materi kultum ramadhan budak hawa nafsu dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan: Agar Tidak Menjadi Budak Hawa Nafsu

Terakhir diperbarui pada · 263 views

Tulisan yang berjudul Agar Tidak Menjadi Budak Hawa Nafsu ini adalah seri ke-03 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1446 H yang ditulis oleh Ustadz Yasir Abdull Barr.

Contoh Pembuka Ceramah

اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَسْبَغَ عَلَيْنَا نِعَمَهُ الظَّاهِرَةَ وَالْبَاطِنَةَ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ اَلْمَبْعُوثِ بِالْقُدْوَةِ الْحَسَنَةِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِاْلإِحْسَانِ إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. أَمَّا بَعْدُ.

Segala puji milik Allah Ta’ala semata. Atas izin dan karunia-Nya, kita masih dapat bersua kembali dengan bulan Ramadhan yang penuh berkah pada tahun ini.

Shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada suri teladan kita, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam, keluarganya, sahabatnya, dan umatnya yang sabar mengamalkan petunjuknya. Amma ba’du.

Perbudakan Ruhaniah

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Setiap orang tentu ingin menjadi manusia merdeka dan tidak mau menjadi budak. Sayangnya, kebanyakan manusia justru secara substansi hidup sebagai “budak”, meskipun secara lahiriah mereka adalah manusia merdeka.

Perbudakan yang paling buruk adalah perbudakan ruhaniah atau perbudakan spiritual, yaitu ketika manusia menjadi budak dari insting kebinatangan dan hawa nafsunya sendiri. Seluruh waktu, tenaga, pikiran, harta, dan usahanya ditujukan untuk memuaskan keinginan hawa nafsunya.

Dari pagi sampai malam, waktunya hanya dihabiskan untuk memenuhi nafsu perut dan bawah perutnya. Tanpa peduli akhirat.

Baca juga: Kenali Hawa Nafsu yang Ada Pada Dirimu Agar Selamat dari Segala Kejelekan

Orang yang hidupnya dikendalikan oleh hawa nafsunya adalah orang-orang yang diperbudak oleh hawa nafsunya. Manusia hanya menjadi budak dan hamba, sementara hawa nafsu menjadi tuhan yang diagungkan, ditaati, dan disembah.

Apa pun yang diinginkan oleh tuhan hawa nafsu, selalu ia ikuti dan penuhi. Tanpa peduli halal dan haram lagi. Tanpa peduli taat dan maksiat lagi. Tanpa peduli pahala dan dosa lagi. Hatinya telah ditawan, dipenjara, dan diperbudak oleh hawa nafsunya.

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Allah Ta’ala berfirman, dalam al-Quran Surat al-Furqan ayat 43—44,

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًا (43)

اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا (44)

Sudahkah engkau (Nabi Muhammad) melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya? Atau, apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka tidak lain hanyalah seperti hewan ternak. Bahkan, mereka lebih sesat jalannya.”

Dalam ayat-ayat yang mulia di atas, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa orang-orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tujuan hidupnya adalah orang-orang yang telah mempertuhankan hawa nafsunya.

Imam Muhammad Thahir bin ‘Asyur at-Tunisi (w. 1393 H) dalam tafsirnya, at-Tahrîr wa at-Tanwîr, menjelaskan bahwa makna ayat ke-43 Surat al-Furqan di atas adalah

“Wahai Rasul, tidakkah engkau memperhatikan orang yang menjadikan hawa nafsu sebagai suri teladan dalam perbuatan-perbuatannya. Ia tidak melakukan suatu perbuatan pun, kecuali apabila sesuai dengan keinginan syahwatnya sehingga seakan-akan hawa nafsunya telah menjadi Tuhannya. Sebab, apa pun yang diinginkan oleh nafsunya senantiasa ia taati dan turuti.

Pada ayat ke-44 Surat Al-Furqan di atas, Allah Ta’ala menjelaskan bahwa mayoritas manusia yang telah menjadi budak hawa nafsu tidak mendapatkan petunjuk. Penyebabnya adalah mereka tidak mau belajar, mencari petunjuk, dan menempuh jalan kebenaran.

Allah subhanahu wataala berfirman,

اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَ

Atau, apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memikirkan?’

Ayat ini menjelaskan dua penyebab kesesatan mereka.

Sebab pertama, mereka tidak mau mendengar. Maknanya adalah mereka mendengarkan pembacaan al-Quran dan as-sunah, namun tidak mau mempelajari kandungan maknanya serta mengamalkan konsekuensinya.

Ayat-ayat syar’iyyah yang berupa al-Quran dan as-sunnah telah sampai kepada mereka. Namun, mereka enggan mempelajari, memahami, dan mengamalkannya.

Khutbah Jumat: Tundukkan Hawa Nafsu Menuju Ketaatan

Sebab kedua, mereka tidak memikirkan.

Maknanya adalah mereka melihat ayat-ayat kauniyah, tanda-tanda keesaan dan kekuasaan Allah dalam wujud alam semesta beserta seluruh makhluk di dalamnya.

Namun, mereka enggan mempelajarinya dan memikirkannya sehingga penciptaan alam semesta tidak sedikit pun mengantarkan mereka kepada ketundukan serta ketaatan kepada Allah Ta’ala.” (Tafsîr at-Tahrîr wa at-Tanwîr, VIII/284—286)

Budak Hawa Nafsu Lebih Rendah dari Hewan

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Dalam lanjutan ayat di atas Allah berfirman,

اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا

Mereka tidak lain hanyalah seperti hewan ternak. Bahkan, mereka lebih sesat jalannya.”

Dalam ayat tersebut, Allah menyatakan kedudukan para manusia budak hawa nafsu itu setingkat, atau bahkan lebih rendah derajatnya, daripada hewan ternak. Manusia budak nafsu disamakan dengan hewan ternak karena memiliki kesamaan orientasi hidup. Yaitu, mereka sama-sama hidup untuk memuaskan nafsu makan, minum, dan hasrat seksual.

Imam Muhammad Thahir bin Asyur menjelaskan bahwa para manusia budak hawa nafsu lebih rendah dan lebih menjijikkan dari hewan ternak karena beberapa alasan.

Pertama: Hewan ternak hanya memiliki nafsu, sementara manusia memiliki akal sehat di samping nafsu.

Kedua: Hewan ternak tidak memiliki ketamakan terhadap harta, sementara manusia memiliki ketamakan terhadap harta dan kekuasaan.

Ketiga: Hewan ternak masih mau mendengar dan menurut kepada teriakan, hardikan, dan cambukan dari penggembalanya. Adapun manusia budak manusia tidak mau mendengar nasihat, arahan, dan bimbingan dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam selaku penuntun umatnya.

Hikmah Shaum Ramadhan: Mengendalikan Hawa Nafsu

Jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah

Salah satu hikmah shaum Ramadhan adalah mendidik dan menggembleng kita untuk mampu mengendalikan hawa nafsu kita. Nafsu makan, minum, hasrat seksual, dan syahwat-syahwat halal lainnya dikekang selama siang hari bulan Ramadhan.

Jika kita mampu menahan diri dari melampiaskan nafsu-nafsu yang halal, semata-mata karena ketaatan kita kepada Allah Ta’ala, niscaya di luar Ramadhan kita akan lebih mampu untuk mengendalikan diri dari godaan nafsu-nafsu yang haram. Sebab, hidup bukan sekadar untuk melampiaskan hawa nafsu.

Demikian materi kultum Ramadhan “Agar Tidak Menjadi Budak Hawa Nafsu” yang dapat kami sampaikan. Semoga Allah menjadikan kita hamba yang senantiasa hanya mengabdi kepada-Nya. Wallahu alam bish-shawab. (Yasir Abdull Barr/dakwah.id)

Topik Terkait

Discover more from Dakwah.ID

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading