Hadits Doa Ketika Cuaca Panas Ternyata Dhaif, Benarkah-dakwah.id

Hadits Doa Ketika Cuaca Panas Ternyata Dhaif, Benarkah?

Terakhir diperbarui pada · 11,609 views

Hadits Doa Ketika Cuaca Panas Ternyata Dhaif, Benarkah?

Oleh: Hamid Syarifudin

 

Tahun 2019 musim kemarau lumayan panjang. Lebih panjang dari tahun sebelumnya. Cuaca panas sangat menyengat. Suhu panasnya mencapai 40°C. Berbagai daerah dilanda kekeringan. Sumur kering. Tidak ada airnya. Sawah kering. Tidak bisa ditanami.

Rasanya ingin selalu berdoa. Seperti saat musim hujan. Ada doa ketika hujan turun. Atau doa ketika hujan reda. Tapi, apakah ada doa ketika cuaca panas yang panasnya sangat menyengat? Doa yang dicontohkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dibaca ketika cuaca panas?

Baca juga: Ucapan Selamat dan Doa Atas Kelahiran Anak dalam Hadits Shahih

Jika ditelusuri, memang ada satu hadits yang memuat lafal doa ketika cuaca panas. Haditsnya cukup panjang. Redaksinya sebagai berikut:

إِذَا كَانَ يَوْمٌ حَارٌّ فَقَالَ الرَّجُلُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مَا أَشَدَّ حَرَّ هَذَا الْيَوْمِ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ حَرِّ جَهَنَّمَ،

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِجَهَنَّمَ: إِنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي اسْتَجَارَ بِي مِنْ حَرِّكِ، فَاشْهَدِي أَنِّي أَجَرْتُهُ .

وَإِنْ كَانَ يَوْمٌ شَدِيدُ الْبَرْدِ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، مَا أَشَدَّ بَرْدَ هَذَا الْيَوْمِ، اللَّهُمَّ أَجِرْنِي مِنْ زَمْهَرِيرِ جَهَنَّمَ،

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لِجَهَنَّمَ: إِنَّ عَبْدًا مِنْ عِبَادِي قَدِ اسْتَجَارَنِي مِنْ زَمْهَرِيرِكِ، وَإِنِّي أُشْهِدُكِ أَنِّي قَدْ أَجَرْتُهُ، قَالُوا: مَا زَمْهَرِيرُ جَهَنَّمَ؟ قَالَ: بَيْتٌ يُلْقَى فِيهِ الْكَافِرُ، فَيَتَمَيَّزُ مِنْ شِدَّةِ بَرْدِهَا بَعْضُهُ مِنْ بَعْضٍ.

“Jika hari cuaca sangat panas, maka seorang hamba mengucapkan ‘Lailahaillallah Ma Asyadda harra hadzal yaumi, Allahumma Aajirni min harri Jahannam(alangkah dahsyatnya cuaca panas hari ini, ya Allah lindungilah kami dari panasnya neraka Jahannam).

Lantas Allah ‘azza wajalla berfirman kepada neraka Jahannam: ‘Sesungguhnya di antara hamba-Ku ada yang meminta perlindungan dari panasnya engkau, hai neraka, dan Aku bersaksi kepadamu bahwa Aku telah melindunginya dari panas tersebut.’

Baca juga: Sifat Ahli Neraka — Hadits Puasa #26

Jika hari cuaca sangat dingin, maka seorang hamba mengucapkan ‘Laa ilaha illallah, maa asyadda barda hadzal yaum. Allahumma aajirni min zamharir jahannam’.

Allah ‘azza wajalla kemudian berfirman kepada neraka Jahannam, ‘Sesungguhnya di antara hamba-Ku, meminta perlindungan pada-Ku dari dingin bekumu, dan Aku bersaksi padamu bahwa Aku telah melindungi dari dingin tersebut.’

Mereka berkata, ‘Apa itu zamharir jahannam?’

Dia menjawab, ‘Itu adalah rumah yang orang kafir dilemparkan di dalamnya, lantas mereka terpisah-pisah karena sangat dinginnya.”

Baca juga: Sifat Ahli Surga — Hadits Puasa #25

 

Benarkah Hadits Doa Ketika Cuaca Panas Statusnya Dhaif?

Syaikh Muhammad Shalih al-Munajjid menjelaskan, hadist ini memiliki dua jalur periwayatan:

Jalur pertama: dari jalur Abu Shalih Abdullah bin Shalih, Yahya bin Ayyub menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin Sulaiman, Darraj menceritakan kepadaku, Abu al-Haitsam juga menceritakan kepadaku dan namanya Sulaiman bin ‘Amr bin Abdul ‘Atwari, dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu atau dari Ibnu Hajirah al-Akbar, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, atau salah satu dari keduanya, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Jalur ini diriwayatkan oleh ‘Utsman ad-Darimi di dalam Naqdhu ad-Darimi ‘ala al-Muraisi (1/325), Ibnu Sinni di dalam ‘Amal al-Yaum wa al-Lailah (1/265), dan al-Baihaqi di dalam al-Asma’ wa as-Shifat (1/459).

Baca juga: Teori Menghafal Hadits Untuk Kalangan Pelajar Ala Dr. Hambal Shafwan

Sanad dari jalur ini sangat lemah sekali. Di dalamnya ada beberapa orang ahli kalam. Di antara mereka; Yahya bin Ayyub al-Mishri; Imam Ahmad bin Hambal berkata tentangnya, “Dia hafalannya buruk.” Imam an-Nasa’i berkata, “Dia tidak kuat.” Imam ad-Daruquthni mengatakan, “Di beberapa haditsnya ada kerancuan.” dan Abu Ahmad al-Hakim berkata, “Jika dia menyampaikan, hafalannya selalu ada kesalahan.” (Tahdzib at-Tahdzib, 11/187)

Dan Abdullah bin Sulaiman, Abu Hamzah al-Mishri, Al-Bazzar berkata tentangnya, “Dia berbicara dengan haditshadits yang belum diteliti, dan kami tidak percaya kepadanya.” (Tahdzib at-Tahdzib, 5/245)

Jalur Kedua: dikeluarkan oleh as-Sahmi dalam Tarikh Jurjan (486) beliau berkata: Abu Umar, Lahiq bin al-Hasan ash-Shadri mengabarkan kepada kami, Dharar bin ‘Ali bin ‘Umair al-Qadhi menceritakan kepada kami, Muhammad bin ‘Abdurrahman al-Azdi menceritakan kepada kami, Hafsh bin Ghiyats an-Nakhai menceritakan kepada kami, al-Hasan bin ‘Ubaidillah menceritakan kepada kami, dari Ibrahim an-Nakhai, dari Yazid bin Aus, dari Tsabit bin Qais, dari Abu Musa al-Asy’ari secara marfu’.

Baca juga: Hadits Maudhu’ Tentang Malam Nishfu Sya’ban yang Perlu Diketahui

Sanad jalur periwayatan ini sangat lemah juga, karena ada Abu Umar, Laahiq bin Husain al-Shadri al-Maqdisi, dan tidak menutup kemungkinan sanadnya makdzub (dusta) atau masruq (curian).

Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata tentang biografi Lahiq bin Husain:

“Al-Hafizh al-Idrisi berkata, ‘Dia adalah pendusta dan pembohong, dia menyandarkan hadits kepada orang-orang yang tsiqah dan memursalkan sanadnya. Dia menceritakan dari orang yang tidak mendengar dari kalangan mereka. Dia menyandarkan naskah kepada sekelompok orang yang tidak kami ketahui nama-nama mereka.

Pada masa kami, tidak pernah kami melihat orang sepertinya dalam hal pendustaan dan lancang dalam periwayatan. Dia meninggal di Khawarizm, orang-orang menyimpulkan bahwa dia memalsukan hadits-hadits, dan semoga tidak muncul para pendusta seperti dirinya.’

Baca juga: Menelisik Sumber Teks Doa Akhir Tahun dan Doa Awal Tahun Hijriyah

Banyak para ulama hadits yang menyatakan bahwa tidak boleh berpegang dengan haditsnya karena dia seorang pendusta.

Ibnu as-Shan’ani mengatakan, “Dia menetapkan nukilan yang tidak diketahui nama-nama perawinya, dan dia salah satu dari para pendusta.” (Lisanul Mizan, 8/407)

 

Jika Haditsnya Dhaif, Apakah Tetap Boleh Membaca Doa Ketika Cuaca Panas?

Jelas bahwa hadits ini berstatus tidak bisa diterima. Imam as-Sakhawi rahimahullah berkata, “Sanadnya lemah.” (Al-Maqashid al-Hasanah, 714) dan Syaikh al-Albani rahimahullah mengatakan, “Mungkar.” (As-Silsilah ad-Dha’ifah, no. 6428).

Jadi hadits ini tidak bisa menjadi dalil yang menunjukkan kesunahan membaca lafal tersebut sebagai doa ketika cuaca panas.

 

Pun demikian, membaca doa ketika cuaca panas seperti tertera dalam matan hadits di atas tetap dibolehkan.

Hal yang tidak boleh adalah meyakini bahwa hadits ini adalah perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam atau menyakini bahwa ini termasuk dari doa yang disyariatkan.

Selain itu, jika kekeringan berkepanjangan melanda sebuah wilayah, dapat juga melantunkan doa meminta hujan. Atau melakukan shalat istisqa’—shalat meminta hujan. Wallahu a’lam. [Hamid Syarifuddin/dakwah.id]

Baca juga artikel Hadits terbaru:

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading