01 materi kultum ramadhan waspada sifat ujub dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan 02: Waspada Sifat Ujub

Terakhir diperbarui pada · 2,062 views

Materi Kultum Ramadhan
Waspada Sifat Ujub

Tulisan yang berjudul Waspada Sifat Ujub ini adalah seri ke-02 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1445 H yang ditulis oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِي جَعَلَ الرَّمَضَانَ شَهْرَ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى سَيِّدِ الْأَنَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الْأَعْلَامِ

Jamaah shalat tarawih rahimakumullah

Dalam al-Quran surat Yusuf ayat 111 Allah subhanahu wata’ala berfirman,

لَقَدْ كَانَ فِيْ قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِّاُولِى الْاَلْبَابِۗ مَا كَانَ حَدِيْثًا يُّفْتَرٰى وَلٰكِنْ تَصْدِيْقَ الَّذِيْ بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيْلَ كُلِّ شَيْءٍ وَّهُدًى وَّرَحْمَةً لِّقَوْمٍ يُّؤْمِنُوْنَ

Sungguh, pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang yang mempunyai akal. (Al-Quran) itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya, menjelaskan segala sesuatu, dan (sebagai) petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman.”

Salah satu kisah yang akan kita bahas pada pertemuan kali ini yaitu kisah Imam Ibnu Malik rahimahullah, pengarang kitab Alfiyah Ibnu Malik.

Imam Ibnu Malik rahimahullah adalah seorang ulama yang berhasil merumuskan 1002 bait berisikan kaidah-kaidah gramatikal Arab, khususnya dalam bidang ilmu nahwu dan sharaf.

Karya beliau ini menjadi salah satu rujukan utama bagi siapa saja yang ingin menekuni bahasa Arab. Bisa dibilang hampir tidak pernah ada orang yang ingin bisa bahasa Arab dan paham gramatikal Arab kecuali pasti harus melalui kitab ini.

Maka tak heran, jika di Indonesia, misalnya, kita bisa melihat bagaimana para santri di seantero Nusantara mempelajari kitab ini.

Ada kisah menarik di sela-sela penulisan kitab Alfiyah ini. Lebih tepatnya ketika beliau menuliskan di awal muqadimah kitabnya,

وَاَسْتَعِيْنُ اللهَ فِي أَلْفِيَّهْ مَقَاصِدُ النَّحْوِ مَحْوِيَّهْ

Dan aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup seluruh materi Ilmu Nahwu.”

تَقَرَّبَ الْأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ وَتَبْسُطُ الْبَذْلُ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ

Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat memberi penjelasan rinci dengan waktu yang singkat.”

وَتَقْتَضِي رِضًا بِغَيْرِ سُخْطِ فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِي

Kitab ini menuntut kerelaan tanpa kemarahan, melebihi kitab Alfiyah-nya Ibnu Mu’thi.”

Tepat di bait ini, Imam Ibnu Malik rahimahullah dihinggapi rasa ujub. Ujub dengan karyanya sampai merasa bahwa karyanya lebih baik, lebih komprehensif, atau dalam bahasa akademisi saat ini: lebih unggul. Rasa ujub itu terbawa sampai ke penulisan bait setelahnya,

فَائِقَةً لَهَا بِأَلْفِ بَيْتٍ

Mengunggulinya (karya Ibnu Mu’thi) dengan seribu bait.”

Sampai di bait ini, secara tiba-tiba Ibnu Malik terpatung. Ibarat komputer, pikiran beliau sempat “hang” alias error. Beliau tidak sanggup lagi untuk meneruskan baitnya karena tiba-tiba saja pikiran tak menentu. Hilang inspirasi. Dan itu dialaminya dalam beberapa hari.

Sampai suatu saat, di dalam mimpi, beliau dipertemukan dengan sosok orang tua. Orang tua itu bertanya kepada Ibnu Malik,

Saya dengar anda sedang menulis Alfiyah mengenai ilmu nahwu, apakah betul?”

Benar,” jawab Ibnu Malik

Sampai dimana?”

Faiqatan laha bi alfi baitin…”

Kenapa tidak dilanjutkani?”

Aku sudah tak sanggup.”

Pak tua tadi langsung bilang, “Mau saya bantu selesaikan?” 

Mau.”

Kemudian ia sambungan dengan kata-kata,

وَالْحَيُّ قَدْ يَغْلِبُ أَلْفَ مَيِّتٍ

Orang hidup memang kadang dapat menaklukkan seribu orang mati.”

Saat mendengar satu kalimat ini, Ibnu Malik langsung terperangah. Sadar diri bahwa ada yang salah dengan niatnya ketika menulis kitab ini. Yaitu sifat ujub dan berbangga diri terhadap diri sendiri.

Kalimat inilah yang menyadarkannya bahwa sebaik-baik karya para pelanjut tentu lebih baik karya para perintis. Al-Fadhlu Lil Mubtadi wa In Ahsanal Muqtadi.

Ia sadar diri bahwa karyanya tidak lebih baik dari karya Imam Ibnu Mu’thi yang sudah wafat. Ini adalah tamparan yang keras kepada Ibnu Malik dan beliau segera menanyakan, “Apakah kamu Ibnu Muthi?”

Benar.”

Kemudian Ibnu Malik sadar dan sangat malu sehingga keesokan harinya langsung membuang potongan bait yang belum diselesaikan dan menggantinya dengan dua ‘bait pertobatannya’ dari sifat ujub,

وَهُوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلَا مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلَا

Beliau (Ibnu Mu’thi) lebih bagus karena lebih awal. Beliau berhak atas apresiasiku yang indah.”

وَاللهُ يَقْضِي بِهِبَاتِ الْوَافِرَةِ لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الْآخِرَةِ

Semoga Allah melimpahkan karunianya yang luas untukku dan untuk beliau pada derajat yang tinggi di akhirat.”

Dari Imam Ibnu Malik rahimahullah kita belajar bahwa sifat ujub itu bisa merusak amal dan ilmu sebagaimana sabda baginda Nabi, sebagaimana diriwayatkan oleh imam ath-Thabarani dalam kitab Al-Mu’jam al-Ausath hadits nomor 5754,

فَشُحٌّ مُطَاعٌ، وَهَوًى مُتَّبَعٌ، وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ

Ada tiga hal yang membiasakan; satu, kikir yang ditaati; kedua, hawa nafsu yang dituruti; ketiga, sifat ujub seseorang kepada diri sendiri.”

Dari beliau juga kita belajar cepat sadar jika salah dan cepat memperbaiki diri.

Dengan dua sikap ini pula akhirnya karya Imam Ibnu Malik rahimahullah justru bertambah berkah dan bermanfaat. Maka tak heran hampir di seluruh dunia ada yang mengambil faidah dari karya beliau. Bahkan sudah tak terhitung berapa syarah atau penjelasan para ulama yang lahir dari kitab itu.

Demikianlah sepenggal kisah kehidupan Imam Ibnu Malik rahimahullah. Semoga ada manfaatnya bagi kehidupan dan kebaikan dunia dan akhirat kita. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamin. (Nofriyanto/dakwah.id)

Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

Materi Kultum Ramadhan Sebelumnya:

Topik Terkait

Nofriyanto, M.Ag

Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, Direktorat Islamisasi UNIDA GONTOR, Alumni Program Kaderisasi Ulama Gontor angkatan VII, Konsentrasi bidang pemikiran Islam

2 Tanggapan

Baarokallahu, semoga kita menjadi orang 2 yang tawadhu rendah hati

Terima kasih banyak atas ilmunya semoga lebih bermanfaat bagi umay

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *