Menurut mazhab Syafii, nanah hukumnya najis. Nanah merupakan darah yang telah mengalami kerusakan.
Nanah berbentuk cairan berbau busuk yang keluar dari luka, kudis, bisul, dan lain sebagainya. Biasanya berwarna putih keruh atau kehijauan.
Beberapa jenis yang termasuk dalam hukum nanah adalah:
Pertama: Cairan bening yang tercampur dengan darah. Biasanya cairan ini keluar dari anggota tubuh yang terluka beriringan dengan berhentinya darah. Cairan seperti ini hukumnya najis sebagaimana nanah.
Artikel Fikih: Keluar Darah Setelah Keguguran, Tetap Shalat?
Kedua: Bisul yang mengeluarkan cairan berbau, bentuknya persis seperti nanah, sehingga hukumnya pun sama dengan nanah. Adapun jika cairan yang keluar tidak berbau maka hukumnya tidak najis.
Ketiga: Nanah yang bercampur dengan darah. Campuran darah dan nanah ini najis karena asal dari keduanya adalah najis.
Hukum kenajisan nanah mengikuti najisnya darah. Sebab, nanah adalah darah yang telah mengalami kerusakan. Menentukan kenajisan nanah sama seperti darah, sehingga nanah yang kadarnya sedikit dimaafkan sebagaimana dimaafkannya darah. Wallahu a’lam. (Arif Hidayat/dakwah.id)
Daftar Pustaka:
Al-Bayan Wa At-ta’rif bi Ma’ani Masa’ili wa Ahkam Al-Mukhtashar Al-Lathif, Syaikh Ahmad Yunus An-Nishf, hal. 122, cet. 2/2014 M, Kuwait: Dar Adh-Dhiya’.
Al-Imta’ bi Syarhi Matan Abi Syuja’, Syaikh Hisyam Al-Kamil Hamid, hal. 57, cet. 1/2011 M, Mesir: Dar Al-Manar.
Kasyifatu As-Saja Syarhu Safinati An-Naja, Syaikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, hal. 121, cet. 1/2018 M, Jakarta: Dar Al-‘Alamiyah.
Baca juga artikel Serial Ngaji Fikih atau artikel menarik lainnya karya Arif Hidayat.
Penulis: Arif Hidayat
Editor: Ahmad Robith
Serial Ngaji Fikih sebelumnya:
Ngaji Fikih #26: Asap Dari Benda Najis Apakah Juga Najis?