Sarana dakwah ada banyak. Ia harus diperhatikan sesuai dengan kondisi dan situasi yang ada. Termasuk situasi masa pandemi seperti saat ini.
Saat ini kita berada dalam situasi yang cukup mengkhawatirkan, yaitu situasi pandemi Covid-19. Situasi pandemi inilah yang membuat segala aktivitas kita dibatasi, sehingga berdampak pada kehidupan sosial bagi masyarakat sekitar.
Persebaran yang begitu cepat mengakibatkan pandemi Covid-19 ini meluas hampir menyeluruh ke penjuru dunia. Virus baru ini, datang membawa kendala yang cukup besar. Karenanya, membutuhkan penanganan yang akurat guna mengatasi virus tersebut.
Salah satu pencegahan yang dapat dilakukan oleh masyarakat dalam mengatasi wabah pandemi Covid-19 ini, yaitu dengan menerapkan PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Dengan aturan baru yang diberikan oleh pemerintah, masyarakat dapat menerapkan sistem PPKM dengan melakukan kegiatan di rumah. Seperti kegiatan belajar, bekerja, beribadah dan termasuk dalam kegiatan berdakwah.
Dakwah merupakan kegiatan yang menjadi kebutuhan bagi seluruh umat Islam. Kegiatan dakwah ini dapat menambah wawasan kita dalam bidang ilmu agama, menjalin silaturahmi sesama muslim, dan menjadi ladang pahala untuk menambah bekal kita.
Artikel Tsaqafah: Trend Menyebarkan Berita Dusta di Era Sosial Media
Dengan keadaan serta situasi saat ini, kita kesulitan untuk melakukan dakwah secara langsung. Akan tetapi, pandemi tersebut bukan menjadi alasan untuk berhenti melakukan dakwah. Dan orang-orang yang istiqamah dalam menunaikan kewajiban dakwah adalah orang- orang terbaik.
Allah subhanahu wata’ala berfirman,
كُنْتُمْ خَيْرَ اُمَّةٍ اُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ ۗ وَلَوْ اٰمَنَ اَهْلُ الْكِتٰبِ لَكَانَ خَيْرًا لَّهُمْ ۗ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُوْنَ وَاَكْثَرُهُمُ الْفٰسِقُوْنَ
“Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka. Di antara mereka ada yang beriman, namun kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik.” (QS. Ali Imran: 110)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَا مِنْ نَبِيٍّ بَعَثَهُ اللَّهُ فِي أُمَّةٍ قَبْلِي إِلَّا كَانَ لَهُ مِنْ أُمَّتِهِ حَوَارِيُّونَ وَأَصْحَابٌ يَأْخُذُونَ بِسُنَّتِهِ وَيَقْتَدُونَ بِأَمْرِهِ ثُمَّ إِنَّهَا تَخْلُفُ مِنْ بَعْدِهِمْ خُلُوفٌ يَقُولُونَ مَا لَا يَفْعَلُونَ وَيَفْعَلُونَ مَا لَا يُؤْمَرُونَ فَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِيَدِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِلِسَانِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَمَنْ جَاهَدَهُمْ بِقَلْبِهِ فَهُوَ مُؤْمِنٌ وَلَيْسَ وَرَاءَ ذَلِكَ مِنْ الْإِيمَانِ حَبَّةُ خَرْدَلٍ
“Tidaklah seorang nabi yang diutus oleh Allah pada suatu umat sebelumnya melainkan dia memiliki pembela dan sahabat yang memegang teguh sunah dan mengikuti perintah-perintahnya, kemudian datanglah setelah mereka suatu kaum yang mengatakan sesuatu yang tidak mereka lakukan, dan melakukan sesuatu yang tidak diperintahkan. Barang siapa yang berjihad dengan tangan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barang siapa yang berjihad dengan lisan melawan mereka maka dia seorang mukmin, barang siapa yang berjihad dengan hati melawan mereka maka dia seorang mukmin, dan setelah itu tidak ada keimanan sebiji sawi.” (HR. Muslim No. 71)
Hadits di atas menjelaskan bahwa Allah mengutus seorang Rasul untuk berdakwah kepada umatnya. Kemudian setelah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggal, yang melanjutkan estafet dakwah adalah para sahabat. Tugas dakwah ini senantiasa berlanjut sepeninggal era sahabat selama ribuan tahun, dan lintas generasi, hingga zaman kita sekarang ini.
Mereka adalah orang-orang beriman yang berdakwah dengan tangannya atau perbuatannya, ada pula yang berjihad ataupun berdakwah dengan lisannya, dan ada juga yang berjihad dengan hatinya.
Mereka semua adalah orang mukmin yang di dalam hatinya terdapat rasa iman kepada Allah dan Rasul-Nya, walaupun keimanan tersebut hanya sebesar biji sawi.
Saat ini, seluruh masyarakat mengandalkan media sosial untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Begitu pun dengan dakwah. Para pendakwah perlu menyesuaikan cara berdakwah dengan tidak hanya melakukan dakwah secara langsung seperti di masjid ataupun majelis ilmu.
Para pendakwah atau dai pun harus berusaha lebih baik lagi dalam mengolah materi dakwahnya, sehingga menarik minat para pendengar atau mad’u dengan tetap mengutamakan misi dakwah.
Beberapa Metode Berdakwah
Berdasarkan penggunaan sarana dakwah, salah satu metode berdakwah adalah melalui perdagangan. Sudah dari zaman dahulu kala, penyebaran agama Islam ini dilakukan melalui aktivitas perdagangan dari suatu negara ke negara lain. Dakwah Islam dilakukan dengan cara pendekatan secara langsung ke daerah yang akan disebarkan agama Islam.
Dakwah juga dapat dilakukan dengan metode berkeliling. Penyebaran agama Islam mulai dari zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sampai sekarang banyak melalui cara mendatangi tempat baru lalu mendakwahkan Islam di tempat tersebut.
Selain itu, aktivitas dakwah juga dapat dilakukan melalui kegiatan kemasyarakatan. Masyarakat Indonesia sudah terbiasa dengan cara metode dakwah kemasyarakatan, dengan cara mengadakan majelis ilmu, pengajian rutin, TPA, atau madrasah diniah.
Namun, beberapa sarana dakwah tersebut “terpaksa” harus terhenti sementara tersebab merebaknya wabah covid-19.
Media Sosial Sebagai Sarana Dakwah yang Efisien
Media sosial adalah salah satu jenis media online. Media sosial telah digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia.
Media sosial dimanfaatkan oleh masyarakat untuk berkomunikasi dengan orang lain, untuk mencari informasi, berbagi informasi. Selain itu, media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk mengetahui dan mengikuti salah satu acara kegiatan dakwah di media sosial ini.
Melalui media sosial, aktivitas dakwah menjadi lebih luas. Persebaran dakwah dapat menjangkau seluruh Indonesia bahkan ke penjuru dunia.
Dakwah dapat dilakukan pada platform media sosial mana pun. Bisa melalui sebuah blog dalam bentuk tulisan berupa sebuah artikel Islam, materi khutbah Jumat, kemudian pada platform Youtube dengan mengunggah sebuah video siaran tunda atau berupa animasi. Kita dapat menyebarluaskan pada media sosial lainnya: Instagram, Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Tiktok.
Artikel Fikih: Sisa Donasi Dana Acara Tabligh Akbar Harus Dikemanakan?
Tidak hanya itu. Di masa pandemi ini, banyak juga orang yang menggunakan media seperti Google Meet dan juga Zoom Meeting; jenis aplikasi komunikasi dengan menggunakan video.
Adanya platform tersebut bisa menjadi sarana dakwah bagi para da’i dalam secara langsung, sehingga kita dapat mengatasi permasalahan dalam melakukan kegiatan dakwah secara online.
Di saat pandemi seperti sekarang ini, penggunaan media sosial untuk kegiatan dakwah tentunya sangat bermanfaat bagi seluruh masyarakat muslim.
Sebagaimana media sosial juga sangat penting untuk menyiarkan agama, karena teknologi sekarang yang canggih saat ini tentunya akan memudahkan para pendakwah untuk menyampaikan materi atau pesan-pesan dakwahnya kepada umat.
Dakwah Memerlukan Kesabaran dan Keikhlasan
Umar radhiyallahu ‘anhu berkata,
وَجَدْنَا خَيْرَ عِيْشَنَا بِالصَّبْرِ
“Dan kami merasakan bahwa sebaik-baiknya hidup ini dilalui dengan kesabaran.” (Az-Zuhdu, Ahmad bin Hambal, 117)
Dakwah adalah tugas mulia yang memerlukan kesabaran ekstra. Selain itu, seorang pendakwah atau dai juga perlu ikhlas dalam mengemban amanah dakwah agar jiwanya bersih.
Tentunya, umat Islam dan para dai sedang mendapat ujian dengan pandemi virus Covid-19 ini semestinya selalu ingat kepada Allah subhanahu wata’ala. Ikhtiar dan tawakkal hanya mengharap pertolongan-Nya. Al-Quran telah mengabarkan bahwa manusia itu akan diuji. Wallahu a’lam. (Nenden H/dakwah.id)
Penulis: Nenden H
Editor: Ahmad Robith