Gambar Materi Kultum Ramadhan Kesejahteraan Rakyat Tanggung Jawab Pemimpin Dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan: Tanggung Jawab Pemimpin terhadap Kesejahteraan Rakyatnya

Terakhir diperbarui pada · 297 views

Tulisan yang berjudul Tanggung Jawab Pemimpin terhadap Kesejahteraan Rakyatnya ini adalah seri ke-04 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1446 H yang ditulis oleh Ustadz Yasir Abdull Barr.

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَسْبَغَ عَلَيْنَا نِعَمَهُ الظَّاهِرَةَ وَالْبَاطِنَةَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ اَلْمَبْعُوثِ بِالْقُدْوَةِ الْحَسَنَةِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِاْلإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji milik Allah Ta’ala semata. Atas izin dan karunia-Nya, kita masih dapat bersua kembali dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah pada tahun ini.

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada suri teladan kita, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarganya, sahabatnya, serta umatnya yang sabar mengamalkan petunjuknya. Amma ba’du.

Ikut Merasakan Lapar dan Dahaga Fakir Miskin

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Salah satu hikmah disyariatkan shaum Ramadhan adalah agar orang-orang yang mampu secara ekonomi merasakan perihnya rasa lapar dan dahaga yang dirasakan oleh orang-orang fakir dan miskin.

Orang-orang fakir, miskin, janda, dan anak yatim hampir setiap hari merasakan kelaparan dan kehausan. Mereka mengalami kesulitan untuk sekadar makan dua atau tiga kali sehari secara layak.

Dengan melakukan shaum, orang-orang kaya akan ikut mencicipi sebagian kecil penderitaan yang menjadi rutinitas harian kaum fakir-miskin.

Dari sana, diharapkan timbul simpati dan empati terhadap derita kaum ekonomi lemah. Dari sana diharapkan timbul sikap dermawan dan peduli kepada nasib sesama manusia yang kurang beruntung nasib ekonominya.

Jurang Kesenjangan

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Tidak semua kelaparan, kemiskinan, dan kekurangan ekonomi itu terjadi karena kesalahan kaum fakir-miskin semata.

Sering kali kaum fakir-miskin sudah bekerja keras, membanting tulang, memeras keringat, sejak pagi sampai petang. Namun, keadaan ekonomi mereka tidak pernah mengalami perbaikan dan peningkatan yang berarti.

Salah satu faktornya karena dunia dikuasai oleh kaum kapitalis. Yaitu perusahaan-perusahaan raksasa dengan modal triliunan. Para pengusaha besar, yang memiliki kedekatan dengan para penguasa, melalui cara-cara kotor, seperti suap, kolusi, perampasan aset rakyat kecil, dan intimidasi dengan memperalat aparat-aparat keamanan.

Para penguasa, yang naik ke kursi kekuasaan dengan sokongan modal dari para pemodal raksasa tersebut, tunduk kepada kepentingan sponsor. Mereka menerbitkan kebijakan-kebijakan dan menetapkan peraturan-peraturan yang menguntungkan kaum kapitaslis, namun mencekik dan menghisap darah rakyat jelata.

Kolaborasi maut kaum pengusaha raksasa dan penguasa boneka inilah yang menciptakan jurang kesenjangan yang sangat dalam antara si kaya dan si miskin.

Inilah realita dunia hari ini. Inilah kejahatan kaum kapitalis, yang berkolaborasi dengan para penguasa yang tamak dan hidup hedonis. Akibatnya, kaum fakir, miskin, janda, anak-anak yatim, dan rakyat jelata lainnya hidup dengan nafas yang kembang-kempis. Hidup segan, mati tak mau.

Tanggung Jawab Pemimpin Sejati

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Dalam syariat Islam, penguasa memiliki tanggung jawab yang sangat besar terhadap kesejahteraan hidup seluruh rakyatnya.

Jika ada satu saja rakyatnya yang kelaparan, maka penguasa akan dimintai pertanggung jawaban Allah Ta’ala atas hal itu.

Jika ada satu saja rakyatnya yang sakit-sakitan, atau bodoh, maka penguasa akan dimintai pertanggung jawaban Allah Ta’ala atas akses layanan pendidikan dan kesehatan yang harus ia sediakan untuk segenap rakyatnya.

Imam al-Bukhari dan Muslim meriwayatkan sebuah hadits shahih sebagai berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا مِنْ مُؤْمِنٍ إِلَّا وَأَنَا أَوْلَى النَّاسِ بِهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ، اقْرَءُوا إِنْ شِئْتُمْ: {النَّبِيُّ أَوْلَى بِالْمُؤْمِنِينَ مِنْ أَنْفُسِهِمْ} [الأحزاب: 6]. فَأَيُّمَا مُؤْمِنٍ تَرَكَ مَالًا فَلْيَرِثْهُ عَصَبَتُهُ مَنْ كَانُوا، فَإِنْ تَرَكَ دَيْنًا، أَوْ ضَيَاعًا فَلْيَأْتِنِي فَأَنَا مَوْلاَهُ.

Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu meriwayatkan, Nabi shallallahuu ‘alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang mukmin pun di atas muka bumi ini, kecuali aku adalah orang yang paling layak mengurusnya di dunia maupun di akhirat. Bacalah jika kalian mau buktinya dalam firman Allah Ta’ala, ‘Nabi adalah orang yang lebih berhak atas orang-orang beriman daripada diri mereka sendiri.(QS. Al-Ahzab: 6)

Oleh karena itu, siapa pun seorang mukmin yang wafat dan meninggalkan harta warisan, niscaya harta warisan itu untuk ahli warisnya, siapa pun mereka. Adapun jika ada seorang mukmin yang wafat, dengan meninggalkan utang atau anggota keluarga yang kesusahan hidupnya, maka hendaklah ia mendatangiku, karena aku yang akan bertanggung jawab terhadapnya.” (HR. Al-Bukhari no. 2399, 4781; HR. Muslim no. 867)

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Subhanallah, masyaallah, inilah tanggung jawab pemimpin sejati. Ketika rakyatnya kesusahan hidupnya, pemimpin tampil ke depan, memberikan jaminan perlindungan, pembelaan, dan bantuan kepada rakyatnya.

Rasulullah shalllahu ‘alaihi wasallam berjanji akan melunasi utang si mayit, dan menjamin pemenuhan kebutuhan hidup anak-anak dan istri yang ditinggalkan si mayit.

Khutbah Jumat Bahasa Jawa: Amanah Jabatan Punika Awrat

Para ulama hadits menjelaskan bahwa makna, “ … maka hendaklah ia mendatangiku, karena aku yang akan bertanggung jawab terhadapnya” adalah:

وَلِيُّ الْمُتَوَفَّى أَتَوَلَّى أُمُورَهُ فَأُوْفِيْ دَيْنَهُ وَأَكْفُلُ عِيَالَهُ

“Aku akan menjadi wali dari orang mukmin yang wafat tersebut. Aku akan mengurus urusan-urusannya setelah ia wafat sehingga utang-utangnya akan aku lunasi dan kebutuhan hidup keluarganya akan aku penuhi.”

Al-Qadhi Iyadh bin Musa al-Yahshubi al-Maliki (w. 544 H) menyatakan,

وَهَذَا مِمَّا يَلْزَمُ الْأَئِمَّةَ مِنَ الْفَرْضِ فِي مَالِ اللّٰهِ تَعَالَى لِلذُّرِّيَّةِ وَأَهْلِ الْحَاجَةِ، وَالْقِيَامِ بِهِمْ وَقَضَاءِ دُيُونِ مُحْتَاجِيهِمْ.

Hal ini termasuk kewajiban yang harus dilakukan oleh para pemimpin terhadap harta Allah (yaitu harta kekayaan negara) terhadap anak-keturunan rakyatnya dan orang-orang yang membutuhkan, dengan cara memenuhi kebutuhan hidup mereka dan melunasi utang orang-orang yang membutuhkan.” (Al-Bahr Al-Muhîth Ats-Tsajjâj Syarh Shahîh Muslim ibni Al-Hajjâj, XVII/267)

Demikian materi kultum Ramadhan dengan tema “Tanggung Jawab Pemimpin terhadap Kesejahteraan Rakyatnya”. Semoga Allah senantiasa memberikan kita para pemimpin yang bertanggung jawab. Wallahu a’lam bish-shawab. (Yasir Abdull Barr/dakwah.id)

Topik Terkait

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading