Sifat Ahli Neraka — Hadits Puasa #26
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
قَالَ: نَارُكُمْ هَذِهِ الَّتِي يُوقِدُ ابْنُ آدَمَ جُزْءٌ مِنْ سَبْعِينَ جُزْءًا، مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ
قَالُوا: وَاللهِ إِنْ كَانَتْ لَكَافِيَةً، يَا رَسُولَ اللهِ
قَالَ: فَإِنَّهَا فُضِّلَتْ عَلَيْهَا بِتِسْعَةٍ وَسِتِّينَ جُزْءًا، كُلُّهَا مِثْلُ حَرِّهَا
“Dari Abu Hurairah, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
“Api kalian ini yang dinyalakan oleh anak cucu Adam adalah satu dari tujuh puluh bagian panasnya Neraka Jahanam.”
Mereka berkata, “Bila seperti itu niscaya sudah cukup, wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Sesungguhnya ditambahi enam puluh sembilan bagian, masing-masing seperti panasnya.” (HR. Al-Bukhari No. 3265; HR. Muslim No. 2843)
Baca juga: Sifat Ahli Surga — Hadits Puasa #25
Hadits di atas mengisyaratkan betapa panasnya api Neraka. Dan api di dunia dengan tingkat suhu panasnya, adalah bagian kecil dari panasnya api Neraka.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَاَصْحٰبُ الشِّمَالِ ەۙ مَآ اَصْحٰبُ الشِّمَالِۗ
“Dan golongan kiri, alangkah sengsaranya golongan kiri itu.” (QS. Al-Wāqi’ah: 41)
فِيْ سَمُوْمٍ وَّحَمِيْمٍۙ
“(Mereka) dalam siksaan angin yang sangat panas dan air yang mendidih.” (QS. Al-Wāqi’ah: 42)
وَّظِلٍّ مِّنْ يَّحْمُوْمٍۙ
“Dan naungan asap yang hitam.” (QS. Al-Wāqi’ah: 43)
لَّا بَارِدٍ وَّلَا كَرِيْمٍ
“Tidak sejuk dan tidak menyenangkan.” (QS. Al-Wāqi’ah: 44)
Baca juga: 12 Buah Iman Pemberian Allah Kepada Hamba yang Jujur dalam Beriman
Dalam ayat lain Allah ‘azza wajalla berfirman,
وَاَمَّا مَنْ خَفَّتْ مَوَازِيْنُهٗۙ
“Dan adapun orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya.” (QS. Al-Qāri’ah: 8)
فَاُمُّهُ هَاوِيَةٌ ۗ
“Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah.” (QS. Al-Qāri’ah: 9)
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا هِيَهْۗ
“Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu?” (QS. Al-Qāri’ah: 10)
نَارٌ حَامِيَةٌ
“(Yaitu) api yang sangat panas.” (QS. Al-Qāri’ah: 11)
Baca juga: Bersegera untuk Buka Puasa — Hadits Puasa #11
Kemudian, dari ‘Imran bin Hushain radhiyallahu ‘anhu ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اطَّلَعْتُ فِي النَّارِ فَرَأَيْتُ أَكْثَرَ أَهْلِهَا النِّسَاءَ
“Aku mengamati isi Neraka, dan aku melihat kebanyakan penduduknya adalah wanita.” (HR. Al-Bukhari No. 6546)
Selain itu, dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ مُسْكِرٍ حَرَامٌ، إِنَّ عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ عَهْدًا لِمَنْ يَشْرَبُ الْمُسْكِرَ أَنْ يَسْقِيَهُ مِنْ طِينَةِ الْخَبَالِ
قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ، وَمَا طِينَةُ الْخَبَالِ؟
قَالَ: عَرَقُ أَهْلِ النَّارِ أَوْ عُصَارَةُ أَهْلِ النَّارِ
“Setiap yang memabukkan adalah haram, sesungguhnya Allah menjanjikan kepada siapa saja yang minum minuman memabukkan, maka akan memberinya minuman kepadanya Thinatul Khabal.”
Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah apa itu Thinatul Khabal?”
Beliau menjawab, “Keringat penghuni Neraka, atau perasan keringat penghuni Neraka.” (HR. Muslim No. 2002)
Baca juga: Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #21
Allah ‘azza wajalla telah memperingatkan hamba-Nya dari panasnya Neraka berikut berbagai jenis dan bentuk azabnya. Ini adalah bentuk rahmat Allah ‘azza wajalla agar hamba-Nya memiliki rasa takut, waspada, dan segera menjauhi setiap hal yang menjadi sifat ahli Neraka.
Dengan mengetahui sifat ahli Neraka, diharapkan setiap muslim selalu perhatian untuk menjauhkan diri dari Neraka; tempat kesengsaraan dan kebinasaan, tempat yang menyedihkan dan penuh azab, yakni dengan memperbanyak amal ketaatan, melazimi segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya.
Demikian juga, setiap muslim hendaknya waspada terhadap sifat Neraka dan sifat ahli Neraka. Mulai dari perbuatan syirik, kufur, mendustakan Rasul, istihza’ terhadap ayat-ayat Allah, membunuh, makan harta riba, meninggalkan shalat, tidak mau mengeluarkan zakat, tidak melaksanakan puasa Ramadhan dengan sengaja.
Baca juga: Adab Makan Baginda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
Demikian pula, setiap muslim hendaknya menjauhi akhlak-akhlak yang tercela. Mulai dari dusta, khianat, zalim, durhaka, memutus silaturahmi, dan akhlak mulai lainnya.
Hadits di atas juga mengisyaratkan bahwa panasnya api yang ada di dunia ini hendaknya selalu mengingatkan kita akan pedihnya panas api Neraka di akhirat kelak.
Sebagaimana firman Allah ‘azza wajalla,
نَحْنُ جَعَلْنٰهَا تَذْكِرَةً وَّمَتَاعًا لِّلْمُقْوِيْنَۚ
“Kami menjadikannya (api itu) untuk peringatan dan bahan yang berguna bagi musafir.”(QS. Al-Wāqi’ah: 73)
Ada ulama yang menafsirkan kata lil muqwin dengan tafsiran ‘untuk para musafir’. Ada pula yang menafsirkannya dengan ‘untuk orang yang menikmati makanan’ baik musafir atau pun pemukim. Sebab, makanan itu hanya bisa siap saji apabila dimasak dengan api. Wallahu a’lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]
اَللَّهُمَّ نَجِّنَا مِنَ النَّارِ، وَأَعِذْنَا مِنْ دَارِ الْخِزْيِ وَالْبَوَارِ، وَأَسْكِنَّا بِرَحْمَتِكَ دَارَ الْمُتَّقِيْنَ الْأَبْرَارَ، وَاغْفِرْ اَللَّهُمَّ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِجَمِيْعِ الْمُسْلِمِيْنَ
Ya Allah, selamatkan kami dari api Neraka, lindungi kami dari Neraka tempat yang penuh kehinaan dan kesengsaraan, tempatkan kami di tempat orang-orang yang bertakwa dengan rahmat-Mu, ampuni dosa kami ya Allah, ampuni dosa kedua orang tua kami dan dosa seluruh kaum muslimin.
Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam
Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Penerjemah: Sodiq Fajar