materi khutbah jumat sucikan hati raih ridha ilahi dakwah.id

Materi Khutbah Jumat: Sucikan Hati Raih Ridha Ilahi

Terakhir diperbarui pada · 4,897 views

Materi Khutbah Jumat
Sucikan Hati Raih Ridha Ilahi

Pemateri: Amir Sahidin, M.Ag.
Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga

  • Link download PDF materi khutbah Jumat ada di akhir tulisan.
  • Jika ingin copy paste materi khutbah Jumat ini untuk keperluan repost di media lain, silakan baca dan patuhi ketentuannya di sini: copyright

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِي نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْلَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا.

وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اِتَّقِ اللهِ حَيْثُمَا كُنْتَ، وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ.

Kaum muslimin rahimakumullah

Pertama-tama, marilah kita panjatkan puja dan puji syukur ke hadirat Allah subhanahu wataala, dengan nikmat-Nya dan hidayah-Nya kita dapat berkumpul di sini, menunaikan shalat Jumat secara berjamaah.

Kedua kalinya,shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang telah menyampaikan agama yang sempurna ini kepada umat manusia. Semoga kita termasuk ke dalam golongan orang-orang yang selalu berpegang teguh dengan ajaran beliau hingga ajal menjemput.

Ketiga kalinya, di sini khatib mewasiatkan kepada diri pribadi dan kepada para jamaah sekalian, untuk senantiasa bertakwa dengan sebenar-benar takwa. Yaitu senantiasa menjalankan perintah-perintah Allah kapan pun dan di mana pun kita berada. Karena sebaik-baik bekal kita kelak untuk menuju Allah Ta’ala adalah dengan ketakwaan.

Kaum muslimin rahimakumullah

Hati memiliki peran yang sangat penting pada diri manusia. Di mana hati ibarat raja bagi seluruh anggota badan. Jika hati baik, maka seluruh anggota badan pun akan menjadi baik. Sebaliknya, jika ia buruk maka seluruh anggota badan akan menjadi buruk.

Demikian itu karena di dalam hati terdapat keikhlasan yang merupakan kunci diterimanya amal, rasa sabar dan syukur yang merupakan kesempurnaan iman. Juga terdapat rasa cinta, harap, dan takut yang merupakan kesempurnaan ibadah. Bahkan kehendak dan berpikir pun termasuk dari amalan hati.

Semua ini menunjukkan betapa pentingnya memerhatikan kondisi kesehatan hati dalam syariat Islam.

Pembagian Hati Manusia

Kaum muslimin rahimakumullah

Hati dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.

Pertama: Hati yang Sehat

Hati yang sehat merupakan hati yang selamat. Sebab kelak pada hari kiamat, setiap hamba yang menghadap Allah subhanahu wataala tanpa membawa hati yang sehat ini, ia akan celaka.

Hal ini sebagaimana firman Allah dalam surat asy-Syu’ara ayat 88—89,  

يَوْمَ لَا يَنْفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ، إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ

“(Yaitu) pada hari (ketika) harta dan anak-anak tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.”

Hati yang sehat atau selamat ini dapat didefinisikan sebagai hati yang terbebas dari setiap syahwat, yaitu keinginan yang bertentangan dengan perintah Allah; dan terbebas dari setiap syubhat, yaitu ketidakjelasan yang menyeleweng dari kebenaran.

Seorang hamba yang hatinya sehat akan selalu giat beribadah kepada Allah, juga senantiasa berhukum kepada Allah dan Rasul-Nya. Keinginan, kecintaan, rasa takut, rasa harap, bertawakal, dan niatnya semata-mata karena Allah subhanahu wataala.

Hati yang sehat juga mendorong pemiliknya untuk selalu mendahulukan Allah dan Rasul-Nya, sebagaimana firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 1,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُقَدِّمُوا بَيْنَ يَدَيِ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Kaum muslimin rahimakumullah

Kedua: Hati yang Mati

Hati yang mati merupakan hati yang tidak mengenal Allah subhanahu wataala.

Seorang hamba yang hatinya mati enggan beribadah kepada-Nya dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Ia pun selalu berjalan bersama hawa nafsu dan kenikmatan duniawi meskipun itu dibenci oleh Allah.

Seorang hamba yang hatinya mati tidak peduli dengan keridhaan dan kemurkaan Allah subhanahu wataala. Baginya, yang terpenting adalah memenuhi keinginan hawa nafsu. Sehingga apabila ia mencintai, membenci, menahan diri, dan memberi, semuanya karena hawa nafsunya.

Matinya hati ini tentu karena kedustaan dan dosa-dosa yang diperbuatnya. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam Surat al-Muthaffifin ayat 12—14,

وَمَا يُكَذِّبُ بِهِ إِلَّا كُلُّ مُعْتَدٍ أَثِيمٍ، إِذَا تُتْلَى عَلَيْهِ آيَاتُنَا قَالَ أَسَاطِيرُ الْأَوَّلِينَ، كَلَّا بَلْ رَانَ عَلَى قُلُوبِهِمْ مَا كَانُوا يَكْسِبُونَ

Dan tidak ada yang mendustakannya (hari pembalasan) kecuali setiap orang yang melampaui batas dan berdosa,

yang apabila dibacakan kepadanya ayat-ayat Kami, dia berkata,‘Itu adalah dongeng orang-orang dahulu.’

Sekali-kali tidak! Bahkan apa yang mereka kerjakan itu telah menutupi hati mereka.”

Kaum muslimin rahimakumullah

Ketiga: Hati yang Sakit

Hati yang sakit merupakan hati yang hidup, namun mengandung penyakit. Terkadang ia cenderung kepada “kehidupan”, dan terkadang pula ia cenderung kepada penyakit.

Tazkiyatun Nafsi #5: Penyebab Sakitnya Hati

Padanya terdapat kecintaan, keimanan, keikhlasan, dan tawakal pada Allah yang merupakan sumber kehidupannya. Akan tetapi, padanya pula ada kecintaan dan ketamakan terhadap syahwat, iri dengki, kesombongan, dan sifat ujub yang merupakan penyakit hati serta kehancurannya.

Sehingga hati yang sakit ini menjadikan pemiliknya lebih mengutamakan kehidupan dunia daripada kehidupan akhirat. Allah berfirman dalam Surat al-A’la ayat 16—17,

بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا، وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى

Sedangkan kamu (orang-orang kafir) memilih kehidupan dunia, padahal kehidupan akhirat itu lebih baik dan lebih kekal.”

Kaum muslimin rahimakumullah

Inilah tiga macam pengelompokan hati yang perlu kita ketahui bersama.

Di penghujung khutbah pertama ini, khatib ingin menyimpulkan materi yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahwa hati merupakan bagian tubuh yang sangat penting dalam diri manusia.

Hati dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, yaitu hati yang sehat, hati yang mati, dan hati yang sakit.

Untuk itu, barang siapa yang hatinya sehat, maka hendaknya ia selalu istiqamah dalam beramal hingga ajal menjemput.

Barang siapa yang hatinya mati, maka hendaknya ia senantiasa bertobat kepada Allah dengan taubatan nashuha.

Barang siapa yang hatinya sakit, maka hendaknya ia banyak beristigfar dan banyak melakukan amal saleh.

Marilah kita sucikan hati kita agar mendapatkan keselamatan di akhirat, dengan cara menjaga diri kita dari setiap syahwat dan syubhat. Juga dengan senantiasa berusaha mengikhlaskan niat di setiap amal saleh yang diperbuat.

Demikian materi khutbah Jumat tentang sucikan hati raih ridha Ilahi yang dapat khatib sampaikan. Semoga Allah senantiasa memberi kita hati yang sehat, hati yang selamat menuju Allah subhanahu wataala, aamiin ya Rabb.

Mari kita tutup dengan berdoa kepada Allah.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

KHUTBAH KEDUA

إِنّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِي نَفْسِي وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْم، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ. يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

 أَمَّا بَعْدُ؛

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّٰهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ.

أَمَّا بَعْدُ.

فَيَا عِبَادَ اللهِ اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ. يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيمًا.

اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَا صِغَارًا.

اَللّٰهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ، وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ.

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا.

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالْمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ.

اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْبَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالسُّيُوْفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ.

اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ حُكَّامًا وَمَحْكُوْمِيْنَ، يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اَللّٰهُمَّ اشْفِ مَرْضَانَا وَمَرْضَاهُمْ، وَفُكَّ أَسْرَانَا وَأَسْرَاهُمْ، وَاغْفِرْ لِمَوْتَانَا وَمَوْتَاهُمْ، وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِهِمْ، يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوْا اللهَ الْعَظِيْمَ الْجَلِيْلَ يَذْكُرْكُمْ، وَأَقِمِ الصَّلَاةَ.


Download PDF Materi Khutbah Jumat
Sucikan Hati Raih Ridha Ilahi
di sini:

Semoga bermanfaat!

Topik Terkait

Amir Sahidin, M.Ag

Pengajar PPTQ Ibnu Mas’ud, Purbalingga

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading