Trend Menyebarkan Berita Dusta di Era Sosial Media

Trend Menyebarkan Berita Dusta di Era Sosial Media

Terakhir diperbarui pada · 2,091 views

Perubahan zaman serta perkembangan teknologi selalu saja menyisakan permasalahan baru. Trend sosial media membawa kebiasaan negatif berupa kebiasaan menyebarkan berita dusta. Nafsu untuk share, forward, retweet berita atau broadcast atau gambar manipulasi di akun sosial media seperti whatsapp, telegram, facebook, daln lainnya selalu saja mengalahkan nalar sehat yang semestinya mengambil langkah konfirmasi kebenaran konten sebelum share. Dengan motivasi, “Akulah yang pertama kali memviralkan itu!” pikiran nalar sehat tadi tenggelam.

Masyarakat muslim Indonesia perlu segera disadarkan. Menyebarkan berita dusta memiliki konsekuensi hukum yang sangat berat. Baik hukuman di dunia ataupun hukuman akhirat.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu bahwa menyebarkan berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya, atau bahkan menyebarkan berita yang jelas-jelas dusta merupakan kebiasaan yang sangat dibenci oleh Allah ‘Azza wa Jalla. Sabda beliau,

إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ

Sesungguhnya Allah membenci tiga hal untuk kalian; menyebarkan berita kaleng (katanya-katanya); (2) menyia-nyiakan harta; dan (3) banyak bertanya.” (HR. Al-Bukhari no. 1477 & Muslim no. 4582).

Berita dusta yang disebarkan melalui sosial media saat ini sangat beragam sekali motivasinya. Ada yang memang sengaja memelintir sebuah berita dalam rangka meningkatkan rating website dengan harapan pendapatan google adsense nya meningkat tajam. Atau dalam rangka mempromosikan sebuah produk agar segera dikenal khalayak dan tertarik untuk beli.

Motivasi yang cukup parah, saat penyebaran berita dusta di sosial media itu dibuat memang benar-benar untuk membuat kegaduhan sosial, konflik antar kelompok, membenturkan antar etnis, atau bahkan dalam rangka mempertahankan eksistensi jabatan dan kekuasaan.

Baca juga: Begini Karakter Munafik Ketika Ada Isu

Apapun motivasinya, bagaimanapun polanya, menyebarkan berita dusta secara sengaja tetap saja merupakan kejahatan yang bernilai dosa besar, Al-Kabair.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda dalam hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah,

كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukup seseorang dikatakan dusta, jika ia menceritakan segala apa yang ia dengar.” (HR. Muslim no. 5).

Dalam riwayat lain disebutkan,

كَفَى بِالْمَرْءِ إِثْمًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ

Cukuplah seseorang dianggap berdosa tatkala membicarakan semua yang ia dengar.” (HR. Abu Dawud no. 4992)

Baca juga: Enam Jenis Ghibah yang Diperbolehkan dalam Islam

Dalam masalah perbuatan dan perkataan dusta, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah sangat jelas sekali menerangkan bagaimana status orang yang melakukan perbuatan atau membuat perkataan dusta. Beliau bersabda,

وَإِيَّاكُمْ وَالكَذِبَ فَإِنَّ الكَذِبَ يَهِدِى إِلىَ الفُجُوْرِ وَإِنَّ الفُجُوْرَ يَهْدِي إِلىَ النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيتَحَرَّى الكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللهِ كذاباً

Dan jauhilah oleh kalian sifat dusta, karena sesungguhnya dusta itu menunjukkan pelakunya kepada keburukan, dan keburukan itu menunjukkan kepada api Neraka. Seseorang senantiasa berdusta dan berusaha untuk selalu berdusta sehingga ia ditulis disisi Allah sebagai seorang pendusta.” (HR. Muslim no. 6586)

Jika menyebarkan berita yang belum terkonfirmasi kebenarannya saja pelakunya sudah berdosa, apalagi menyebarkan berita dusta, apalagi dengan sengaja memproduksi konten-konten berita dusta di sosial media. Mari segera bertobat! [M. Shodiq/dakwah.id]

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 Tanggapan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *