pertengahan Ramadhan seperti sekarang ini. Mulai tampak siapa yang masih istiqamah ibadah dan siapa yang sudah mulai mengalami penurunan semangat.
Biasanya, penurunan semangat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor,
Pertama, faktor pola makan. Karena terlalu semangat dalam menyantap menu buka puasa, akhirnya perut terlalu kenyang. Walhasil, ketika shalat Isya’ tiba, badan terasa berat untuk diajak shalat, terutama shalat Tarawih.
Kedua, faktor lingkungan. Melihat teman-teman, tetangga, saudara yang sudah mulai tidak semangat untuk melaksanakan shalat, akhirnya jadi terpengaruh ikut turun semangatnya.
Ketiga, faktor ruhiyah. Saat ruhiyah kita sedang melemah, godaan setan di sana sini, hawa nafsu terus bergejolak, akhirnya semangat ibadah pun melemah.
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Faktor ketiga itu yang sangat penting. Kenapa? Karena inti dari ibadah itu adalah menaklukkan diri supaya menghamba dengan sepenuhnya kepada Allah subhanahu wata’ala. Pasrah totalitas tunduk patuh kepada Allah subhanahu wata’ala.
Memang, pahala itu tidak terlihat oleh kasat mata kita di dunia ini. Namun, kita juga harus sadar betul bahwa keberadaan pahala dan dosa itu wajib untuk diimani. Keimanan kita terhadap adanya pahala dan dosa merupakan bagian dari prinsip keimanan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Tidak diperlihatkannya wujud pahala ini merupakan bagian dari ujian Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala ingin menguji seberapa jujur keimanan kita kepada Allah subhanahu wata’ala.
Jika saja pahala Allah subhanahu wata’ala itu berwujud uang atau koin emas, mungkin seluruh manusia akan beriman kepada Allah subhanahu wata’ala. Tapi bukan itu yang Allah subhanahu wata’ala inginkan. Allah subhanahu wata’ala ingin menguji kita apakah ketaatan kita kepada-Nya itu taat yang original atau taat yang palsu.
Sehingga, menjaga agar ruhiyah tetap tumbuh subur adalah penting. Jika ruhiyah dapat terjaga, insyaallah faktor pola makan, faktor lingkungan, atau faktor lain yang melemahkan ibadah kita dapat diatasi dengan mudah. Biidznillah.
Jamaah shalat Isya’ dan Tarawih rahimakumullah,
Maka, pada kesempatan kali ini, kami nasehatkan kepada diri kami juga kepada jamaah sekalian untuk selalu menjaga ruhiyah kita agar senantiasa semangat dalam melaksanakan ibadah hingga hari terakhir bulan Ramadhan tahun ini.
Baik itu, semangat dalam melaksanakan shiyam, semangat membaca al-Quran, semangat shalat Tarawih, semangat berzikir, dan semangat dalam ibadah-ibadah lainnya.
Semoga Allah subhanahu wata’ala senantiasa memudahkan kita dalam melaksanakan setiap ibadah di bulan Ramadhan tahun ini hingga di hari terakhir. Amin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ.