Sunnah tapi Terabaikan #1: Istinsyaq ketika Wudhu — Istinsyaq ketika wudhu termasuk bagian dari sunnah tapi terabaikan dalam pengamalannya oleh kebanyakan umat dalam bab thaharah.
Istinsyaq adalah memasukkan air ke dalam rongga hidung yang dilakukan dengan tarikan nafas ketika wudhu. (Mu’jam Mushthalahat wal Alfad zal-Fiqhiyyah, Mahmud Abdurrahman Abdul Mun’im, 1/165)
Secara hukum, menurut jumhur ulama fikih, istinsyaq ketika wudhu hukumnya sunnah. Sedangkan mazhab Hanbali berpendapat ini hukumnya fardhu atau wajib. (Al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah, 4/126)
Konsekuensinya, jika istinsyaq ketika wudhu ini ditinggalkan, maka wudhunya tidak sah. Jika lupa tidak istinsyaq, maka wudhunya harus diulangi.
Di antara ulama kontemporer yang berfatwa dengan pendapat mazhab Hanbali tersebut adalah syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid. Fatwa beliau dapat Anda baca dalam link ini.
Artikel terkait: Fikih Instan: Anggota Wudhu Terluka, Bagaimana Wudhunya?
Diriwayatkan dari Laqith bin Shabrah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَسْبِغْ الْوُضُوءَ وَخَلِّلْ بَيْنَ الْأَصَابِعِ وَبَالِغْ فِي الِاسْتِنْشَاقِ إِلَّا أَنْ تَكُونَ صَائِمًا
“Sempurnakanlah wudhu, sela-selalah di antara jari-jemarimu dan bersangatlah dalam beristinsyaq kecuali jika kamu sedang berpuasa.”
Hadits ini diriwayatkan oleh banyak ulama hadits; Abu Daud (No. 142), at-Tirmidzi (No. 38, 788) ia berkata, “Ini hadits hasan shahih”, an-Nasa’i dalam Al-Kubra (No. 99), dalam Al-Mujtaba (1/66), Ibnu Majah (No. 407, 448), Ibnu Jarud (No. 80), Ibnu Khuzaimah (1/78-87), Ad-darimi (No. 711), Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jam al-Kabir (19/479,480), Al-Hakim (1/147,148), Al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah (213).
Ibnu Mulaqqin berkata mengenai hadits ini, “Hadits ini dinilai shahih oleh para imam seperti at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban, al-Hakim, dan al-Baghawi.” (Khulashah al-Badril Munir, 1/33)
Imam ash-Shan’ani mengatakan dalam kitab Subulus Salam,
“Hadits ini adalah dalil agar bersungguh-sungguh dalam urusan istinsyaq bagi orang yang sedang tidak berpuasa. Orang yang sedang berpuasa tidak boleh berlebihan dalam melakukan istinsyaq agar air tidak turun ke tenggorokan, sehingga akan membatalkan puasanya. Hal ini menunjukkan bahwa berlebihan dalam istinsyaq hukumnya tidak wajib. Jika itu wajib, tentu harus selalu dikerjakan dan tidak boleh meninggalkannya.” (Khulashah al-Badril Munir, 1/47)
Pendapat serupa juga disebutkan oleh al-Bassam dalam kitab Taudhihul Ahkam min Bulughil Maram, 1/176).
Mari kita hidupkan kembali amalan sunnah tapi terabaikan yang satu ini, yakni istinsyaq ketika wudhu. Wallahu a’lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]