Daftar Isi
Siapa yang belum kenal Dr. Mustafa as-Siba’i dan kitab Hakadza ‘Allamatni Al-Hayat karyanya yang sangat fenomenal itu?
Dr. Mustafa as-Siba‘i salah satu di antara sederet nama tokoh penting yang muncul di bidang pemikiran Islam dan gerakan Islam Kontemporer.
Beliau dikenal dengan buku-bukunya yang menyajikan rangkuman berbagai persoalan secara sederhana dan mudah. Dalam bahasa, kerangka kerja yang praktis dan dinamis yang berhubungan dengan isu-isu yang paling kompleks. Salah satu bukunya yaitu Hakadza ‘Allamatni al Hayat.
Spesifikasi Buku
Judul Buku : Hakadza ‘Allamatni al-Hayat
Penulis : Dr. Mustafa as-Siba’iPenerbit : Al-Maktab al-Islami, Beirut, Cet. IV/1997 MTebal : 368 Halaman
Pembaca yang ingin mengunduh buku tersebut dalam format PDF, silakan klik tautan berikut:
Biografi Singkat Dr. Mustafa as-Siba’i
Nama lengkapnya Mustafa bin Husni as-Siba‘i, lahir di Kota Homs, Suriah pada tahun 1915 M. Ia dibesarkan dalam didikan keluarga dan keturunan yang dikenal dengan ilmu pengetahuan sejak lama.
Ayah serta kakeknya merupakan orator ulung yang aktif berdakwah di masjid-masjid Kota Homs. Pemikirannya banyak dipengaruhi oleh ayahnya, Syaikh Husni as-Siba‘i, seorang alim yang menguasai berbagai ilmu syar’i.
Selama rihlah ilmiahnya di Mesir, as-Siba’i bertemu dan dekat dengan pendiri Ikhwanul Muslimin, Hasan al-Banna. Hubungan mereka berdua sangat erat, bahkan tetap terjalin meskipun setelah kepulangannya ke Suriah.
Di tempat kelahirannya pula ia bersama para ulama, dai, cedekiawan muslim, dan masyarakat Islam bertemu di kegubernuran Suriah sepakat untuk menyatukan barisan dalam beramal islami di bawah naungan satu organisasi Islam, yaitu Ikhwanul Muslimin.
Pertemuan ini juga dihadiri langsung perwakilan Ikhwanul Muslimin Mesir, Said Ramadhan, pada tahun 1942 M. Tidak berselang lama, tepatnya tiga tahun kemudian, yakni pada tahun 1945 M, Mustafa as-Siba‘i terpilih menjadi pengawas umum Ikhwanul Muslimin pertama di Suriah.
Selama hidupnya Mustafa as-Siba’i termasuk alim cendekiawan muslim yang produktif. Setidaknya ada 28 judul buku yang ia tulis dalam berbagai bidang ilmu keislaman. Di antara buku-buku tersebut selain yang sekarang kita telaah, yaitu Min Rawa’i Hadharatina,al-Istisyraq wa al-Mustasyriqun,as-Sunnah wa Makanatuha fi at-Tasyri’, dan kitab lainnya.
Di akhir hayatnya, Mustafa as-Siba‘i diuji Allah shubhanahu wata’ala dengan kelumpuhan kaki kirinya. Ia tetap bersabar selama 8 tahun hingga ajal menjemput pada hari Sabtu, 3 Oktober 1964 M, dan dishalatkan di Masjid Umayyah.
Selayang Pandang Isi buku Hakadza ‘Allamatni al-Hayat
Buku berjudul “Beginilah kehidupan mengajari saya” merupakan ringkasan visinya tentang realitas umat Islam dan bagaimana menghadapi berbagai krisis dan masalah melalui pengalamannya pribadinya.
Artikel-artikel dan kutipan-kutipan yang dimuat dalam buku tersebut berfokus pada pesan persatuan untuk umat Islam (wihdatul ummah), tanggapan terhadap klaim sektarian dan fanatisme aliran dan golongan, juga kritik dan bantahan terhadap apa yang diklaim oleh beberapa sekte Syiah tentang para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Buku ini juga membahas berbagai masalah politik dan intelektual lainnya, seperti penyakit peradaban manusia, bagaimana Islam mengobatinya, cara pandangnya tentang bagaimana seorang Muslim menghadapi godaan hati dan setan, dan persoalan rohani lainnya.
Di dalamnya, Mustafa as-Siba’i juga membahas isu-isu penting politik bangsa Arab dan umat Islam, seperti kekalahan melawan musuh Zionisme, alasan kegagalan Liga Arab menyatukan barisan Arab, dan dampak negatif arus nasionalisme dalam melemahkan persatuan Islam.
Artikel Tadabur: Ingin Tadabbur Al-Quran? Miliki 20 Buku Referensi Ini!
Buku ini umpama akumulasi pengalaman dari seorang tokoh pemimpin pergerakan Islam di negeri Syam secara keseluruhan. Penulisnya dikenal karena memiliki kepribadian menawan, dalamnya basirah, dan tajamnya pikiran serta luasnya wawasan.
Buku ini semacam kontribusi awal untuk memberikan gambaran dan landasan kuat bagi anak cucu umat Islam yang ingin beramal islami sekaligus proses evaluasi diri.
Buku “Beginilah kehidupan mengajari saya” tidak berlebihan jika dikatakan ia ibarat bayi yang lahir dari rahim pikiran yang jujur dan jiwa yang bersih lagi suci. Tak mengharap imbalan karena banyaknya kandungan nilai, pelajaran, dan “racikan obat” dari diagnosis terhadap banyak penyakit kemanusiaan, perilaku, dan intelektual.
Buku “Beginilah kehidupan mengajari saya” adalah sekolah bagi para dai, khususnya generasi muda Islam.
Ringkasan pemikiran dan pengalaman penulis yang ia temui dalam kehidupan, harapannya bisa menjadi panduan menjalani kehidupan yang sukses dengan pikiran yang sehat, kemauan yang kuat, dan semangat yang hebat.
Pemikiran yang akan membawa pembacanya melakukan rihlah ke alam ilahi, pemikiran islami, dan pembacaan mendalam tentang realitas kehidupan masa kini dan masa mendatang.
Apa yang ditulis oleh Dr. Mustafa as-Siba‘i di setiap lembar dan lipatan buku ini merupakan rekam pemikirannya selama tinggal di Rumah Sakit Mouwasat, Damaskus, pada tahun 1962 M.
Di dalamnya sama sekali beliau tidak menukil dari satu pun kitab atau pendapat orang lain. Alias murni buah renungan dan ide pribadi dari pengalaman kehidupan.
Tujuannya, untuk memberikan lebih banyak nasihat bagi generasi baru (pelanjut estafet amal islami) dan bisa mengambil manfaat yang banyak darinya.
Beliau menulisnya dengan gaya tulisan yang mudah dipahami oleh publik (awam) maupun kaum terpelajar dan cendekiawan. Jauh dari paparan konseptual dan gaya bahasa dan sistematika penulisan khas filosof yang terkesan rumit bagi sebagian kalangan atau umumnya orang.
Kutipan Nasehat Mustafa As-Siba’i dalam Buku Hakadzaa ‘Allamatnii Al Hayat
Kitab Hakadza ‘allamatni al-Hayat karya Dr. Mustafa as-Siba’i banyak sarat akan nasehat-nasehat penting. Melalui kitab tersebut, seolah beliau sedang bertutur kepada generasi penerus terkait intisari nila-nilai pengalaman di masa lalu.
Berikut ini sembilan petikan nasehat Dr. Mustafa as-Siba’i dalam kitab Hakadza ‘allamatni al-Hayat.
Nasehat pertama:
“Di antara hal-hal yang merusak peradaban: menyebut penipuan sebagai kecerdasan, dekadensi sebagai kebebasan, kejahatan sebagai seni, dan eksploitasi sebagai bantuan.” (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 19)
Nasehat kedua:
“Jika ilmu tidak menghalangi pemiliknya untuk menghindar dari keburukan, maka kebodohan Ibn al-Badiah (orang primitif) lebih baik darinya.” (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 21)
Nasehat ketiga:
“Selama kita berada dalam kehidupan ini, tempat ujian dan penderitaan,maka kita senantiasa dihadapkan pada banyak bencana.
Ada ujian penyimpangan dalam agama. Ada batu sandungan langkah menuju masa depan. Ada pesona kesenangan duniawi dan perhiasannya yang bisa melalaikan dan mengganti agama.
Karena kita berada di tempat ujian, maka ujian paling sulit adalah ujian godaaan Setan. Itu adalah ujian tersulit, karena kita dipaksa untuk menghadapinya di semua lini kehidupan.”
Nasehat keempat:
Setan, seperti yang dikatakan Dr. Mustafa as-Siba‘i, memiliki banyak binatang yang ia tunggangi untuk mencapai keinginannya. Tujuan akhir darinya, menggoda orang-orang dalam agama mereka.
Di antara tunggangan setan adalah ulama suu’, para sufi jahil, kaum zindik, politikus bejat, pemerintah dan antek-anteknya, para budayawan dan sastrawan pengumbar kedustaan dengan dalih kebijaksanaan, penari dan penyanyi, buzzer, dan orang-orang yang makan (mengambil keuntungan) dengan janggut dan serban (menjual agama). (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 29–30)
Nasehat kelima:
“Jika Anda mencintai keceriaan dalam hidup, jagalah kesehatan Anda; jika Anda mencintai kebahagiaan dalam hidup, jagalah perilaku Anda; jika Anda mencintai keabadian dalam hidup, jagalah pikiran Anda; dan jika Anda mencintai semua itu, jagalah agama Anda!” (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 20)
Nasehat keenam:
“Orang yang salah paham dalam agama lebih bahaya daripada orang yang berpaling dari ajarannya.Karena orang yang salah paham mereka mendurhakai Allah dan menjauhkan manusia dari agama, tetapi merasa itu sebuah takarub–bentuk pendekatan kepada Allah.
Sedangkan orang yang berpaling disebabkan mereka mengikuti hawa nafsu, namun mengetahui dan menyadari bahwa mereka telah bermaksiat kepada Allah sehingga bisa bertobat dan meminta ampun atasnya.” (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 19)
Nasehat ketujuh:
“Waspadalah terhadap orang dengki jika dia berkuasa, orang bodoh dan jahat ketika dia menghakimi, orang lapar ketika dia putus asa, dan pengkhutbah yang pura-pura zuhud jika pendengarnya banyak!”
Nasehat kedelapan:
“Agar orang-orang mencintaimu, beri jalan mereka; agar orang berlaku adil kepadamu, buka hatimu untuk mereka; untuk berlaku adil kepada orang lain, buka pikiranmu kepada mereka; dan untuk menjadi aman dari manusia, berilah mereka sebagian dari hakmu.”
Nasehat kesembilan:
“Kunjungi penjara sekali seumur hidup untuk mengetahui betapa besar kasih karunia Allah atas Anda dalam kebebasan. Kunjungi pengadilan setahun sekali untuk mengetahui betapa besar kasih karunia Allah atas Anda dalam perilaku yang baik.” (Hakadzaa ‘Allamatnii al-Hayat,Mustafa as-Siba’i, 73–74)
Khutbah Jumat Singkat: Ilmu Meraih Keberkahan Hidup
‘Ala Kulli Hal¸ buku Hakadza ‘Allamatni al-Hayat karangan Dr. Mustafa as-Siba’i ini ibarat bekal yang wajib dimiliki setiap muslim yang ingin beramal islami.
Di dalamnya para pembaca dapat menemukan banyak nilai, pelajaran, dan nasihat guna bisa sukses dalam menapaki jalan dakwah dan selamat dari godaan, sekaligus sebagai win win solution dan refleksi diri para dai dalam menghadapi berbagai kompleksnya problematika kehidupan.
Semoga Allah shubhanahu wata’ala membalas penulisnya dengan sebaik-baik ganjaran, serta dicatat sebagai amal salih dan ilmu yang senantiasa bermanfaat bagi umat. Jazahullahu khairan katsiira wa nafa’allah bihi al-Islam wa al-Muslimin. Wallahu a’lam. (Nofrianto/dakwah.id)
Baca juga artikel Resensi atau artikel menarik lainnya karya Nofriyanto, M.Ag.
Penulis: Nofriyanto, M.Ag.
Editor: Ahmad Robith
Artikel Resensi terbaru: