model wabah penyakit Corona Virus-dakwah.id

Virus Corona Menyebar, Adakah Hadits Doa Terhindar dari Wabah Penyakit?

Terakhir diperbarui pada · 6,258 views

Masyarakat dunia gempar dengan fenomena wabah penyakit baru. Namanya virus Corona. Virus Corona adalah jenis wabah penyakit yang menyerang pernapasan. Virus ini dikenal dengan inisial 2019-nCoV.

Dikutip dari website LIPI, kata Corona  pada coronavirus diambil dari bahasa Latin yang artinya Crown. Dalam bahasa Indonesia artinya mahkota.

Disebut Corona karena bentuknya yang mirip mahkota jika dilihat melalui mikroskop. Bentuk mahkota ini ditandai oleh adanya ‘Protein S’ yang berupa sepatu, sehingga dinamakan Spike Protein, yang tersebar di sekeliling permukaan virus. ‘Protein S’ inilah yang berperan penting dalam proses infeksi virus terhadap manusia.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan, seseorang yang telah terinfeksi virus corona akan mengalami gangguan pernapasan mulai tingkat ringan hingga berat.

Pasien yang telah terkonfirmasi positif terkena virus Corona, ia mengalami gejala demam, batuk, dan sesak napas. Gejala ini dapat muncul dalam rentan waktu 2 hingga 14 hari setelah korban terkena paparan virus Corona.

Wabah penyakit pernapasan yang mematikan ini pertama kali terdeteksi di Wuhan, Cina. Tepatnya pada bulan Desember 2019 lalu. Namun, hingga Januari 2020 ini belum juga ditemukan vaksin untuk virus 2019-nCoV ini.

wabah penyakit virus corona gambar mikroskop-dakwah.id
Ilustrasi: Penampakan virus Corona melalui mikroskop/lipi.go.id/

 

Prinsip Seorang Muslim Terhadap Merebaknya Wabah Penyakit

Merebaknya wabah penyakit di tengah masyarakat adalah bagian dari kehendak Allah ‘azza wajalla.

Bisa jadi munculnya wabah penyakit adalah bentuk ujian keimanan dari Allah ‘azza wajalla. Sebagaimana kabar dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berikut ini.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَا يُصِيْبَ الْمُسْلِمُ مِنْ نَصْبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ وَلَا أَذَى وَلَا غَمٍّ حَتَّى الشَّوْكَةَ يُشَاكِهَا إِلَّا كَفَرَ اللهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ

Tidaklah seorang muslim ditimpa kelelahan, rasa sakit, kesusahan, kesedihan, gangguan, dan gundah gulana, hingga terkena duri sekali pun, melainkan itu semua menjadi penghapus dari dosa dan kesalahannya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Baca juga: Ucapan Selamat dan Doa Atas Kelahiran Anak dalam Hadits Shahih

Dalam hadits lain beliau bersabda,

مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ

Barang siapa dikehendaki Allah untuk mendapat kebaikan, maka ia akan diuji.” (HR. Al-Bukhari No. 5645; HR. Ahmad No. 7235).

Namun, bisa jadi pula munculnya wabah penyakit itu adalah wujud hukuman dan azab dunia atas perbuatan maksiat manusia.

وَلَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ الْعَذَابِ الْاَدْنٰى دُوْنَ الْعَذَابِ الْاَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Dan pasti Kami timpakan kepada mereka sebagian siksa yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat); agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As-Sajdah: 21)

 

Islam memiliki prinsip yang jelas. Setiap penyakit pasti ada obatnya. Apa pun bentuk penyakitnya.

Prinsip ini dikuatkan dengan banyak hadits sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Qayim al-Jauziyah (691-751H) dalam buku ad-Da’ wa ad-Dawa’.

Pertama, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

مَا أَنْزَلَ اللَّهُ دَاءً إِلَّا أَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً

Tidaklah Allah ‘azza wajalla menurunkan penyakit melainkan Allah ‘azza wajalla juga telah menurunkan obat yang menyembuhkannya.” (HR. Al-Bukhari No. 5674)

Baca juga: Mendoakan Keburukan Saat Dizalimi, Harus Begitukah?

Kedua, dari jabir bin Abdullah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءٌ، فَإِذَا أُصِيبَ دَوَاءُ الدَّاءِ بَرَأَ بِإِذْنِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ

Setiap penyakit itu ada obat penyembuhnya. Sehingga, jika obat tersebtu telah menyerang penyakit, maka penyakit tersebut akan hilang dengan izin Allah ‘azza wajalla.” (HR. Muslim No. 2204)

 

Ketiga, dari Usamah bin Syuraik, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

إِنَّ اللهَ لَمْ يُنْزِلْ دَاءً إِلَّا وَأَنْزَلَ لَهُ شِفَاءً، وَعَلِمَهُ مَنْ عَلِمَهُ وَجَهِلَهُ مَنْ جَهِلَهُ

Sesungguhnya, tidaklah Allah ‘azza wajalla menurunkan sebuah penyakit melainkan Allah ‘azza wajalla juga menurunkan obat penyembuhnya. Orang yang mengerti akan mengetahuinya dan orang yang jahil tidak akan mengetahuinya. ((HR. Ahmad, 4/278; HR. Al-Hakim, 4/197. Hadits shahih)

Dalam lafal lain,

إِنَّ اللَّهَ لَمْ يَضَعْ دَاءً إِلَّا وَضَعَ لَهُ دَوَاءً غَيْرَ وَاحِدٍ: الْهَرَمُ

Tidaklah Allah ‘azza wajalla meletakkan penyakit, melainkan Dia telah meletakkan obatnya (atau penyembuhnya), kecuali satu jenis penyakit saja.

Para sahabat bertanya-tanya, “Wahai Rasulullah, apakah penyakit tersebut?”

Beliau menjawab, “Tua.” (HR. Abu Daud No. 3855; HR. At-Tirmidzi No. 2038; HR. Ibnu Majah No. 3436; HR. Al-Hakim, 4/198-199. Hadits shahih)

Perkembangan wabah penyakit virus corona-dakwah.id
Perkembangan virus Corona/https://www.youtube.com/watch?v=9vMXSkKLg2I

 

Catatan Wabah Penyakit yang Pernah Menimpa Umat Terdahulu

Dalam penelitian medis, wabah penyakit berbentuk virus Corona jenis 2019-nCoV baru muncul di kota Wuhan, China, bulan Desember 2019 lalu. Namun, dalam catatan sejarah, wabah penyakit yang mirip seperti ini telah ada sejak zaman dahulu yang dikenal dengan istilah Tha’un.

Wabah penyakit Tha’un pernah terjadi pada zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Wabah penyakit ini menimpa penduduk Madain. Tepatnya pada tahun 6 Hijriyah.

Berikutnya tahun 18 Hijriyah, wabah penyakit Tha’un juga pernah terjadi pada zaman Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu. Wabah penyakit yang merebak di negeri Syam ini menelan korban hingga 25 ribu jiwa meninggal dunia.

Pada tahun 50 Hijriyah, wabah Tha’un juga pernah menjangkiti penduduk negeri Kufah. Sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu ‘anhu termasuk salah satu korban penyakit ini.

Baca juga: Hadits Doa Ketika Cuaca Panas Ternyata Dhaif, Benarkah?

Kemudian pada tahun 69 Hijriyah, pada era kepemimpinan Abdullah bin Zubair, penyakit Tha’un kembali merebak. Kali ini memakan korban hingga ratusan ribu orang. Pada saat itu, puluhan anak-anak para sahabat banyak yang meninggal.

Lalu pada bulan Syawal tahun 87 Hijriyah, penyakit Tha’un kembali mewabah di wilayah Bashrah, Syam, dan Kufah. Menyebarnya wabah penyakit Tha’un kali ini juga menimpa banyak tokoh-tokoh penting dalam Islam.

Selanjutnya pada tahun 131 Hijriyah wabah penyakit Tha’un menjamur kembali. Kali ini di wilayah Iraq. Orang yang pertama kali menjumpai penyakit ini adalah Muslim bin Qutaibah. (Ath-Thawa’in fi Shadri al-Islam wa al-Khilafah al-Islamiyah, Nashir Bahjat Fadhil, 1-2)

 

Ikhtiar Agar Terhindar dari Wabah Penyakit

Bentuk ikhtiar yang wajib dilakukan oleh setiap orang agar terhindar dari wabah penyakit semacam virus Corona dan lainnya adalah dengan beriman kepada Allah azza wajalla.

Mengimani Allah, menerima dan melaksanakan seluruh syariat-Nya adalah kunci keselamatan dunia dan akhirat sekaligus. Maka, dengan beriman kepada Allah, seseorang telah menghindarkan dirinya dari azab dan siksa dunia. Baik itu berbentuk wabah penyakit atau siksa lainnya.

Setelah itu diikuti dengan ikhtiar jasadi, yakni menjaga fisik dari potensi dan penyebab penyakit sesuai dengan petunjuk ahli medis dan kesehatan.

Pertama, Sering-seringlah mencuci tangan dengan sabun dan air selama 20 detik. Jika sabun dan air tidak tersedia, gunakan pembersih tangan atau hand sanitizer yang halal dan aman.

Kedua, Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci.

ketiga, Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit.

Keempat, Tetap di rumah saat sedang sakit.

Kelima, Tutupi batuk atau bersin dengan tisu, lalu buang tisu ke tempat sampah.

Keenam, Bersihkan dan disinfeksi benda dan permukaan yang sering disentuh. (CDC)

Ketujuh, perbanyak doa.

Baca juga: Bacaan Ruqyah dan Doa Ketika Sulit Melahirkan

Saran medis sebagai tindakan preventif seperti di atas (1-6) sebenarnya sudah ada dalam Islam.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam selalu menganjurkan untuk menjaga kebersihan. Seluruh pelaksanaan ibadah selalu diawali dengan persoalan kebersihan badan. Bahkan, kebersihan badan (baca: thaharah) menjadi syarat sah ibadah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ يُحِبُّ الطَّيِّبَ، نَظِيفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ، كَرِيمٌ يُحِبُّ الكَرَمَ، جَوَادٌ يُحِبُّ الجُودَ، فَنَظِّفُوا – أُرَاهُ قَالَ – أَفْنِيَتَكُمْ وَلَا تَشَبَّهُوا بِاليَهُودِ

Sesungguhnya Allah Maha Baik, dan menyukai kepada yang baik, Maha Bersih dan menyukai kepada yang bersih, Maha Pemurah, dan menyukai kemurahan, dan Maha Mulia dan menyukai kemuliaan, karena itu bersihkanlah diri kalian,” aku mengiranya dia berkata; “Halaman kalian, dan janganlah kalian menyerupai orang-orang Yahudi.” (HR. At-Tirmizi No. 2799. Hadits dha’if)

doa terhindar wabah penyakit corona virus-dakwah.id
Proses penanganan pasien terdampak virus corona di China/Xinhua via AP

 

Doa Terhindar dari Wabah Penyakit

Setelah menempuh ikhtiar untuk menghindarkan diri dari berbagai wabah penyakit, doa adalah jalan yang tak akalah penting. Karena,

اَلدُّعَاءُ مِنْ أَنْفَعِ الْأَدْوِيَةِ

 “Doa adalah obat penyembuh yang paling manjur.”

Demikian pernyataan Ibnu Qayim al-Jauziyah dalam kitabnya Ad-Da’ wa ad-Dawa’ (h.11).

Dari Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda,

إِنَّ الدُّعَاءَ يَنْفَعُ مِمَّا نَزَلَ وَمِمَّا لَمْ يَنْزِلْ، فَعَلَيْكُمْ عِبَادَ اللَّهِ بِالدُّعَاءِ

Doa itu memberikan manfaat atas musibah yang beluam terjadi maupun yang telah terjadi. Maka dari itu, wajib bagi kalian, wahai para hamba Allah, untuk berdoa.” (HR. At-Tirmizi No. 3548. Hadits hasan)

Ketika wabah penyakit virus Corona mulai menjadi ancaman global, di media sosial mulai bermunculan broadcast tentang doa agar terhindar dari wabah penyakit.

Di antaranya adalah seperti berikut ini.

تَحَصَّنْتُ بِذِيْ الْعِزَّةِ، وَاعْتَصَمْتُ بِرَبِّ الْمَلَكُوْتِ، وَتَوَكَّلْتُ عَلَى الْحَيِّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ، اَللَّهُمَّ اصْرِفْ عَنَّا هَذَا الْوَبَاءِ، وَقِنَا شَرَّ الدَّاءِ، وَنَجِّنَا مِنَ الطَّعْنِ وَالطَّاعُوْنِ وَالْبَلَاءِ، بِلُطْفِكَ يَا لَطِيْفُ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

Aku berlindung kepada Pemilik Kemuliaan, Aku berlindung kepada Rabb pemilik Kerajaan, aku bertawakal kepada Dzat Yang Maha Hidup Yang Tidak Dapat Mati, Ya Allah, singkirkanlah dari kami segala wabah, lindungi kami dari keburukan penyakit, selamatkan kami dari fitnah, penyakit Tha’un, dan wabah, dengan kelembutanmu wahai Dzat Yang Mahalembut, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Apakah doa di atas bersumber dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam? Jawabannya: tidak. Lafal doa di atas bukan dari hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Lafal doa di atas adalah doa yang dinukil oleh sebagian ulama ahli fikih mazhab Maliki dari Syaikh Ahmad Zaruq.

Baca juga: Ucapan Selamat dan Doa Atas Kelahiran Anak dalam Hadits Shahih

Lafal ini dapat Anda jumpai dalam kitab Al-Fawakih ad-Dawani ‘ala Risalati Ibni Abi Zaid al-Qairawani (2/341) karya Syihabuddin an-Nafrawi al-Maliki dengan lafal yang lebih pendek sebagai berikut.

تَحَصَّنْت بِذِي الْعِزَّةِ وَالْجَبَرُوتِ، وَاعْتَصَمْت بِرَبِّ الْمَلَكُوتِ، وَتَوَكَّلْت عَلَى الْحَيِّ الَّذِي لَا يَمُوتُ، اصْرِفْ عَنَّا الْأَذَى إنَّك عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Aku berlindung kepada Pemilik Kemuliaan dan Keperkasaan, Aku berlindung kepada Rabb pemilik Kerajaan, aku bertawakal kepada Dzat Yang Maha Hidup Yang Tidak Dapat Mati, singkirkanlah dari kami segala gangguan, sungguh Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”

Lantas, apakah boleh menggunakan lafal di atas sebagai doa agar terhindar dari wabah penyakit?

Ketika menjelaskan lafal di atas, Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid memberi beberapa catatan. Ringkasnya, selama suatu kalimat doa itu maknanya baik, berisi pengagungan kepada Allah ‘azza wajalla, dan selaras dengan syariah, tidak ada unsur pelanggaran syariat Islam pada sisi lafal dan maknanya, maka boleh berdoa dengan lafal tersebut.

Syaratnya, lafal doa tersebut tidak boleh diyakini sebagai lafal yang istimewa yang memiliki keutamaan dan pahala tertentu bila diucapkan.

Kemudian, lafal tersebut tidak boleh diucapkan terus menerus sehingga menyerupai ibadah.

Dan yang lebih penting, jika ada lafal yang bersumber dari sunnah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka lafal ini lebih utama untuk diucapkan.

Ada beberapa doa yang dapat diucapkan untuk menghindarkan diri dari berbagai macam penyakit dan gangguan.

Pertama, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mengucapkan doa,

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ البَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الْأَسْقَامِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari penyakit belang, penyakit gila, penyakit lepra, dan penyakit-penyakit lain yang mengerikan.

Doa ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud (No. 1554), Ibnu Hibban (No. 1017), Imam Ahmad (No. 13004), Ath-Thayalisi (No. 2008), dan Imam ath-Thabarani (No. 1342) dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu.

Kedua, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga menganjurkan untuk membaca doa ini.

بِسْمِ اللَّهِ الَّذِي لَا يَضُرُّ مَعَ اسْمِهِ شَيْءٌ فِي الأَرْضِ وَلا فِي السَّمَاءِ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ

Dengan nama Allah yang tidak ada yang dapat mencelakai bersama nama-Nya apapun yang ada di bumi dan di langit. Dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat.

Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah (No.3869), Imam ath-Thabarani (No. 317), Imam Ahmad (No. 474), Imam at-Tirmizi (No. 3388), Imam Abu Daud (No. 5088), Imam Ibnu Hibban (No. 852), dan lainnya, dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjanjikan, barang siapa mengucapkan doa itu sebanyak tiga kali, maka tidak akan terkena musibah mendadak hingga datang waktu pagi. Dan siapa yang mengucapkan waktu pagi tiga kali, maka tidak akan terkena musibah mendadak hingga tiba waktu sore hari. Wallahu a’lam. (Sodiq Fajar/dakwah.id)

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *