khutbah jumat terbaru empat ciri orang lalai dakwah.id.png

Khutbah Jumat Terbaru: Empat Ciri Orang Lalai

Terakhir diperbarui pada · 5,649 views

Khutbah Jumat Terbaru
Empat Ciri Orang Lalai

Pemateri: Syamil Robbani

*) Link download file PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوْذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

قَالَ اللَّه تَعَالَى: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا

 فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيْثِ كِتَابُ اللهِ، وَخَيْرَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلّمَ، وَشَرَّ اْلأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلاَلَةٌ، وَكُلَّ ضَلاَلَةِ فِي النَّارِ. أَمَّا بَعْدُ

Dhuyufurrahman, tamu undangan Allah yang berbahagia,

Marilah kita panjatkan puja dan puji syukur kita ke hadirat Allah azza wa jalla. Tidak ada kalimat yang paling pantas untuk diucapkan seorang hamba di setiap detiknya melainkan kalimat hamdalah.

Sebagai bentuk syukur atas beribu nikmat Allah yang kita rasakan, namun Allah hanya meminta kepada hamba-Nya agar mensyukuri semua itu.

Selanjutnya, shalawat dan salam kita haturkan kepada uswatun hasanah, teladan yang baik, junjungan kita, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam, semoga juga tersampaikan kepada para sahabat beliau, tabiin, tabiut tabiin, serta orang-orang yang istikamah hingga akhir zaman nanti.

Semoga kita semua termasuk umatnya yang mendapat syafaat beliau pada hari ketika tidak ada syafaat melainkan atas izin-Nya.

Hakikat bekal yang harus dipersiapkan setiap muslim adalah keimanan dan takwa kepada Allah subhanahu wataala. Takwa inilah yang akan menjadi aset berharga kita untuk menghadap Sang Pencipta.

Sebagaimana firman-Nya dalam Surat al-Baqarah ayat 197, “Dan berbekallah kalian semua karena sebaik-baik bekal adalah takwa.”

Dhuyufurrahman, tamu undangan Allah yang berbahagia,

Ghaflah atau lalai adalah penyakit hati yang menyerang seorang hamba kapan pun dan di mana pun. Berapa banyak penyakit ini telah menggelincirkan hati dan menghalangi seseorang dari hidayah dan kebaikan.

Lalai adalah salah satu pintu setan untuk menjerumuskan manusia ke dalam gelapnya dosa dan maksiat. Dia jadikan manusia terbuai dengan bisikan dan janji manisnya, terus-menerus terjerumus dalam syahwat, sehingga tanpa sadar ia telah jauh dari Allah subhanahu wataala.

Sungguh amat sedikit mereka yang sadar dan mampu untuk kembali mengabdi, tunduk, dan patuh pada perintah-Nya.

Imam Al-Jurjani menggambarkan sifat ghaflah atau lalai dalam kitabnya At-Tarifat halaman 162 yaitu seseorang yang selalu mengikuti apa-apa yang sesuai dengan hawa nafsunya.

Ketahuilah jamaah sekalian, bahwa para salafusshalih adalah orang-orang yang selalu berhati-hati dari sifat ghaflah ini, mereka selalu muhasabah, mengoreksi diri, dan merasa khawatir dari sifat tersebut.

Sebagaimana dikutip dalam kitab Hal Anta min Ahlil Ghaflah halaman 8, Aun bin Abdillah yang pernah merenung, lalu berkata,

وَيْحِيْ! كَيْفَ أَغْفِلُ عَنْ نَفْسِيْ، وَمَلَكُ الْمَوْتِ لَيْسَ بِغَافِلٍ عَنِّي؟

Celakalah diriku! Bagaimana mungkin aku lalai atas diriku, sedangkan malaikat maut tidak pernah lalai dariku.”

Sahabat Salman al-Farisi radhiyallahu anhu berujar,

Tiga golongan yang aku heran pada mereka, yaitu orang yang sangat berambisi pada dunia padahal kematian mengincarnya; orang yang lalai padahal Allah selalu mengawasinya; dan orang yang selalu tertawa padahal dia tidak tahu apakah Rabbnya murka atau ridha kepadanya.”

Dhuyufurrahman, tamu undangan Allah yang berbahagia,

Ghaflah atau lalai adalah penyakit hati yang membinasakan pemiliknya secara perlahan-lahan, menjadikan seseorang jauh dari Allah subhanahu wataala serta lupa akan hakikat tujuan ia diciptakan.

Oleh karena itu, Allah memperingatkan hamba-Nya dari bahaya sifat ghaflah ini.

Allah memperingatkan hamba-Nya dari sifat ghaflah dalam firman-Nya QS. Al-A’raf ayat 205,

وَاذْكُرْ رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيْفَةً وَدُوْنَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ بِالْغُدُوِّ وَالْآصَالِ وَلَا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِيْنَ

Dan ingatlah Rabbmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lengah (lalai).”

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman halaman 314 bahwa orang yang lalai adalah mereka yang melupakan Allah, maka Allah melupakan mereka dan mereka terhalang dari kebaikan di dunia dan akhirat.

Adapun di antara bahaya-bahaya ghaflah tersebut adalah dapat mengantarkan pemiliknya kepada kebinasaan.

Sebagaimana Allah telah menghukum bani Israil pada zaman Nabi Musa alaihissalam dengan menenggelamkan mereka di lautan lepas, disebabkan pendustaan dan kelalaian mereka terhadap ayat-ayat Allah.

Allah subhanahu wataala berfirman QS. Al-A’raf ayat 136,

فَانْتَقَمْنَا مِنْهُمْ فَأَغْرَقْنَاهُمْ فِي الْيَمِّ بِأَنَّهُمْ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ‌وَكَانُوا ‌عَنْهَا ‌غَافِلِيْنَ ‌‌

Maka Kami hukum sebagian di antara mereka, lalu Kami tenggelamkan mereka di laut karena mereka telah mendustakan ayat-ayat Kami dan melalaikan ayat-ayat Kami.

Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan dalam kitab Tafsir al-Quran al-Azhim  jilid 3 halaman 466 bahwa di antara sebab Allah menghukum bani Israil dengan ditenggelamkannya mereka itu adalah karena mereka mendustakan dan melalaikan ayat-ayat Allah.

Dhuyufurrahman, tamu undangan Allah yang berbahagia,

Maka dari itu, hendaknya kita menghindari sifat ghaflah dengan cara mengetahui alamat dan ciri orang lalai, sehingga kita dapat segera sadar dan membentengi diri kita dari sifat yang bahaya tersebut.

Syaikh Said bin Wahf al-Qahthani dalam kitabnya al-Ghaflah menjelaskan bahwa setidaknya ada empat ciri seseorang telah terinfeksi sifat lalai.

Empat Ciri Orang Lalai atau Ghaflah

Pertama: Meremehkan perbuatan maksiat

Apabila kita telah memandang remeh suatu maksiat maka berhati-hatilah, karena sesungguhnya sikap tersebut adalah rambu dan indikasi seseorang sedang ghaflah. Karena sikap meremehkan dosa ini berangkat dari kelalaian seseorang.

Sebagaimana disebutkan dalam hadits marfuk, Ibnu Mas’ud radhiyallahu anhu berkata,

إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَأَنَّهُ ‌قَاعِدٌ ‌تَحْتَ ‌جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ، وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوْبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ

Sesungguhnya orang mukmin melihat dosa-dosanya seperti ia duduk di pangkal gunung, ia khawatir gunung itu akan menimpanya, sedangkan orang fajir (selalu berbuat dosa) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang menempel di batang hidungnya, kemudian ia mengusirnya seperti ini lalu terbang.” (HR. Al-Bukhari no. 5949)

Abu Jamrah menjelaskan bahwa hati seorang fajir yang selalu berbuat kezaliman itu menganggap ringan perbuatan tersebut baginya dan apabila diberikan nasihat kepadanya dia mengatakan, “Ini hanya perkara yang remeh.” (Fathul Bâri, Ibnu Hajar al-Asqalani, 11/105)

Kedua: Terbiasa dan gemar melakukan maksiat

Ketika seseorang telah meremehkan maksiat maka secara otomatis hal tersebut akan menjadikannya gemar bermaksiat, sebab perkara maksiat ini adalah hal yang biasa baginya.

Bahkan, maksiat tersebut dia lakukan secara bangga dan terang-terangan. Wal Iyadzu billah.

Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda, sebagaimana diriwayatkan oleh imam al-Bukhari, hadits nomor 5721,

كُلُّ أُمَّتِى مُعَافًى ‌إِلَّا ‌الْمُجَاهِرِيْنَ، وَإِنَّ مِنَ الْمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلًا، ثُمَّ يُصْبِحَ وَقَدْ سَتَرَهُ اللَّهُ عَلَيْهِ، فَيَقُوْلَ: يَا فُلَانُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا، وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ، فَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللَّهِ عَلَيْهُ

Setiap umatku dimaafkan (dosanya) kecuali orang-orang yang menampak-nampakkannya. Dan sesungguhnya, di antara menampak-nampakkan (dosa) adalah seorang hamba yang melakukan amalan di waktu malam sementara Allah telah menutupinya, kemudian di waktu pagi dia berkata,‘Wahai fulan, semalam aku telah melakukan ini dan itu,’ padahal pada malam harinya (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya. Ia pun bermalam dalam keadaan (dosanya) telah ditutupi oleh Rabbnya dan di pagi harinya ia menyingkap apa yang telah ditutupi oleh Allah.”

Ibnu Bathal memberikan keterangan, sebagaimana dikutip oleh Ibnu Hajar dalam kitab Fathul Bari jilid 10 halaman 487 bahwa gemar dan terang-terangan dalam berbuat maksiat adalah berangkat dari meremehkan hak Allah dan Rasul-Nya (Istikhfaf).

Dhuyufurrahman, tamu undangan Allah yang berbahagia,

Ketiga: Menyia-nyiakan waktu dengan melakukan sesuatu yang tidak berfaedah

Ciri selanjutnya seseorang telah terinfeksi sifat ghaflah adalah dia pasti akan membuang-buang waktunya, menggunakannya kepada sesuatu yang tidak bermanfaat sehingga waktu berlalu dengan sia-sia.

Sebab waktu adalah nikmat, dan tak seorang pun yang menyia-nyiakannya kecuali hanyalah orang-orang yang lalai atau ghaflah.

Sungguh mereka akan sadar atas perbuatannya di akhirat kelak, namun penyesalan mereka tak ada gunanya lagi.

Allah subhanahu wataala berfirman QS. Yunus ayat 45,

وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَنْ لَمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ

Dan (ingatlah) pada hari (ketika) Allah mengumpulkan mereka,(mereka merasa) seakan-akan tidak pernah berdiam (di dunia) kecuali sesaat saja pada siang hari,(pada waktu) mereka saling berkenalan. Sungguh rugi orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Allah dan mereka tidak mendapat petunjuk.”

Keempat: Bermalas-malasan dalam mengerjakan ketaatan

Ciri orang lalai terakhir yang dijelaskan oleh Syaikh Said al-Qahthani adalah bermalas-malasan dalam ketaatan.

Sebenarnya ciri orang lalai keempat ini juga terdapat kesamaannya dengan sifat-sifat orang munafik, yaitu sama-sama malas dalam beribadah.

Maka marilah kita berhati-hati ketika rasa malas berbuat taat mulai merayap di hati! Karena hal ini merupakan alamat dari lalainya seorang hamba dari Allah. Maka hendaknya, orang yang terjangkit sifat ini segera sadar dan kembali untuk mengingat-Nya.

Allah subhanahu wataala berfirman QS. An-Nisa ayat 142,

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُوْنَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَى

Sesungguhnya orang munafik itu hendak menipu Allah, tetapi Allah-lah yang menipu mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas.”

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di rahimahullah menjelaskan dalam kitab Taisir Al-Karim Ar-Rahman halaman 210 bahwa orang munafik itu merasa berat ketika hendak shalat dan rasa malas itu tidak timbul melainkan dari hilangnya minat (raghbah) dari hati-hati mereka.

Demikian materi khutbah Jumat tentang ciri-ciri dan indikasi seseorang yang sedang ghaflah yang dapat khatib sampaikan. Semoga dengan mengetahui alamat-alamat ini menjadikan kita terhindar dari pintu-pintu yang mengantarkan seseorang ke dalam sifat ghaflah. Amin ya Rabbal alamin.

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوْا اللهَ فِيْمَا أَمَرَ، وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى، وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ

وَقَالَ تَعاَلَى: إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِى يَآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِنْ لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ

اَللَّهُمَّ انْصُرِ الْمُجَاهِدِيْنَ فِي سَبِيْلِكَ فِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ نَصْرًا مُؤَزَّرًا، اَللَّهُمَّ ارْبِطْ عَلَى قُلُوْبِهِمْ، وَثَبِّتْ أَقْدَامَهُمْ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمِ لِي وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Download PDF Materi Khotbah Jumat Singkat dakwah.id
Empat Ciri Orang Lalai di sini:

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Sodiq Fajar

Bibliofil. Pemred dakwah.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *