Materi Khutbah Jumat
Tadabur Ayat Kisah Ujian
Pemateri: Mubin Amrulloh, Lc., M.S.I
*) Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan
- Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
- Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright
إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه. اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَاِبهِ الهَادِيْنَ لِلصَّوَابِ وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ اْلمَآبِ.
فَيَا اَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ يَا اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وقال أَيْضاً: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Mengawali khutbah pada siang hari yang penuh berkah ini, khatib berwasiat kepada kita semua terutama kepada diri khatib pribadi untuk senantiasa berusaha dan berupaya meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah subhanahu wata’ala dengan melakukan semua kewajiban dan meninggalkan seluruh yang diharamkan.
Ma’asyiral Muslimin rahimani warahimakumullah
Seorang hamba ketika mentadaburi ayat al-Quran dengan sungguh-sungguh, ia akan mendapati suatu hubungan yang kuat antara ujian dan iman. Karena itu, antara seorang mukmin dan ujian tidak akan kita temukan jarak pemisah antara keduanya, karena ujian adalah bagian dari lembaran hidup seorang mukmin, hanya saja dari mereka akan berbeda dalam menyikapinya.
Pada kesempatan yang mulia ini, izinkan khatib menyampaikan tiga kisah dan gambaran sebagian dari orang-orang terdahulu dalam menyikapi setiap ujian yang Allah turunkan kepada mereka.
Semoga kita semua dapat mengambil pelajaran sebagai bekal ketaatan kita di dunia dan sebagai bekal untuk kehidupan yang abadi di akhirat kelak.
Ma’asyiral Muslimin rahimani warahimakumullah
Pertama: Kisah Ujian dan Iman dari Kisah Kaum Saba’
Saba’ adalah suatu kabilah yang terkenal di negeri Yaman. Nama lengkap Saba’ adalah Saba’ bin Yasyjub bin Qahthan, tempat tinggal mereka berada di suatu daerah yang bernama Ma’rib.
Dalam satu Riwayat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah ditanya oleh seorang laki-laki,
“Yaa Rasulallah, kabarkanlah kepadaku tentang Saba’! Apakah Saba’ itu? Apakah dia itu nama suatu tempat ataukah nama wanita?”
Maka beliau pun menjawab,
لَيْسَ بِأَرْضٍ وَلاَ امْرَأَةٍ وَلَكِنَّهُ رَجُلٌ وَلَدَ عَشَرَةً مِنَ الْعَرَبِ، فَتَيَامَنَ سِتَّةٌ وَتَشَاءَمَ أَرْبَعَةٌ
“Dia bukanlah (nama) suatu tempat dan bukan pula (nama) wanita, tetapi dia adalah seorang laki-laki yang memiliki sepuluh anak dari bangsa Arab. Enam orang dari anak-anaknya menempati wilayah Yaman dan empat orang menempati wilayah Syam.” (HR. Abu Daud no: 3988)
Ma’asyiral muslimin, kisah tentang kaum Saba’ ini diabadikan Allah dalam al-Quran dengan ditetapkannya sebagai nama surat. Hal Ini agar orang-orang terus mengingat, membicarakan, mengenang, dan mengambil pelajaran darinya.
Di antara isi kandungan dari surat tersebut adalah bahwa Allah subhanahu wata’ala menjadikan negeri Saba’ sebagai suatu negeri yang besar, dengan kenikmatan yang luar biasa, tanahnya subur, kaya akan sumber daya alam, bahkan Allah gambarkan di dalam al-Quran melalui firman-Nya,
لَقَدْ كَانَ لِسَبَاٍ فِيْ مَسْكَنِهِمْ اٰيَةٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنْ يَّمِيْنٍ وَّشِمَالٍ ۗ كُلُوْا مِنْ رِّزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوْا لَهٗ ۗ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوْرٌ
“Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Allah) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), ‘Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Rabb-mu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Rabb-mu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.’” (QS. Saba: 15)
Saking suburnya tanaman dan buah-buahan di tanah kaum Saba’, dua orang yang termasuk generasi Tabi’in, yakni Qatadah dan ‘Abdurrahman bin Zaid rahimahumallah menceritakan bahwa apabila ada seseorang masuk ke dalam kebun itu dengan membawa keranjang di atas kepalanya, maka ketika keluar keranjang tersebut akan dipenuhi dengan buah-buahan tanpa harus memetik buah tersebut.
Dan Abdurrahman bin Zaid rahimahullah menambahkan bahwa di negeri kaum Saba’ tidak ditemukan nyamuk, lalat, serangga, kelajengking, dan ular. (Tafsîr ath-Thabari, Muhammad bin Jarir ath-Thabari, 20/ 376-377)
Akan tetapi, ma’asyiral muslimin, kaum Saba’ tidak mensyukuri nikmat tersebut, mereka berpaling dari perintah-Nya, kufur atas nikmat-Nya, dan enggan untuk beribadah dan mengesakan kebesaran-Nya sehingga Allah menurunkan ujian dan azab-Nya, serta mencabut nikmat tersebut.
Dalam ayat keenam belas, Allah menggambarkan bentuk siksaan atas kaum Saba’ dengan firman-Nya,
فَاَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنٰهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ اُكُلٍ خَمْطٍ وَّاَثْلٍ وَّشَيْءٍ مِّنْ سِدْرٍ قَلِيْلٍ
“Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.” (QS. Saba’: 16)
Maka hancurlah kerajaan tersebut tersebab kufurnya mereka, al-Quran tidak menyebutkan kisah ini secara berulang, akan tetapi Allah subhanahu wata’ala menutup kisah ujian kaum Saba’ ini dengan firman-Nya,
اِنَّ فِيْ ذٰلِكَ لَاٰيٰتٍ لِّكُلِّ صَبَّارٍ شَكُوْرٍ
“Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang yang sabar dan bersyukur.” (QS. Saba’:19)
Ma’asyiral Muslimin rahimani warahimakumullah
Kedua: Kisah Ujian dan Iman di Balik Zalimnya Raja Firaun
Salah satu kisah yang amat sangat masyhur dan dikenal oleh masyarakat dunia adalah kisah kufurnya Firaun dari nikmat Allah subhanahu wata’ala, hingga kezaliman dan keangkuhan Firaun ini diabadikan oleh Allah dalam al-Quran.
Firaun mengatakan, sebagaimana Allah subhanahu wata’ala firmankan,
فَقَالَ اَنَا۠ رَبُّكُمُ الْاَعْلٰىۖ
“(Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” (QS. An-Nāzi’āt: 24)
Namun, ma’asyiral muslimin, setelah Allah timpakan kepada Firaun bala’ atau ujian dan kesengsaraan yang berturut-turut, mulai dari ditiupkannya angin topan, keringnya sungai Nil yang menyebabkan tanah pertanian gagal panen, rakyat kelaparan, hingga Mesir dirundung panceklik, selain itu Allah timpakan banjir besar, dikirimkannya sekawanan belalang yang kemudian memakan habis tanaman, Allah kirimkan juga sekawanan kutu yang secara tiba-tiba wabah penyakit akibat kutu itu melanda tanah Cleopatra, dan berbagai azab yang timpakan kepada Firaun dan pengikutnya pada masa itu, lalu bagaimana sikap mereka setelah Allah timpakan ujian tersebut?
Ma’asyiral muslimin, ketika mereka berada pada situasi sangat sulit, mereka datang menghadap Nabi Musa ‘alaihissalam dan berkata, sebagaimana Allah abadikan di dalam al-Quran,
يٰمُوْسَى ادْعُ لَنَا رَبَّكَ بِمَا عَهِدَ عِنْدَكَۚ لَىِٕنْ كَشَفْتَ عَنَّا الرِّجْزَ لَنُؤْمِنَنَّ لَكَ وَلَنُرْسِلَنَّ مَعَكَ بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ ۚ
“Wahai Musa! Mohonkanlah untuk kami kepada Rabb-mu sesuai dengan janji-Nya kepadamu. Jika engkau dapat menghilangkan azab itu dari kami, niscaya kami akan beriman kepadamu dan pasti akan kami biarkan Bani Israil pergi bersamamu.” (QS. Al-A’raf: 134)
Ujian dan azab itu menimpa mereka, hingga mereka pun menyatakan Iman. Namun ketika Allah hentikan azab itu, mereka kembali kufur bahkan semakin berbangga diri dan mengingkari keberadaan Allah subhanahu wata’ala sebagai Rabb semesta alam. Peristiwa ini Allah abadikan dalam kelanjutan ayat tersebut, Allah berfirman,
فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُمُ الرِّجْزَ اِلٰٓى اَجَلٍ هُمْ بَالِغُوْهُ اِذَا هُمْ يَنْكُثُوْنَ
“Tetapi setelah Kami hilangkan azab itu dari mereka hingga batas waktu yang harus mereka penuhi ternyata mereka ingkar janji.” (QS. Al-A’raf: 135)
Ma’asyrial muslimin, begitulah gambaran manusia ketika dihadapkan dengan beragam ujian-Nya Allah subhanahu wata’ala. Ujian menghampiri, mulutnya berucap akan ketenangan dan muncul pula keimanan yang hanya sesaat.
Namun ketika ujian itu terhenti, ia kembali kepada keadaannya semula, ia kembali kufur dan membangkang atas perintah-Nya.
Ma’asyiral muslimin jamaah sidang shalat Jumat yang berbahagia
Ketiga: Kisah Ujian dan Iman si Pemilik Kebun
Allah mengabadikan kisah ini dalam al-Quran surat al-Qalam sebagai pelajaran bagi orang-orang beriman agar memiliki dan menumbuhkan sifat empati dan peduli terhadap kaum yang lemah dari kalangan fakir miskin.
Dikisahkan bahwa di Yaman yang terletak enam mil dari San’a, ada orang tua yang saleh. Orang tua ini memiliki banyak anak, harta, serta kebun. Orang tua ini selalu menyisihkan hasil kebunnya untuk diberikan kepada fakir miskin dan bahkan membiarkan fakir miskin tersebut memasuki kebun-kebunnya untuk mencicipi hasilnya.
Pemilik-pemilik kebun yang diceritakan dalam surat al-Qalam (ayat 17–33) merupakan anak keturunan dari orang tua tersebut. Dalam surat ini dikisahkan bahwa para pemilik kebun bersumpah untuk memetik habis hasil kebun mereka pada pagi hari, agar tidak diketahui oleh orang-orang miskin, supaya mereka mendapatkan untung yang sangat banyak dan tidak mengeluarkan sedekahnya barang sedikit pun.
Dan dengan kesombongannya, mereka pun tidak mengucapkan Insyaa Allah dalam sumpah mereka, sehingga Allah membuat mereka melanggar sumpah mereka.
Ma’asyiral Muslimin, akibat dari penyelewengan yang mereka lakukan tersebut, Allah subhanahu wata’ala menimpakan bencana pada kebun mereka ketika mereka sedang tidur nyenyak, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala,
فَطَافَ عَلَيْهَا طَاۤىِٕفٌ مِّنْ رَّبِّكَ وَهُمْ نَاۤىِٕمُوْنَ
“Lalu kebun itu ditimpa bencana (yang datang) dari Rabb-mu ketika mereka sedang tidur.” (QS. Al-Qalam: 19)
فَاَصْبَحَتْ كَالصَّرِيْمِۙ
“Maka jadilah kebun itu hitam seperti malam yang gelap gulita.” (QS. Al-Qalam: 20)
Lalu bagaimana respon keimanan para pemilik kebun setelah ditimpakkannya azab tersebut? Pada ayat ke 26—28 surat al-Qalam, Allah subhanahu wata’ala mengabadikan respon mereka, firman-Nya,
فَلَمَّا رَاَوْهَا قَالُوْٓا اِنَّا لَضَاۤلُّوْنَۙ (26) بَلْ نَحْنُ مَحْرُوْمُوْنَ (27) قَالَ اَوْسَطُهُمْ اَلَمْ اَقُلْ لَّكُمْ لَوْلَا تُسَبِّحُوْنَ (28)
“Maka ketika mereka melihat kebun itu, mereka berkata, ‘Sungguh, kita ini benar-benar orang-orang yang sesat, bahkan kita tidak memperoleh apa pun,’ berkatalah seorang yang paling bijak di antara mereka, ‘Bukankah aku telah mengatakan kepadamu, mengapa kamu tidak bertasbih (kepada Tuhanmu).’” (QS. Al-Qalam: 26—28)
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Setelah Allah uji mereka, barulah mereka tersadar akan dosa dan kesalahan yang mereka lakukan, pada akhirnya mereka pun bertasbih memuji Rabb mereka, sebagaimana yang Allah firmankan pada ayat 29—32,
قَالُوْا سُبْحٰنَ رَبِّنَآ اِنَّا كُنَّا ظٰلِمِيْنَ (29) فَاَقْبَلَ بَعْضُهُمْ عَلٰى بَعْضٍ يَّتَلَاوَمُوْنَ (30) قَالُوْا يٰوَيْلَنَآ اِنَّا كُنَّا طٰغِيْنَ (31) عَسٰى رَبُّنَآ اَنْ يُّبْدِلَنَا خَيْرًا مِّنْهَآ اِنَّآ اِلٰى رَبِّنَا رَاغِبُوْنَ (32)
“Mereka mengucapkan, ‘Mahasuci Rabb kami, sungguh, kami adalah orang-orang yang zalim.’ Lalu mereka saling berhadapan dan saling menyalahkan. Mereka berkata, ‘Celaka kita! Sesungguhnya kita orang-orang yang melampaui batas. Mudah-mudahan Rabb memberikan ganti kepada kita dengan (kebun) yang lebih baik daripada yang ini, sungguh, kita mengharapkan ampunan dari Rabb kita.’” (QS. Al-Qalam: 29—32)
Begitulah respon keimanan seorang hamba ketika ditimpa ujian dan cobaan. Ini menunjukkan bahwa di antara manusia akan berbeda dalam menyikapi setiap ujian Allah, ada yang kemudian berhenti dari melakukan kemungkaran sesaat setelah Allah uji, ada juga yang kemudian berhenti saat Allah uji saja, sementara di lain kesempatan ia mengingkarinya kembali.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kita berharap, semoga Allah subhanahu wata’ala berkenan menjadikan kita termasuk dari golongan hamba yang ketika berinteraksi dengan ujian Allah, hati, pikiran, dan jasad kita dalam keadaan bertaqarrub kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dan semoga dari pelajaran tentang kisah ujian dan iman dari al-Quran ini juga, Allah subhanahu wata’ala pantaskan kita menjadi hamba-Nya yang kelak akan disandingkan bersama orang-orang yang sabar, saleh, dan bertakwa yang dengannya Allah muliakan kita dengan surga Firdaus-Nya. Aamiin yaa Rabbal ‘aalamiin.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ اللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Download PDF Materi Khutbah Jumat Terbaru dakwah.id
Tadabur Ayat Kisah Ujian di sini:
Semoga bermanfaat!
Artikel Khutbah Jumat Terbaru:
Jazaakumullah khairan ustadz