Khutbah Jumat Al-Quran dan as-Sunnah Pedoman dan Ruh Kehidupan-dakwah.id

Khutbah Jumat: Al-Quran dan as-Sunnah: Pedoman dan Ruh Kehidupan

Terakhir diperbarui pada · 14,448 views

Materi Khutbah Jumat
Al-Quran dan as-Sunnah: Pedoman dan Ruh Kehidupan

Oleh: Hamid. S

 

 

*Link download materi khutbah Jumat versi PDF ada di bawah tulisan ini.

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

لَقَد قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

وَقَالَ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

فَأِنّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةً، وَكُلّ ضَلاَلَةِ فِي النّارِ. أَمَّا بَعْدُ:

فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَد فَازَ المُؤمِنُونَ المُتًّقُونَ حَيثُ قَالَ عَزَّ مِن قَائِلٍ: يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنتُم مُّسْلِمُونَ

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Alhamdulillah, segala puji syukur hanya milik Allah Rabb semesta alam, dengan nikmat-Nya, dengan rahmat-Nya, dengan kuasa-Nya, pada siang ini kita dimudahkan dan dimampukan untuk melaksanakan salah satu kewajiban sebagai seorang hamba yang muslim.

Shalawat beriring salam senantiasa kita curahkan kepada suri teladan, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam bersama para sahabatnya yang telah mempraktekkan dan mencontohkan kepada kita bagaimana melaksanakan syariat Islam di muka bumi ini.

Begitu juga shalawat beriring salam kita curahkan kepada keluarga beliau, para sahabat, tabi’in, tabi’ut tabi’in, dan orang-orang yang selalu menjaga kemurnian Islam dan Iman hingga hari akhir.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Kami wasiatkan kepada diri kami, juga kepada jamaah sekalian dengan wasiat yang sangat mulia. Mari tingkatkan iman dan takwa kita kepada Allah ‘azza wajalla. Mari pegang teguh syariat-syariat-Nya.

Tidak ada bekal yang dapat menyelamatkan kita dari siksa api neraka kecuali dengan bekal iman dan takwa kepada Allah ‘azza wajalla.

Mari tegakkan amar makruf nahi munkar di sekeliling kita, semampunya. Mari tegakkan syariat shalat wajib lima waktu. Mari tunaikan hak-hak dan kewajiban-kewajiban kita sebagai hamba Allah ‘azza wajalla dengan sebaik-baiknya.

Mari semakin memperkuat pembacaan dan pemahaman kita terhadap al-Quran dan sunnah, sebagai lentera kehidupan kita.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Secara mutlak, setiap manusia harus memiliki pegangan dan pedoman dalam menempuh hidup dan mengelola kehidupan.

Tanpa pegangan dan pedoman hidup niscaya dia akan tersesat dan tidak akan sampai pada tujuan hidupnya.

Tanpa pegangan dan pedoman hidup dia akan terombang-ambing layaknya bulu yang diterbangkan angin, tanpa arah, dan tanpa tujuan.

Apalagi seorang Muslim, memiliki tujuan hidup adalah perkara yang sudah jelas, yakni meraih kebahagian di dunia dan akhirat dengan ridha Allah ‘azza wajalla.

Tentu, meraih hal tersebut harus memiliki pegangan dan pedoman hidup. Bahkan pegangan dan pedoman hidup bukan hanya harus dimiliki oleh seorang Muslim secara pribadi, tetapi juga oleh kaum Muslimin secara umum dalam kehidupan bermasyarakat.

Allah ‘azza wajalla telah menentukan dan mewajibkan kaum Muslim untuk menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman dan pegangan hidup mereka. Bahkan lebih dari itu, keduanya harus menjadi ruh kehidupan setiap muslim.

Materi Khutbah Jumat: Sedekah Air di Musim Kemarau

Allah ‘azza wajalla berfirman,

وَكَذٰلِكَ اَوْحَيْنَآ اِلَيْكَ رُوْحًا مِّنْ اَمْرِنَا ۗمَا كُنْتَ تَدْرِيْ مَا الْكِتٰبُ وَلَا الْاِيْمَانُ وَلٰكِنْ جَعَلْنٰهُ نُوْرًا نَّهْدِيْ بِهٖ مَنْ نَّشَاۤءُ مِنْ عِبَادِنَا ۗوَاِنَّكَ لَتَهْدِيْٓ اِلٰى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيْمٍۙ

Dan demikianlah Kami wahyukan kepadamu (Muhammad) ruh (Al-Quran) dengan perintah Kami. Sebelumnya engkau tidaklah mengetahui apakah Kitab (Al-Quran) dan apakah iman itu, tetapi Kami jadikan Al-Quran itu cahaya, dengan itu Kami memberi petunjuk siapa yang Kami kehendaki di antara hamba-hamba Kami. Dan sungguh, engkau benar-benar membimbing (manusia) kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura: 52)

Seluruh aktivitas kehidupan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dari pertunjuk al-Quran, sampai ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha mengatakan bahwa bahwa akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah al-Quran.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah al-Quran yang berjalan di muka bumi.

Al-Quran dan Sunnah menjadi ruh dalam setiap aktivitas kehidupan, menerangi kehidupan yang penuh dengan kegelapan jahiliyah dengan cahaya yang terang benderang. Siapa mengikutinya akan sampai kepada tujuan kehidupan yang hakiki.

Al-Quran dengan ribuan ayatnya, melalui penjelasan dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam, mengatur dan menjelaskan segala aspek kehidupan manusia; dari ibadah, akidah, muamalah, fikih, akhlak dan adab.

Dari hubungan antar umat dan antar negara, perdamaian, peperangan, politik, menegakkan keadilan, membangun persaudaraan, dan sebagainya. Dari yang paling ringan sampai yang paling berat, dari yang paling mudah sampai yang paling susah.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Siapa pun yang berpegang teguh pada al-Quran dan as-Sunnah tidak akan tersesat.

Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda ketika khutbah Haji Wada’:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّى قَدْ تَرَكْتُ فِيكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوا أَبَدًا كِتَابَ اللَّهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

Wahai manusia, sungguh telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian suatu perkara yang jika kalian pegang teguh niscaya kalian tidak akan tersesat selamanya: Kitabullah dan Sunnah Nabi-Nya.” (Al-Muntaqa Syarh Muwattha’, 7/203)

Menjadikan al-Quran dan as-Sunnah sebagai pedoman, pegangan hidup dan ruh kehidupan, setidaknya dengan tiga hal:

Materi Khutbah Jumat: 8 Hal yang Perlu Kita Ketahui tentang Ibadah Shalat

Pertama, Menjadikan al-Quran dan as-Sunnah Sebagai Rujukan

Maknanya, dalam segala perkara, al-Quran dan as-Sunnah lah yang dijadikan acuan. Bahkan ketika terjadi perselisihan dan perbedaan pendapat dalam hal apapun, harus merujuk kepada petunjuk al-Quran dan as-Sunnah, bukan yang lain.

Dengan kata lain, al-Quran dan as-Sunnah lah yang menjadi pemutus dalam semua perkara yang diperselisihkan.

يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah RasulNya, dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AlQuran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (QS. An-Nisa’: 59)

Sahl bin ‘Abdillah rahimahullah mengatakan, “Manusia akan terus berada dalam kebaikan selama mengagungkan kedua hal ini (al-Quran dan as-Sunnah), Allah akan memperbaiki urusan dunia dan akherat mereka. Namun apabila mereka meremehkan keduanya Allah akan merusak urusan dunia dan akhirat mereka.” (Tafsir al-Qurtubhi, 5/260)

Dengan demikian, bukti akan kebenaran iman kepada Allah dan hari Akhir, adalah dengan mengembalikan segala perkara pada al-Quran dan as-Sunnah, bukan mengembalikan pada pendapat manusia, atau pendapat mayoritas, ketika pendapat mereka tidak berdasarkan petunjuk al-Quran dan as-Sunnah.

 

Kedua, Menjadikan Al-Quran dan as-Sunnah Sebagai Standar

Artinya, yang wajib dijadikan tolok ukur adalah apa saja yang diputuskan dan dinyatakan oleh al-Quran dan as-Sunnah. Allah ‘azza wajalla berfirman:

وَمَا اخْتَلَفْتُمْ فِيهِ مِنْ شَيْءٍ فَحُكْمُهُ إِلَى اللَّهِ ذلِكُمُ اللَّهُ رَبِّي عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ

Tentang sesuatu apa pun kamu berselisih maka putusannya (terserah) kepada Allah. (Yang mempunyai sifat-sifat demikian) itulah Allah Tuhanku. Kepada-Nya lah aku bertawakal dan kepada-Nya lah aku kembali.” (QS. asy-Syura: 10)

Dengan demikian, petunjuk al-Quran dan as-Sunnah harus dijadikan standar dalam menilai, memandang, dan memutuskan. Bukan sebaliknya, yakni malah menempatkan syariah dan ajaran Islam sebagai perkara yang dinilai.

Pemikiran, budaya, norma, nilai-nilai, ajaran, falsafah, aturan dan sebagainya harus diukur dengan Islam. Apakah semua itu sesuai dengan syariah Islam atau tidak.

Jika pemikiran, budaya, norma, nilai, ajaran, falsafah, aturan dan sebagainya itu menyalahi syariat Islam, maka semua itu harus diubah agar sesuai dengan syariah Islam. Jika tidak maka harus ditolak dan ditinggalkan.

Bukan sebaliknya, ajaran dan syariah Islam justru diposisikan sebagai perkara yang dinilai dan distandarisasi dengan selainnya.

Lalu jika tidak sesuai, Islam yang diubah agar sesuai; atau Islam berikut ajaran dan syariahnya diterima hanya yang sesuai dengan budaya, pemikiran, norma, nilai, falsafah, atau aturan selain Islam itu.

Sikap demikian adalah batil, menyalahi keimanan atas kebenaran Islam dan tidak layak keluar dari seorang Muslim.

Materi Khutbah Jumat: Muslim Uighur adalah Saudara Seiman Kita

Bahkan bukan hanya sesuai atau tidak dengan Islam, tetapi juga apakah didasarkan pada—atau terpancar dari—akidah Islam atau tidak. Pasalnya, meskipun suatu perkara secara fisik dan faktual tidak menyalahi Islam, bukan berarti perkara tersebut pasti diterima di sisi Allah ‘azza wajalla.

Hal itu seperti perbuatan orang kafir yang dinilai baik dalam pandangan manusia. Meskipun secara fisik dan faktual sesuai atau tidak menyalahi Islam, tetapi tidak diterima di sisi Allah ‘azza wajalla.

Alasannya, perbuatan orang kafir tentu tidak terpancar dari akidah Islam atau dilakukan tidak didasarkan pada akidah Islam.

 

Ketiga, Memberlakukan Semua Hukum al-Quran dan as-Sunnah

Allah ‘azza wajalla telah memerintahkan agar manusia memutuskan segala perkara dengan hukum-hukum-Nya. Secara khusus, Allah ‘azza wajalla memerintahkan penguasa untuk memutuskan segala perkara dengan hukum-hukum-Nya.

Allah ‘azza wajalla pun menyifati penguasa yang tidak memutuskan perkara dengan hukum-Nya sebagai orang zalim (QS. Al-Maidah: 45), fasiq (QS. Al-Maidah: 47) bahkan bisa kafir (QS. Al-Maidah: 44).

Allah ‘azza wajalla menafikan (kesempurnaan) iman seseorang sampai dia menjadikan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai hakim, yakni menjadikan hukum al-Quran dan as-Sunnah sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara (QS. An-Nisa’: 65).

Allah ‘azza wajalla juga menilai klaim keimanan seseorang yang tetap ingin berhakim kepada thagut bahwa itu sekadar klaim, bukan iman yang sebenarnya.

Allah ‘azza wajalla berfirman:

أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ يَزْعُمُونَ أَنَّهُمْ آمَنُوا بِمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ وَمَا أُنزِلَ مِن قَبْلِكَ يُرِيدُونَ أَن يَتَحَاكَمُوا إِلَى الطَّاغُوتِ وَقَدْ أُمِرُوا أَن يَكْفُرُوا بِهِ وَيُرِيدُ الشَّيْطَانُ أَن يُضِلَّهُمْ ضَلَالًا بَعِيدًا

Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang mengklaim telah mengimani apa saja yang telah diturunkan kepada kamu dan apa saja yang telah diturunkan sebelum kamu? Mereka hendak berhukum kepada thâghût. Padahal mereka telah diperintahkan untuk mengingkari thâghût itu. Setan bermaksud menyesatkan mereka dengan penyesatan yang sejauh-jauhnya.” (QS. An-Nisa’: 60).

Al-Quran dan as-Sunnah menjadi sumber hukum dari berbagai hokum-hukum dalam aspek kehidupan manusia. adapun sumber-sumber hukum yang lainnya, dalam pembahasan para fuqaha, semuanya merupakan petunjuk dan arahan dari al-Quran dan as-Sunnah.

Ketika dalam kehidupan semua memiliki kesadaran ini tentu akan lebih berhati-hati dalam berucap dan bersikap.

 

Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,

Sebagai motivasi dan gambaran yang gamblang bagi kita, mari melihat kehidupan para sahabat radhiyallahu ‘anhum, mereka generasi yang sukses mengimplementasika al-Quran dalam kehidupan.

Sayid Qutub mengemukakan di dalam tafsirnya (Fi Zhilalil Quran, 5/3171), ada tiga hal yang melatarbelakangi para sahabat sehingga mereka dapat menjadi sebaik-baik generasi, yang tiada duanya di dunia ini. Secara ringkasnya adalah sebagai berikut:

Pertama, karena mereka menjadikan Al-Quran sebagai satu-satunya sumber petunjuk jalan, menjadikannya pegangan hidup mereka, dan mereka membuang jauh-jauh berbagai sumber lainnya.

Kedua, ketika mereka membacanya, mereka tidak memiliki tujuan untuk tsaqofah, pengetahuan, menikmati keindahannya dan lain sebagainya. Namun mereka membacanya hanya untuk mengimplementasikan apa yang diinginkan oleh Allah dalam kehidupan mereka.

Ketiga, mereka membuang jauh-jauh segala hal yang berhubungan dengan masa lalu ketika jahiliyah. Mereka memandang bahwa Islam merupakan titik tolak perubahan, yang sama sekali terpisah dengan masa lalu, baik yang bersifat pemikiran maupun budaya.

Dengan ketiga hal inilah, generasi sahabat menjadi generasi paling mulia yang hadir di dunia ini.

Baca juga: Shalat Tahiyatul Masjid Ketika Khatib Menyampaikan Khutbah Jumat

Kemudian tinggal bagaimana usaha kita untuk mencontoh semua ini. Akankah kita siap dan berusaha semaksimal mungkin untuk mulia dengan al-Quran dan as-Sunnah, ataukah sebaliknya, kita justru menjadi terhina karena melalaikan al-Quran dan as-Sunnah.

Dalam sebuah hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan:

عَنْ عُمَرَ بْنِ اْلخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ، قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:

إِنَّ اللَّهَ يَرْفَعُ بِهَذَا الْكِتَابِnأَقْوَامًا وَيَضَعُ بِهِ آخَرِيْنَ

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

Sesungguhnya Allah ‘azza wajalla akan mengangkat derajat suatu kaum dengan kitab ini (al-Quran), dan dengannya pula Allah akan merendahkan kaum yang lain.” (HR. Muslim)

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ

 

Khutbah Kedua

إِنَّ الْحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أشْهَدُ أنْ لاَ إِلٰه إلاَّ اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ حَيْثُ قَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ:

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي القُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالمُنْكَرِ وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاة

 

 

 

download pdf

Topik Terkait

Hamid Syarifuddin

Penikmat kitab turats. Pernah mengikuti Daurah al-Miftah yang diselenggarakan oleh tim al-Miftah Sidogiri, daurah al-Muhtasib oleh syaikh Muhammad al-Wathban, daurah Siyasah Syar’iyyah oleh syaikh Su’ud al-Jadhi), seminar Ushul Fiqh oleh syaikh Hasan Haito, seminar Fiqh oleh asatidz Rumah Fiqh dan gontor, daurah Bina al-Furu’ ‘ala al-Ushul oleh syekh Su'ud al-Jadhi, dan lain sebagainya.

1 Tanggapan

Bagi kita yang menjadi Warga Negara Republik Indonesia tentu kita kesulitan untuk menggunakan Qur’an dan Sunnah untuk urusan sosial, sebab negara kita berdasarkan Pancasila, serta Undang Undang yang berlaku. Maka terhadap perlakukam hukum syariat Islam, maka ya sampaikam saja usulan usulan itu kepada para amggota wakil kita yang duduk pada Dewan Perwakilan Rakyat di pusat melalui fraksi fraksi Parpol yang Islam. Namun jika hasilnya ditolak, ya itulah akhir perjuangan kita. Kita sebagai warga negara tentu diwajibkan tunduk pada peraturan hukum yang berlaku di Indonesia. dan jika usulan kita ditolak, ya sampsikan saja kepada majlis ulama Indonesia dan kepada Dirjen Bimas Islam dan urusan hsji, bahwa kita umat Islam diwajibkan amalkan Qur’an dam Sunnah sesuai syari’at Islam. jadi secara pribadi kita tidak mampu mengamalkan syariat Islam 100% di negara kita RI ini, kecuali teman teman kita yang tinggal di provinsi Aceh. sebab di Acehlah yang sudah menggunakan syariat Islam.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *