materi kultum ramadhan 24 kita jitu raih malam lailatul qadar dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan: Kiat Jitu Raih Malam Lailatul Qadar

Terakhir diperbarui pada · 263 views

Tulisan yang berjudul Kiat Jitu Raih Malam Lailatul Qadar ini adalah seri ke-24 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1446 H yang ditulis oleh Ustadz Yasir Abdull Barr.

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ إِلَهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ, وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ خَاتَمُ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِينَ. أُوصِيْكُمْ وَإِيَّاَي نَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ فَإِنَّهُ خَيْرُ زَادِ الرَّاحِلِينَ. أَمَّا بَعْدُ.

Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Ta’ala. Berkat limpahan karunia, kekuatan, dan taufik-Nya semata, kita masih mampu menjalankan perintah-perintah-Nya dan meninggalkan larangan-larangan-Nya, terlebih dalam bulan Ramadhan yang sangat mulia ini.

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada suri teladan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beserta segenap keluarga dan sahabatnya. Semoga kita termasuk umatnya yang konsisten menjalankan syariat Islam, dan kelak di akhirat beruntung karena mendapatkan limpahan syafaatnya. Amiin.

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Setiap orang muslim tentu mendambakan dapat meraih keutamaan malam lailatul qadar. Namun, malam lailatul qadar adalah malam yang sangat mulia, agung, bernilai, dan penuh berkah.

Sesuatu yang sangat bernilai dan mulai, tentu tidak bisa diperoleh begitu saja dengan mudah oleh sembarang orang. Perlu kerja keras, keseriusan, kesabaran, dan kesungguhan untuk mampu menggapainya.

Dalam malam yang mulai ini, kita akan membahas secara singkat kiat-kiat jitu untuk memburu keutamaan malam lailatul qadar.

Kita Pertama: Bersihkan Diri Lahir Batin

Kiat pertama adalah membersihkan diri kita secara lahir dan batin. Secara lahir dengan mandi dan berwudhu, agar terbebas dari hadats kecil, hadats besar, dan najis. Secara batin, dengan banyak beristighfar dan bertaubat nashuha kepada Allah Yang Maha Pengampun.

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Kiat Kedua: Konsisten Beramal Amalan Fardhu ‘ain

Kiat kedua adalah konsisten menjaga amalan-amalan fardhu ‘ain. Khususnya melaksanakan shalat wajib lima waktu dan puasa Ramadhan. Melaksanakan fardhu ‘ain adalah modal pokok kita dalam mencari laba, yaitu keutamaan malam lailatul qadar.

Maka, mari kita perbaiki kualitas shalat lima waktu kita. Kita usahakan menunaikan shalat wajib lima waktu secara berJamaah di masjid atau mushola terdekat. Kita usahakan puasa Ramadhan kita bersih dari segala ucapan dusta, ucapan kotor, perbuatan dusta, dan hal-hal yang tidak bermanfaat.

Kiat Ketiga: Tingkatkan Kuantitas dan Kualitas Interaksi dengan Al-Quran

Kiat ketiga adalah meningkatkan kuantitas dan kualitas interaksi kita dengan Al-Quran. Durasi kita memegang, membaca, dan mentadaburi Al-Quran haruslah lebih lama dari durasi kita membaca HP dan mentadaburi medsos kita.

Jangan sampai di bulan Ramadhan yang bergelar syahrul Quran, bulan Al-Quran, ini waktu kita lebih banyak ditemani oleh HP dan medsos.

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Kiat Keempat: Lakukan I’tikaf

Kiat keempat adalah melakukan i’tikaf. Lebih baik apabila mampu i’tikaf satu hari satu malam. Paling baik tentunya i’tikaf sepuluh hari sepuluh malam.

Jika belum mampu sehari semalam; berusahalah berdiam diri di masjid selama minimal setengah jam, atau satu jam, setelah shalat wajib untuk berdzikir, membaca Al-Quran, bermunajat, dan melakukan amal shalih lainnya. Niatkanlah hal itu untuk i’tikaf.

عَنْ عَائِشَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى قَبَضَهُ اللَّهُ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam senantiasa melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, sampai beliau wafat. (HR. At-Tirmidzi no. 790)

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Kiat Kelima: Maksimalkan Ibadah Sepuluh Hari Terakhir

Kiat kelima adalah meningkatkan kesungguhan beribadah dalam sepuluh hari dan sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan. Demikianlah keteladanan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ العَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ، وَأَحْيَا لَيْلَهُ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata, “Apabila telah masuk sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam harinya, dan membangunkan keluarganya (untuk shalat malam).” (HR. Al-Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

Dalam riwayat yang lain, Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata,

كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْتَهِدُ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ، مَا لَا يَجْتَهِدُ فِي غَيْرِهِ

Rasulullah shallallahu ’alaihi wa salam biasa meningkatkan kesungguhan ibadah beliau pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, melebihi kesungguhan ibadah beliau pada hari-hari lainnya.” (HR. Muslim no. 1175)

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Dalam hadits shahih tersebut disebutkan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memiliki tiga kebiasaan pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Kebiasaan pertama adalah mengencangkan sarung.

Di kalangan ulama terdapat tiga tafsiran tentang pengertian menggencangkan sarung dalam hadits ini. Imam Abu Sulaiman Al-Khaththabi mengartikannya sesuai lahiriah lafalnya, yaitu ikatan sarungnya dikencangkan kuat-kuat, agar mampu melaksanakan shalat malam dan ibadah lainnya dengan sungguh-sungguh.

Imam Sufyan Ats-Tsauri dan Abu Bakar bin Ayyas menyatakan bahwa mengencangkan sarung adalah kalimat metafora. Maksudnya adalah beliau tidak melakukan hubungan seksual dengan istri-istrinya.

Adapun al-hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Fathu Al-Bârî Syarh Shahîh Al-Bukhârî menggabungkan kedua pengertian tersebut sekaligus. Menurut beliau, secara lahiriah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam betul-betul mengencangkan ikatan sarungnya. Secara maknawiyah, beliau tidak menggauli istri-sitrinya dan memfokuskan dirinya untuk sungguh-sungguh beribadah kepada Allah Ta’ala.

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Kebiasaan kedua beliau pada sepuluh hari terakhir Ramadhan adalah menghidupkan malam hari. Maksudnya adalah beliau tidak tidur pada malam hari. Beliau mengisi waktu malamnya dengan melakukan shalat malam yang sangat lama, berdoa, berdzikir, beristighfar, membaca Al-Quran, dan bermunajat kepada Allah Ta’ala.

Kebiasaan ketiga adalah membangunkan anggota keluarga. Maksudnya adalah beliau membangunkan semua istri, anak, menantu, dan cucu-cucu beliau dari tidur mereka. Siapa pun di antara mereka yang sudah mampu shalat pasti dibangunkan agar menunaikan shalat malam.

Jamaah shalat tarawih yang dimuliakan Allah…

Inilah kiat-kiat yang bisa kita tempuh untuk meraih keutamaan malam lailatul qadar. Semoga Allah melimpahkan kepada kita taufik, kesehatan, kekuatan, kesemangatan, kesabaran, dan istiqamah dalam beramal shalih pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan tahun ini. Amiin. (Yasir Abdull Barr/dakwah.id)

Topik Terkait

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading