Keutamaan Malam Lailatul Qadar — Hadits Puasa #22
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: مَنْ قَامَ لَيْلَةَ القَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,
“Barang siapa menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan sepenuh iman dan pengharapan, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu dan yang akan datang.” (HR. Al-Bukhari No. 1902; HR. Muslim No. 957)
Baca juga: 6 Hikmah Puasa Ramadhan — Hadits Puasa #1
Hadits di atas mengisyaratkan keutamaan Lailatul Qadar dan keutamaan menghidupkan malam Lailatul Qadar.
Orang yang menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan sepenuh iman kepada Allah ‘azza wajalla dan iman terhadap pahala yang disiapkan Allah ‘azza wajalla bagi mereka, berharap penuh akan pahala dan balasan berupa ampunan dari dosa-dosa, maka ia akan mendapatkan apa yang ia harapkan dari Allah ‘azza wajalla.
Mengenal Malam Lailatul Qadar
Malam Lailatul Qadar adalah malam penuh kemuliaan yang sangat diistimewakan Allah ‘azza wajalla.
Allah ‘azza wajalla menjadikan malam Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik dari seribu bulan. Kebaikan berupa keberkahan malamnya dan keberkahan amal shalih yang dilakukan oleh seorang hamba pada saat itu.
Baca juga: 12 Keutamaan Shalat Malam dalam Al-Quran dan Hadits Shahih
Ibadah yang dilakukan di malam Lailatul Qadar dijanjikan Allah ‘azza wajalla sebagai ibadah yang nilainya lebih baik dari ibadah selama seribu bulan. Seribu bulan yang setara dengan 83 tahun 4 bulan.
Keutamaan malam Lailatul Qadar selain itu yang menjadikannya penuh barakah adalah ketetapan Allah ‘azza wajalla yang menurunkan al-Quran pada malam tersebut.
Allah ‘azza wajalla berfirman,
اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Quran) pada malam Lailatul Qadar.” (QS. Al-Qadr: 1)
وَمَآ اَدْرٰىكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِۗ
“Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadar itu?” (QS. Al-Qadr: 2)
لَيْلَةُ الْقَدْرِ ەۙ خَيْرٌ مِّنْ اَلْفِ شَهْرٍۗ
“Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan.” (QS. Al-Qadr: 3)
تَنَزَّلُ الْمَلٰۤىِٕكَةُ وَالرُّوْحُ فِيْهَا بِاِذْنِ رَبِّهِمْۚ مِنْ كُلِّ اَمْرٍۛ
“Pada malam itu turun para malaikat dan Ruh (Jibril) dengan izin Rabbnya untuk mengatur semua urusan.” (QS. Al-Qadr: 4)
سَلٰمٌ ۛهِيَ حَتّٰى مَطْلَعِ الْفَجْرِ
“Sejahteralah (malam itu) sampai terbit fajar.” (QS. Al-Qadr: 5)
Baca juga: Malam Ganjil Bertepatan dengan Malam Jumat, Pertanda Lailatul Qadar?
Ketika menguraikan tafsir surat al-Qadar ayat 4, imam Ibnu Katsir mengatakan,
“Banyaknya malaikat yang turun pada malam Lailatul Qadar disebabkan karena banyaknya barakah pada malam tersebut. Dan malaikat turun bersama dengan barakah dan rahmat. Sebagaimana turunnya mereka ketika al-Quran dibaca.
Sebagaimana turunnya mereka menyelimuti kerumunan orang yang melantunkan zikir. Sebagaimana pula ketika mereka turun menghamparkan sayap-sayap mereka di hadapan para penuntut ilmu yang bersungguh-sungguh, sebagai bentuk hormat dan memuliakan mereka. (Tafsir Ibnu Katsir, 8/465)
Disebut dengan Lailatul Qadar karena malam tersebut adalah malam ketika Allah ‘azza wajalla menetapkan takdir yang berjalan pada tahun tersebut. Sebagaimana firman Allah ‘azza wajalla,
فِيْهَا يُفْرَقُ كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍۙ
“Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad-Dukhān: 4)
Baca juga: Wajib Mengamalkan Al-Quran — Hadits Puasa #7
Qatadah menafsirkan ayat tersebut dengan,
يُفْرَقُ فِيْهَا أَمْرُ السَّنَةِ
“Dijelaskan di dalamnya segala urusan dalam satu tahun.” (Tafsir ath-Thabari, 25/65; Fadhail al-Auqath, 216. Riwayat ini sanadnya shahih)
Menurut Ibnul Qayyim, penafsiran Qatadah inilah penafsiran yang tepat. (Syifaul ‘Alil, Ibnul Qayyim, 42)
Malam Lailatul Qadar inilah malam yang dipilih Allah ‘azza wajalla untuk mengawali turunnya al-Quran.
Oleh karena itu, hendaknya setiap muslim menyadari adanya keutamaan malam Lailatul Qadar dengan sebenar-benarnya, menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan sepenuh iman dan rasa rakus terhadap pahala dari Allah ‘azza wajalla, memperbanyak doa di malam-malam yang diprediksi secara ilmu sebagai malam Lailatul Qadar.
Baca juga: Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan — Hadits Puasa #21
Imam Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
وَالْمُسْتَحَبُّ الْإِكْثَارُ مِنَ الدُّعَاءِ فِي جَمِيعِ الْأَوْقَاتِ وَفِي شَهْرِ رَمَضَانَ أَكْثَرُ، وَفِي الْعَشْرِ الْأَخِيرِ مِنْهُ ثُمَّ فِي أَوْتَارِهِ أَكْثَرُ
“Dianjurkan untuk memperbanyak doa di seluruh waktu di bulan Ramadhan, dan lebih memperbanyak lagi di sepuluh hari terakhir Ramadhan, kemudian di malam ganjil dari sepuluh hari terakhir Ramadhan.”
وَالْمُسْتَحَبُّ أَنَّ يُكْثِرَ مِنْ هَذَا الدُّعَاءِ: اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي.
“Dan dianjurkan pula untuk memperbanyak doa ini, ‘Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘anii (Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pengampun dan mencintai ampunan, maka ampunilah aku)’.” (Tafsir Ibnu Katsir, 8/472)
Baca juga: Fikih Prioritas: Amalan Mana yang Harus Didahulukan?
Demikian agung kemuliaan dan keutamaan malam Lailatul Qadar, maka mari kita berlomba-lomba untuk meraih pahala di malam tersebut sebanyak-banyaknya. Wallahu a’lam [Sodiq Fajar/dakwah.id]
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ فِي دِينَا وَدُنْيَانَا، وَأَهْلِيْنَا وَأَموَالِنَا، اَللَّهُمَّ اسْتُرْ عَوْرَتِنَا وآمِنْ رَوْعَاتِنَا، اَللَّهمَّ احفظنَا مِنْ بَينِ أَيْدِيْنَا ومِنْ خَلْفِنَا، وَعَنْ أَيْمَانِنِا، وَعَنْ شَمَائِلِنَا، ومِنْ فَوْقِنَا، وَنَعُوْذُ بِعَظَمَتِكَ أنْ نَغْتَالَ مِنْ تَحْتِنَا.
Ya Allah, sesungguhnya aku meminta ampunan kepada–Mu di dunia dan akhirat. Ya Allah, aku memohon ampunan dan keselamatan kepada-Mu pada urusan agamaku, duniaku, keluargaku, dan hartaku. Ya Allah, tutuplah auratku, tenangkanlah aku dari rasa takutku. Ya Allah, jagalah aku dari arah depan dan belakangku, arah kanan dan kiriku, serta dari arah bawahku. Aku berlindung dengan kebesaran-Mu agar aku tidak dihancurkan dari arah bawahku.
Diadaptasi dari kitab: Mukhtashar Ahadits ash-Shiyam
Penulis: Syaikh Abdullah bin Shalih al-Fauzan
Penerjemah: Sodiq Fajar