Mehrunnisa (Nur Jahan) adalah salah satu wanita paling berpengaruh dalam sejarah Kerajaan Islam Mughal di India. Ia adalah istri dari Sultan Jahangir dan memainkan peran penting dalam pemerintahan, bahkan dianggap sebagai kekuatan di balik takhta selama masa kekuasaan suaminya.
Bagaimana kisah lengkapnya? Mari nikmati tulisan Ustadz Wildan Arief berikut.
Keluarga Imigran dari Persia
Dari banyak kerajaan-kerajaan Islam yang pernah berdiri dalam sejarah, Kerajaan Mughal yang agak jarang terbahas. Padahal pengaruhnya atas peradaban Islam tidak bisa dibilang kecil. Taj Mahal adalah salah satu contoh kecil dari besarnya pengaruh kerajaan itu.
Dari kerajaan yang menguasai hampir seluruh wilayah yang kini menjadi India, Pakistan, Bangladesh, dan Afghanistan itu, lahir pemimpin-pemimpin dan tokoh muslim yang berpengaruh bagi majunya peradaban Islam. Tidak hanya laki-laki, tetapi juga tokoh-tokoh perempuan hebat.
Salah satunya adalah Mehrunnisa. Muslimah hebat yang mencatatkan namanya dalam tinta sejarah.
Bapaknya adalah Mirza Ghiyas Beg, keluarga bangsawan dari Persia. Pada tahun itu, keluarga mereka mengalami kemerosotan ekonomi, kehidupan di tanah asalnya dirasa sulit.
Ghiyas Beg menjadi tertarik untuk pindah ke India, di mana saat itu kerajaan yang dipimpin oleh Sultan Akbar dikenal sebagai pusat budaya. Kekaisaran Mughal saat itu memang sedang berkembang pesat.
Ghiyas Beg dan Asmat Begum, istrinya, akhirnya bergabung dengan karavan pedagang yang dipimpin oleh seorang bangsawan bernama Malik Masud.
Baca juga: Mutiara di Tengah Gelap
Ketika sampai di Kota Kandahar—saat ini masuk wilayah Afghanistan, Asmat Begum yang saat itu hamil tua akhirnya melahirkan putri kecilnya. Tepatnya tanggal 31 Mei 1577. Bayi perempuan kecil itu lalu diberi nama Mehr-un-Nisa. Artinya, Matahari bagi para Perempuan.
Meski imigran, ayahnya dengan cepat menduduki posisi penting di Kerajaan Mughal. Terlebih lagi karena beberapa keluarganya sudah lebih dulu membantu pemerintahan Sultan Akbar.
Artikel sejarah: Uighur Turkistan Timur Sebagai ‘Tunas Peradaban’ (Cradle of Civilizations)
Ghiyas Beg memulai karier politiknya dengan langsung mendapatkan jabatan mansab, bertanggung jawab atas tiga ratus pasukan berkuda. Tak lama kemudian, ia diangkat sebagai diwan (bendahara) di Kabul. Kariernya terus meningkat hingga puncaknya nanti di pemerintahan Sultan Jahangir.
Kecerdasan orang tuanya seakan menurun pada Mehrunnisa, hingga ia tumbuh menjadi sosok yang cerdas pula.
Mehrunnisa menikah pada usia 17 tahun dengan Ali Quli Istajlu, seorang perwira Mughal. Dari pernikahan itu, lahirlah seorang putri, yang diberi nama Ladli Begum.
Hanya saja pernikahan itu tak berlangsung lama. Suami Mehrunnisa meninggal pada tahun 1607 karena konflik politik. Akhirnya, ia dibawa ke Istana Mughal dan hidup menjadi pelayan permaisuri Ruqaiya Sultan Begum.
Dari Pelayan hingga Pemimpin di Balik Layar
Bulan Maret tahun 1611 menjadi titik balik kehidupan Mehrunnisa. Di sebuah bazar istana, ia bertemu Sultan Jahangir. Terpikat oleh kecantikan dan pesonanya, Sultan langsung menikahi Mehrunnisa di tahun yang sama dan menjadikannya permaisuri.
Karena kecintaannya pada Mehrunnisa, Jahangir memberinya gelar kehormatan Nur Jahan. Artinya adalah cahaya dunia.
Tidak sebagaimana kebanyakan permaisuri, Mehrunnisa tidak mau menjadi sekadar penghias istana. Ketika Sultan Jahangir mulai melemah karena kecanduan opium dan alkohol, Mehrunnisa kemudian menggantikan kepemimpinannya di balik layar, sehingga kondisi pemerintahan bisa tetap stabil.
Beberapa peran penting yang dipegangnya dalam pemerintahan Mughal adalah
- Mengelola Administrasi Negara. Ia mengawasi perbendaharaan negara, mengatur pajak, serta memastikan keuangan kerajaan tetap stabil.
- Menjaga Stabilitas Keamanan. Ketika Jenderal Mahabat Khan mencoba merebut kekuasaan dengan menculik Jahangir pada tahun 1626, Mehrunnisa memimpin pasukan untuk menyelamatkan suaminya. Setelah upaya militer gagal, ia menggunakan diplomasi untuk membujuk pendukung Mahabat Khan sehingga pemberontakan bisa digagalkan dan Sultan dibebaskan.
- Mengendalikan Persaingan Internal di Istana. Dengan pengaruhnya, ia mencegah munculnya faksi-faksi yang berpotensi melemahkan pemerintahan. Ia juga menjaga keseimbangan antara pejabat Persia dan Turki agar tidak terjadi konflik di dalam kerajaan.
Ellison Banks Findly, seorang profesor emiritus di Trinity College, bahkan mengatakan dalam bukunya Nur Jahan: Empress of Mughal India,
“Never before in Mughal history had a woman exercised so much power. Nur Jahan issued royal decrees, minted coins in her name, and led troops into battle—her influence was unmistakable and undeniable.”
Warisan Mehrunnisa: Sang Cahaya Dunia
Mehrunnisa atau Nur Jahan tidak hanya piawai dalam politik, namun juga dalam seni dan budaya. Nur Jahan meninggalkan warisan penting bagi peradaban Islam secara umum, dan India-Persia secara khusus.
Ia memperkenalkan penggunaan marmer putih dalam mengarsitekturi bangunan monumen. Salah satunya ia gunakan dalam pembangunan Itimad-ud-Daulah, makam ayahnya.
Penggunaan marmer putih ini kemudian menjadi ciri khas dalam bangunan peninggalan Kerajaan Mughal, yang kemudian juga diterapkan dalam pembangunan Taj Mahal oleh Shah Jahan.
Baca juga: Kemunduran Turki Utsmani Dipicu Oleh Beberapa Faktor Ini
Nur Jahan berperan besar dalam mengembangkan tren mode di Istana Mughal. Ia merancang gaya busana yang lebih anggun dan elegan, memperkenalkan kain badla (bordir metalik) dan desain jahanara (kain bercorak mewah).
Selain itu, ia juga memopulerkan penggunaan kain pashmina dan brokat dengan motif khas Mughal, yang semakin memperkaya warisan tekstil kerajaan tersebut. Dalam bidang perhiasan, selera artistiknya juga memengaruhi desain perhiasan Mughal yang dikenal dengan detail yang megah dan rumit.
Nur Jahan seakan menjadi ikon bagi perkembangan seni dan mode dari kejayaan Kerajaan Mughal.
Setelah Sultan Jahangir wafat pada 1627, pengaruh Nur Jahan turut menurun. Ia menghabiskan sisa hidupnya di Lahore bersama putrinya, hingga wafat pada 17 Desember 1645. (Wildan Arief/dakwah.id)
Penulis: Wildan Arief
Referensi:
Ellison Banks Findly, Nur Jahan: Empress of Mughal India.
Shirin Yim Bridges, Nur Jahan of India.
Artikel Terkait: