Daftar Isi
Artikel kali ini mengupas kenapa Allah tidak langsung mengazab umat Nabi Muhammad yang bermaksiat. Padahal, bentuk maksiat yang dikerjakan oleh sebagian dari mereka sama seperti kemaksiatan umat-umat terdahulu yang karenanyalah mereka ditimpakan azab Allah yang membinasakan.
Setiap manusia memiliki keinginan dan harapan. Ia akan berusaha sekuat yang ia bisa supaya keinginannya terkabul dan harapannya terwujud. Akan tetapi, tidak semua usaha yang manusia lakukan dinilai baik secara agama. Karena agama mengontrol tingkah laku manusia; perilaku yang menyimpang dan melampaui batas akan mendapatkan dosa, dan perilaku yang sesuai ajaran dan benar akan mendapatkan ganjaran.
Dalam sejarahnya, ada tingkah laku manusia yang melampaui batas sehingga para pelakunya mendapatkan azab dari Allah Ta’ala. Azab bersifat menyeluruh yang membinasakan kaum yang melampau batas tersebut.
Berikut ini di antara kaum-kaum terdahulu yang melampaui batas yang termaktub dalam al-Quran, serta azab Allah kepada mereka.
Azab Allah Kepada Umat-Umat terdahulu
Pertama: kaum Nabi Nūh
Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam al-Quran surat Al-Ankabut ayat 14,
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوحًا إِلَىٰ قَوْمِهِۦ فَلَبِثَ فِيهِمْ أَلْفَ سَنَةٍ إِلَّا خَمْسِينَ عَامًا فَأَخَذَهُمُ ٱلطُّوفَانُ وَهُمْ ظَٰلِمُونَ
“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-’Ankabūt: 14)
Kedua: kaum ‘Ad
Kaum ‘Ad adalah bangsa yang mendiami Yaman kuno. Mereka adalah kaumnya Nabi Hūd sebagaimana yang tertera dalam al-Quran surat Hūd ayat 50—60.
Allah Ta’ala membinasakan mereka dan hal itu dijelaskan dalam al-Quran surat An-Najm ayat 50,
وَأَنَّهُ أَهْلَكَ عَادًا الْأُولَىٰ
“Dan sesungguhnya Dialah yang telah membinasakan kaum ‘Ad dahulu kala,” (QS. An-Najm: 50)
Ketiga: kaum Tsamud
Kaum Tsamud adalah kaumnya Nabi Saleh alaihissalam. Mereka membunuh unta yang menjadi tanda kenabian Nabi Saleh.
Kisah Nabi Saleh yang diutus untuk kaum Tsamud tertera dalam al-Quran surat Al-A’rāf ayat 73,
وَإِلَىٰ ثَمُودَ أَخَاهُمْ صَالِحًا ۗ قَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُم مِّنْ إِلَٰهٍ غَيْرُهُ ۖ قَدْ جَاءَتْكُم بَيِّنَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ ۖ هَٰذِهِ نَاقَةُ اللَّهِ لَكُمْ آيَةً ۖ فَذَرُوهَا تَأْكُلْ فِي أَرْضِ اللَّهِ ۖ وَلَا تَمَسُّوهَا بِسُوءٍ فَيَأْخُذَكُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ
“Dan kepada kaum Tsamud (Kami utus) saudara mereka Saleh. Dia berkata,“Wahai kaumku! Sembahlah Allah! Tidak ada tuhan (sembahan) bagimu selain Dia. Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Rabb-mu. Ini (seekor) unta betina dari Allah sebagai tanda untukmu. Biarkanlah ia makan di bumi Allah, janganlah disakiti, nanti akibatnya kamu akan mendapatkan siksaan yang pedih.” (QS. Al-A’rāf: 73)
Kemudian, Allah terangkan dalam ayat berikutnya (QS. Al-A’rāf: 77—78) bahwa kaum Tsamud membunuh unta Nabi Saleh dan akhirnya mereka ditimpa azab yang dahsyat berupa gempa dan bergelimpanglah mayat-mayat mereka.
Keempat: kaum Sodom
Kaum Sodom adalah kaumnya Nabi Luth. Mereka adalah kaum yang melakukan perbuatan keji yang belum pernah dilakukan oleh manusia sebelumnya. Perbuatan tersebut ialah homoseksual dan lesbian.
وَلُوطًا إِذْ قَالَ لِقَوْمِهِ أَتَأْتُونَ الْفَاحِشَةَ مَا سَبَقَكُم بِهَا مِنْ أَحَدٍ مِّنَ الْعَالَمِينَ
“Dan (Kami juga telah mengutus) Lut, ketika dia berkata kepada kaumnya,“Mengapa kamu melakukan perbuatan keji, yang belum pernah dilakukan oleh seorang pun sebelum kamu (di dunia ini).” (QS. Al-A’rāf: 80)
Kemudian, mereka ditimpa azab berupa suara yang sangat keras dan kota tempat mereka tinggal dijungkirbalikkan—bagian atas menjadi bagian bawah, kemudian dihujani dengan batu-batu yang keras.
فَأَخَذَتْهُمُ الصَّيْحَةُ مُشْرِقِينَ (73) فَجَعَلْنَا عَالِيَهَا سَافِلَهَا وَأَمْطَرْنَا عَلَيْهِمْ حِجَارَةً مِّن سِجِّيلٍ (74)
“Maka mereka dibinasakan oleh suara keras yang mengguntur, ketika matahari akan terbit. Maka Kami jungkirbalikkan (negeri itu) dan Kami hujani mereka dengan batu dari tanah yang keras.” (QS. Al-Hijr: 73—74)
Kelima: kaum Madyan atau Aykah
Kaum Madyan adalah kaumnya Nabi Syua’ib. Perilaku mereka berupa mengurangi timbangan dan berbuat zalim tertulis dalam al-Quran surat Hud ayat 84.
Akibat dari perilaku melampaui batas tersebut, mereka ditimpa azab berupa suara yang bergemuruh, hingga mayat-mayat mereka bergelimpangan di dalam rumah-rumahnya (QS. Hūd : 94).
Khutbah Jumat Singkat: Tips Menghindari Dosa Zina
Itulah kaum-kaum yang dibinasakan karena perilaku mereka yang melampaui batas, seperti yang Allah kabarkan kepada Nabi-Nya,
ذَٰلِكَ مِنْ أَنبَاءِ الْقُرَىٰ نَقُصُّهُ عَلَيْكَ ۖ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ
“Itulah beberapa berita tentang negeri-negeri (yang telah dibinasakan) yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad). Di antara negeri-negeri itu sebagian masih ada bekas-bekasnya dan ada (pula) yang telah musnah.” (QS. Hūd: 100)
Akan tetapi, apakah perilaku melampaui batas yang dilakukan kaum-kaum terdahulu tersebut tidak dilakukan oleh umat manusia hari ini?
Nabi Muhammad menjadi Nabi terakhir dan menjadi Nabi penutup. Tidak ada lagi Nabi sepeninggal beliau. Bukankah di antara umat Nabi Muhammad ada yang berperilaku melampaui batas seperti perilaku umat-umat terdahulu? Ada yang membangkang, mengaku sebagai nabi, melakukan homoseks dan lesbi, berbuat zalim, membunuh yang diharamkan, serta kekufuran lainnya.
Akan tetapi, kenapa Allah tidak langsung mengazab umat Nabi Muhammad yang berperilaku melampaui batas seperti perilaku umat-umat terdahulu yang karenanya mereka diazab?
Keistimewaan Umat Nabi Muhammad
Allah subhanahu wata’ala menerangkan hal tersebut dalam al-Quran surat Al-Anfal,
وَمَا كَانَ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنْتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Tetapi Allah tidak akan menghukum mereka, selama engkau (Muhammad) berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan menghukum mereka, sedang mereka (masih) memohon ampunan.” (QS. Al-Anfāl: 33)
Ibnu Abbas dan Abu Musa Al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhuma mengatakan, dua hal yang karenanya umat ini tidak diazab, satunya sudah pergi yaitu Nabi (sudah wafat) dan tinggal istighfar (meminta ampun). Hal ini merupakan pengkhususan umat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Imam Ibnu Taymiyyah rahimahullah menjelaskan dalam kitabnya al-Jawāb ash-Shaḥīḥ liman Baddala Dīn al-Masīḥ, bahwa Allah subhanahu wata’ala menurunkan azab yang menyeluruh kepada umat yang membangkang dan mendustakan para rasul sebelum turunnya kitab Taurat. (Al-Jawāb al-Shaḥīḥ liman baddala dīn al-Masīḥ, Ibnu Taymiyah, 6/441—442) Seperti: Allah subhanahu wata’ala menurunkan azab untuk kaum Nabi Nuh, Tsamud, Madyan, kaum Nabi Luth, dan bala tentara Fir’aun.
Setelah masa Fir’aun atau sesudah Taurat diturunkan, Allah subhanahu wata’ala tidak menurunkan azab secara menyeluruh.
Keterangan itu ada di dalam al-Quran,
وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ مِن بَعْدِ مَا أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ الْأُولَىٰ بَصَائِرَ لِلنَّاسِ وَهُدًى وَرَحْمَةً لَّعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ
“Dan sungguh, telah Kami berikan kepada Musa Kitab (Taurat) setelah Kami binasakan umat-umat terdahulu, untuk menjadi pelita bagi manusia dan petunjuk serta rahmat, agar mereka mendapat pelajaran.” (QS. Al-Qashash: 43)
Ketika bani Israil melakukan kemaksiatan dan kekufuran, Allah subhanahu wata’ala menurunkan azab kepada sebagian bani Israil dan dibiarkan sebagiannya; karena tidak semua bani Israil setuju dengan kekufuran yang dilakukan oleh sebagian mereka.
Termasuk hikmah Allah subhanahu wata’la mengenai tidak adanya azab menyeluruh dan kontan sesudah Taurat diturunkan ialah, ketika ada dari umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang melakukan kekufuran dan kemaksiatan, agar mereka semuanya tidak mengalami kebinasaan itu. Serta disyariatkannya umat Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam untuk berjihad melawan orang-orang musyrik dan orang-orang yang membangkang.
Umat Nabi Muhammad adalah sebaik-baik umat
Hikmah lainnya adalah disyariatkannya amar makruf nahi munkar, saling menasihati dalam kebaikan, dan tersebab inilah umat Nabi Muhammad menjadi umat terbaik. Sebagaimana dalam firman Allah subhanahu wata’ala,
كُنتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُم ۚ مِّنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Āli ’Imrān: 110) wallahu a’lam bishshawwab. (dakwah.id/syahidridwanullah)
Baca juga artikel Akidah atau artikel menarik lainnya karya Syahid Ridwanullah.
Artikel Akidah terbaru: