Pertanyaan:
Apakah membaca al-Quran harus dengan memahami artinya? Apakah keutamaan mengkhatamkan al-Quran harus dengan mentadaburi ayat-ayatnya? Ada teman yang mengatakan bahwa membaca al-Quran akan sia-sia bila tanpa mentadaburi artinya. Jazakallah khairan.
[Ibnu Mabruri, Bumi Allah]
Jawaban:
Memahami ayat-ayat al-Quran dan mentadaburinya adalah sebuah keniscayaan bagi seorang muslim, karena al-Quran diturunkan sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Allah Ta’ala berfirman,
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الألْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)
Bahkan Allah mencela orang-orang yang tidak mentadaburi ayat-ayatnya. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan al-Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
Walau demikian, dibolehkan hanya membaca tanpa memahami maknanya dengan tujuan mendapatkan pahala membaca, sebagaimana keumuman hadits Nabi salallahu alalihi wa sallam,
عَنْ عَبْد اللَّهِ بْنَ مَسْعُودٍ رضى الله عنه يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللَّهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُولُ الم حرْفٌ وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيمٌ حَرْفٌ.
“Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallambersabda: “Siapa yang membaca satu huruf dari al-Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.” (HR. Tirmidzi dan dishahihkan di dalam kitab Shahih Al-Jami’, no. 6469)
Dari Abdullah bin Amru, Rasulullah salallahu alaihi wa sallam bersabda,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يُقَالُ لِصَاحِبِ الْقُرْآنِ اقْرَأْ وَارْتَقِ وَرَتِّلْ كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا فَإِنَّ مَنْزِلَتَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَأُ بِهَا
“Dikatakan kepada pembaca al-Quran bacalah dan tingkatkan, tartillah dalam membacanya (di jannah) sebagaimana kamu membaca di dunia. Sesungguhnya tempat (kembalimu) pada akhir ayat yang kamu baca.” (HR. Tirmidzi, Abu Daud, & Ahmad)
Al-Khattabi berkata “Disebutkan dalam sebuah atsar, sesungguhnya jumlah ayat-ayat al-Quran itu sesuai dengan tingkatan jannah. Maka dikatakan kepada pembaca al-Quran, naiklah di tingkatan jannah sesuai dengan jumlah bacaanmu. Barang siapa yang menyempurnakan bacaan seluruah al-Quran maka dia memiliki puncak tertinggi tingkatan jannah, dan barang siapa yang membaca satu juz maka dia memiliki tinkatan jannah sesuai bacaan tersebut, maka endingnya pahala itu ketika dipenghujung bacaan.” (Tuhfatul Ahwadzi, 7/232, Tadabburul Al-Qur’an, 24) [Majalah Ar-Risalah No.107 | dakwah.id]
Artikel Konsultasi Sebelumnya: Rela Pakai Leasing