Artikel berjudul “Tutur Kata yang Baik Mendatangkan Keberkahan” adalah artikel #06 dari serial Artikel Spesial Ramadhan 1444 H.
Kisah Inspiratif di Balik Tutur Kata yang Baik
“Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia.” (QS. Al-Baqarah: 83)
Ketika menadaburi ayat ini, dalam kitabnya yang berjudul Rasa’il min al-Quran, Adham Syarqawi menerangkan bahwa kata-kata yang baik bisa membuka banyak jalan, memperbaiki mental, dan menenangkan kegelisahan jiwa.
Kemudian beliau menyebutkan beberapa kisah inspiratif betapa tutur kata yang sederhana dan diucapkan dengan baik, dapat menggerakkan serta menjadi pemicu yang dahsyat untuk melahirkan orang-orang hebat.
“Siapa di antara kalian yang mau dengan senang hati menghimpun ash-Shahih?” demikian ungkap Ishaq bin Rahawaih di majelisnya.
Pertanyaan yang sederhana ini, ternyata, sangat berkesan di hati al-Bukhari, sehingga beliau pun menghimpun hadits-hadits shahih untuk kita.
“Sungguh, tulisanmu serupa tulisan para muhaddits.” Demikian kata al-Barzali kepada muridnya, adz-Dzahabi. Allah pun menjadikan adz-Dzhabi cinta ilmu hadits.
Dahulu, sebelum dikenal sebagai Imam Madzhab, asy-Syafi’i adalah orang yang sangat menyenangi syair. Sampai suatu ketika ia ditanya oleh sekretaris Mush’ab bin Zubair, “Di mana posisimu dalam fiqih, wahai asy-Syafi’i?”
Kata-kata yang sesimpel itu, telah menjadi inspirasi bagi asy-Syafi’i untuk menekuni fiqih hingga ia menjadi orang hebat sebagaimana kita kenal dan diungkapkan oleh Imam Ahmad: “Asy-Syafi’i bagaikan matahari bagi dunia, laksana kewarasan bagi manusia.”
Hal yang sama terjadi di masa ini. Adalah Syaikh Misyari Rasyid al-Afasi. Qari yang dicinta umat Islam dari berbagai belahan dunia karena suaranya yang merdu. Baik tilawah maupun nasyidnya, menjadi playlist favorit dan dinikmati oleh ratusan juta telinga.
Dahulu, sebelum dikenal sebagai qari’ dan munsyid, beliau adalah penyanyi lagu-lagu jahiliyah. Sampai tiba saatnya beliau didekati oleh seseorang yang berkata kepadanya,
“Suaramu sangat indah. Alangkah baiknya jika digunakan untuk melantukan ayat-ayat suci al-Quran.”
Sejak saat itu, beliau giat membaca dan menghafal al-Quran.
Imam Masjidil Haram, Syaikh Abdurrahman as-Sudais, juga mendapat berkah dari kata-kata yang baik.
Dikisahkan bahwa ketika ibunya marah, ia didoakan oleh sang ibu agar menjadi imam Masjid al-Haram,
“Pergi sana. Semoga engkau jadi seorang imam masjidil haram.”
Meski dalam keadaan marah, kata-kata yang terucap adalah doa kebaikan. Emosi yang terkendali. Dan lisan yang tidak pernah gagal mengeluarkan kebaikan.
Mendatangkan Keberkahan
Dalam al-Quran, perintah untuk berkata baik bukan hanya disebutkan sekali. Ayat yang redaksinya mirip dengan ayat di atas adalah surah al-Isra’ ayat 53,
وَقُلْ لِّعِبَادِيْ يَقُوْلُوا الَّتِيْ هِيَ اَحْسَنُۗ
“Dan katakanlah kepada hamba-hamba-Ku, hendaklah ia berkata dengan ucapan yang baik.”
Surah al-Baqarah: 83 adalah surah Madaniyah, sedangkan surah al-Isra: 53 adalah surah Makiyah. Menunjukkan betapa pentingnya menjaga tutur kata dan keharusan mencari diksi yang sopan, sampai-sampai ia menjadi adab yang senantiasa ditekankan di dua periode sirah nabawiyah.
Khutbah Jumat Singkat: Ilmu Meraih Keberkahan Hidup
Tidak salah jika Dr. Umar bin Abdullah al-Muqbil menempatkan ayat ini sebagai kaidah pertama dalam buku yang ia susun, Qawaid Quraniyyah lin Nafs wal Hayah. 50 Kaidah Qurani untuk Jiwa dan Kehidupan.
Dalam karyanya ini beliau mengutarakan bahwa kaidah penting ini diabaikan oleh banyak kaum muslimin dan justru dijaga betul-betul oleh para misionaris yang menjajakan ajaran Kristen. Kaidah ini sangat dibutuhkan kehidupan sehari-hari. Berinteraksi dengan siapa pun, harus menggunakan kaidah ini, terutama relasi dalam keluarga: anak dan orang tuanya, suami dengan istrinya.
Selain itu, di antara contoh penerapan ayat ini adalah tidak menghardik orang yang meminta-minta, “wa amma as-saila fa laa tanhar.”
Hal yang perlu digarisbawahi, bahwa makna “as-sail” orang yang meminta dalam ayat ini bukan hanya para pengemis. Tetapi juga para penuntut ilmu.
Hendaknya para guru bertutur kata lembut kepada muridnya, dan dilarang menghardik mereka. Bahkan jika murid melakukan kesalahan fatal sekalipun, sehingga membuat sang guru marah, tidak boleh baginya mengeluarkan kata-kata kotor. Cukup diberi peringatan dan teguran, tak perlu memaki atau mencaci.
Jika Adham Syarqawi menekankan bahwa ucapan yang baik dapat menginspirasi lahirnya karya luar biasa sepanjang masa, Dr. Umar al-Muqbil mengingatkan kita bahwa kata-kata yang lembut, bisa mendatangkan kecintaan dan keridhaan dari Allah, karena ia merupakan salah satu sifat utama hamba-hamba pilihan, ‘Ibadurrahman.’
وَّاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
Wa idzaa khathabahumul jahiluuna qaluu salaamaa.
“Dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan tutur kata yang baik.” (QS. Al-Furqan: 63)
Berdasarkan pemaparan singkat di atas, tidak berlebihan kiranya jika disimpulkan bahwa ucapan yang baik dan tutur kata yang lembut akan mendatangkan banyak keberkahan.
Akhirul kalam, demikianlah sekilas pembahasan, perenungan, dan penghayatan akhlak Qurani. Semoga menjadi tadzkirah bagi kita semua agar senantiasa menghindari kata-kata yang kasar dan tidak enak didengar. Wallahul muwaffiq ilaa aqwamith thariiq. (Muhammad Faishal Fadhli/dakwah.id)
Artikel Spesial Ramadhan terbaru:
MasyaAllah luar biasa
Alhamdulillah, semoga mencerahkan