Daftar Isi
Artikel berjudul “Kisah Inspiratif tentang Samiri dalam Surat Thaha” adalah artikel #08 dari serial Artikel Spesial Ramadhan 1444 H.
Lika-liku perjalanan dakwah Nabi Musa paling sering dibahas dalam al-Quran. Tidak kurang dari 136 kali namanya tercantum dalam 34 surah. Menjadikannya sebagai nabi yang paling banyak disebut. Menunjukkan betapa banyak faedah dan ibrah yang bisa dipetik dari kisah hidupnya.
Selain Firaun, Qarun dan Haman, salah satu tantangan berat yang harus ia hadapi adalah kaumnya sendiri. Ketika mereka menyembah sapi dan mengikuti ajaran Samiri.
Kisah Samiri
Ada banyak riwayat yang menjelaskan siapa itu Samiri. Adham Syarqawi dalam karyanya, Rasa’il min al-Quran memilih pendapat yang menyebutkan bahwa As-Samiri adalah Musa bin Zhufar, keturunan salah satu kabilah Bani Israil yang disebut Samirah. Ia dinisbatkan ke kabilahnya.
Usia Musa bin Zhufar as-Samiri, tidak terpaut jauh dari Nabi Musa alaihissalam. Mereka berdua sama-sama dilahirkan pada “tahun-tahun penyembelihan.” Ketika Firaun menyembelih setiap anak lelaki Bani Israil yang lahir dan membiarkan yang perempuan.
Perbuatan kejam ini dilakukan Firaun karena ia terpengaruh keterangan para peramal yang menakwil mimpinya: bahwa api yang melalap istana yang ia lihat dalam mimpi, merupakan isyarat akan lahirnya seorang anak lelaki dari Bani Israil yang di tangannya kelak kekuasaan Firaun akan lenyap.
Materi Khutbah Jumat: Pilih Bersama Musa, atau Bersama Firaun?
Pada saat itu, wanita-wanita Bani Israil yang hamil, begitu usia kandungannya sudah mendekati hari perkiraan lahir, mereka harus bersusah payah mendaki bukit-bukit tinggi dan melakukan proses persalinan di sana. Apabila bayi yang lahir adalah perempuan, mereka akan membawa serta bayinya kembali. Tetapi jika yang lahir adalah bayi laki-laki, mereka akan meninggalkannya karena takut bayinya akan dibunuh.
Siapa yang memberi makan bayi lelaki yang ditinggal itu?
Dalam hal ini, Allah telah menugaskan Jibril alaihissalaam. Dan di antara bayi lelaki yang diasuh Jibril adalah Musa bin Zhufar as-Samiri! Inilah sebab kenapa Samiri mempunyai pengetahuan yang tidak diketahui oleh orang lain. Ia mengetahui “jejak tapal kuda tunggangan” Jibril yang kemudian ia ambil segenggam, qabdhatan min atsarir rasuul.
Kata-katanya ini telah diabadikan dalam Surat Thaha ayat 96.
قَالَ بَصُرْتُ بِمَا لَمْ يَبْصُرُوْا بِهٖ فَقَبَضْتُ قَبْضَةً مِّنْ اَثَرِ الرَّسُوْلِ فَنَبَذْتُهَا وَكَذٰلِكَ سَوَّلَتْ لِيْ نَفْسِيْ
“Dia (Samiri) menjawab, ‘Aku mengetahui sesuatu yang tidak mereka ketahui, jadi aku ambil segenggam (tanah dari) jejak rasul lalu aku melemparkannya (ke dalam api itu), demikianlah nafsuku membujukku.’”
Hari berganti hari. Musa, sang nabi, tumbuh dewasa di istana Firaun. Sementara Musa as-Samiri, tumbuh dewasa di tempat yang jauh. Ketika masa-masa pelarian Bani Israil dari Mesir semakin dekat, Samiri berada di antara kaum Nabi Musa.
Ketika Firaun mengejar mereka sampai ke tepian samudera, dan dengan tongkatnya Nabi Musa membelah laut, kemudian digiringnya Bani Israil untuk memasukinya, lalu Firaun menyusul dan mengerahkan seluruh pasukannya, Jibril pun hadir membersamai mereka; ia berada di atas kudanya, di tengah-tengah antara Musa dan Firaun.
Dalam pada itu, butiran pasir mengepul-karena jejak tapal kuda Jibril-seakan-akan ada ruhnya (hidup). Inilah keistimewaan yang Allah berikan kepada Jibril yang kerap dipanggil dengan sebutan ar-ruuh.
Samiri mengetahui dan merasakan kehadiran Jibril. Sosok malaikat yang mendatangi dan mengasuhnya waktu kanak-kanak. Peristiwa pasir/debu bergerak seolah memiliki ruh ini, hanya diketahui oleh Samiri. Bani Israil yang lain tidak berpaling untuk melihat peristiwa itu. Inilah tafsir dari ayat yang berbunyi, “… Aku mengetahui sesuatu yang mereka tidak mengetahuinya.”
Setelah Nabi Musa berhasil menyeberangkan Bani Israil, dan Allah memerintahkan lautan untuk menenggelamkan Firaun berikut pasukannya, kemudian Nabi Musa pergi untuk perjumpaan dengan Tuhannya, dan ia telah menugaskan saudaranya, Harun, untuk membimbing kaumnya. Ketika itulah Samiri mulai beraksi.
Ia mengumpulkan dan menyita emas serta perhiasan dari perempuan Bani Israil. Perhiasan yang mereka anggap sebagai pinjaman dari wanita-wanita Mesir.
Samiri berkata pada mereka, “Emas ini tidak halal bagi kalian.”
Lalu Samiri menaburi emas dan perhiasan tersebut dengan pasir yang ia ambil dari jejak tapal kuda Jibril sehingga patung sapi emas itu mengeluarkan suara dan seakan-akan hidup.
Samiri menyuruh mereka menyembah sapi emas buatannya itu. Mayoritas kaum Nabi Musa mengikuti ajaran Samiri. Kecuali Nabi Harun dan sebagian kecil dari Bani Israil.
Hal inilah yang membuat Nabi Musa marah besar. Ketika ia kembali, dan mendapati kaumnya telah tersesat padahal hanya ditinggal sesaat, Nabi Musa merebut patung sapi emas itu dan membakarnya. Bukan hanya itu, ia juga mengusir Samiri dan para pengikutnya.
Pelajaran dari Kisah Samiri
Pelajaran apa yang bisa dipetik dari fragmen kisah ini?
Pertama: Jangan menyerah dengan keadaan dan masa lalu yang buruk
Tidak penting bagaimana engkau dahulu, yang terpenting bagaimana engkau berakhir.
Tulislah sejarah hidupmu dengan jejak-jejak kebaikan. Tidak perlu minder saat melihat mereka yang kamu anggap lebih unggul karena punya privillage.
Anak Kyai belum tentu jadi ulama. Anak pencuri belum tentu jadi penjahat. Ambillah hikmah dari kenyataan ini: Musa yang diasuh Firaun menjadi seorang nabi. Sedangkan Samiri yang diasuh Jibril malah menjadi pendiri sekte sesat penyembah sapi.
Kedua: Jika Allah sudah berkehendak, tidak ada satu makar pun yang dapat merintangi
Jika Allah sudah berkehendak, tidak ada satu makar pun yang dapat merintangi, dan tidak ada satu kewaspadaan pun yang bisa mencegahnya.
Firaun telah membunuh ribuan bayi lelaki karena takut di antara mereka akan tumbuh seseorang yang kelak mengancam kekuasaannya. Namun, saat anak yang dikhawatirkan itu lahir, ia bahkan mengasuhnya di istananya sendiri.
Ketiga: Perasaan dalam hati orang beriman adalah bagian dari tentara-tentara Allah
Dia menambatkan keteguhan di hati ibunda Musa agar ia menghanyutkan bayinya di sungai. Cara yang anti-mainstream karena ibu-ibu Bani Israil pada umumnya menyembunyikan anak mereka di bukit.
Allah menambatkan cinta di hati Asiyah istri Firaun. Dengan cinta itu, Allah merealisasikan ketentuan-ketentuan-Nya. Allah mengambil Musa dari seorang ibu dan menyerahkannya kepada seorang ibu.
Keempat: Permisalan
Kisah ini mengingatkan kita pada permisalan terburuk bagi orang yang tidak menjadi baik padahal hidup di lingkungan yang baik.
Serta permisalan terbaik bagi orang yang bisa menjadi baik padahal hidup di lingkungan yang buruk. Samiri menjadi kafir, tidak mendapat hidayah, padahal hidup dalam pengasuhan Jibril, malaikat penyampai wahyu.
Dari rumah seorang nabi muncul anak yang kafir, seperti putra Nabi Nuh alaihissalam. Sedangkan dari rumah orang kafir, muncul seorang nabi seperti Ibrahim bin Azar.
Sama seperti kasus seorang istri kafir padahal suaminya mukmin: istri Nuh dan Luth. Dan Allah telah membangunkan istana di surga untuk Asiyah, padahal suaminya Firaun yang mengaku tuhan.
Kelima: Tercelanya sifat kufur nikmat
Manusia cepat lupa dan lalai akan kenikmatan yang mereka dapatkan. Terutama Bani Israil.
Lihatlah bagaimana mereka diselamatkan dan diistimewakan oleh Allah. Tetapi mereka malah menyembah sapi tidak lama setelah melihat kebesaran Allah yang membelah lautan untuk mereka.
Kepada Allah saja tidak tahu cara bersyukur apalagi kepada sesama manusia. Bani Israil adalah kaum yang paling banyak nabinya, tapi paling sedikit imannya.
Sejarah mencatat, orang-orang Yahudi sering kali tidak tahu cara balas budi. Sudah dikasih tempat oleh Turki Utsmani saat mereka diusir dari Andalusia, tetapi mereka malah melumpuhkan pemerintahan Turki Utsmani dari dalam.
Di Palestina, mula-mula mereka datang untuk mengungsi. Disambut sebagai tamu, tetapi sekarang malah menyiksa, memerangi dan menjajah kaum muslimin yang telah lama tinggal di sana. Pantaslah jika Allah mengutuk dan melaknat Bani Israil yang kufur nikmat.
Keenam: Penyebab utama terjadinya kesesatan adalah karena mengikuti hawa nafsu
Perhatikanlah kata-kata Samiri ketika ia menjelaskan alasan kenapa membuat patung sapi, kadzalika sawwalat lii nafsi. (Demikianlah, hawa nafsuku telah menggiringku untuk berbuat seperti itu). Kata sawwala artinya zayyana maa laysa bi zaynin (menghias sesuatu yang sebenarnya tidak indah menjadi terlihat indah).
Jika hari ini sekte sesat penyembah setan bermunculan bahkan menjamur, bisa dipastikan semua itu karena memperturuti hawa nafsu yang telah dibutakan oleh kecintaan terhadap dunia. Bahkan ada ritual mandi massal, campur baur pria-wanita di tempat tertentu untuk pesugihan. Wal ‘iyaadzu billah.
Ketujuh: Metode pelenyapan berhala paling efektif
Salah satu metode pelenyapan berhala paling efektif dan paling efisien adalah dengan dibakar dan abunya dibuang ke laut.
Sebab, dengan demikian, berhala itu tidak bisa dikembalikan lagi seperti semula. Inilah yang dilakukan oleh Nabi Musa alaihissalam sebagaimana tercantum dalam ayat 97. Lanuharriqannahu tsumaa lanansifannahu fil yammi nasfa.
Kedelapan: Pentingnya sosok pemimpin yang kuat dan karismatik untuk mengawal akidah umat
Dalam kisah ini, Bani Israil tersesat ketika ditinggal oleh Nabi Musa alaihissalam. Dan yang menggantikan posisinya adalah Nabi Harun alaihissalam. Tetapi tampaknya Bani Israil tidak begitu segan kepada Nabi Harun jika dibandingkan dengan sikap mereka kepada Nabi Musa yang terlihat lebih berwibawa.
Harun sendiri yang mengatakan bahwa kaumnya meremehkan dia, menganggapnya lemah, dan hampir saja membunuhnya. Innal qauma istadh’afuuni wa kaadu yaqtuluunani. (QS. Al-A’raf: 150). Wallahu a’alm bish shawab. Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq. (Muhammad Faishal Fadhli/dakwah.id)
Artikel Spesial Ramadhan terbaru: