020 materi kultum ramadhan Adab terhadap Nabi dakwah.id

Materi Kultum Ramadhan 20: Adab Terhadap Nabi Muhammad

Terakhir diperbarui pada · 151 views

Materi Kultum Ramadhan 20
Adab Terhadap Nabi Muhammad

Tulisan yang berjudul Adab Terhadap Nabi Muhammad ini adalah seri ke-20 dari serial Materi Kultum Ramadhan 1445 H yang ditulis oleh Ustadz Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

اَلْحَمْدُ لِلهِ الَّذِيْ عَلَّمَ بِالْقَلَمِ عَلَّمَ الْإِنْسَانَ مَا لَمْ يَعْلَمْ وَنُصَلِّى وَنُسَلِّمُ عَلَى حَبِيْبِنَا وَمَوْلَانَا مُحَمَّدٍ سَيِّدِ الْأَنَامِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَأُمَّتِهِ إِلَى يَوْمِ لِقَاءِ رَبِّ السَّلَامِ

Hadirin jamaah shalat Tarawih yang dirahmati Allah!

Adab merupakan salah satu inti ajaran Islam. Hal ini terlihat dari kandungan al-Quran dan hadits yang banyak mengajarkan umat agar memiliki adab yang baik. Baik kepada Allah maupun kepada selain-Nya.

Dari sekian banyak adab yang harus senantiasa dijaga adalah adab terhadap baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Pada kesempatan kultum taraweh kali ini, akan kita bahas secara garis besar dua adab terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Pertama: Al-Adab Al-Qauly (Adab Perkataan)

Adab terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang pertama berkaitan dengan lisan. Sebab lisan merupakan cerminan dari hati.

Siapa saja yang mengaku beradab terhadap Rasul dengan hatinya, ia juga harus beradab dengan lisannya. Ini juga merupakan konsekuensi iman dan bukti cinta kepada Nabi junjungan kita.

Setidaknya ada empat contoh adab terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam secara lisan.

Pertama: Tidak mendahului perkataan beliau dalam setiap urusan

Baik itu perintah maupun larangan. Izin maupun keputusan. Bagi seorang mukmin, mendahului perkataan beliau setelah wafatnya, sama artinya ia mendahuluinya saat beliau masih ada.

Allah subhanahu wataala melarang kita mendahului perkataan Nabi, sebagaimana yang disebutkan dalam surat al-Hujurat ayat pertama,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُقَدِّمُوْا بَيْنَ يَدَيِ اللّٰهِ وَرَسُوْلِهٖ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mendahului Allah dan Rasul-Nya dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.

Kedua: Tidak meninggikan suara di depan Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam

Meninggikan suara di hadapan Nabi dilarang karena itu termasuk salah satu perbuatan yang bisa menghilangkan pahala amal.

Jika sekedar mengangkat suara saja demikian buruk akibat dan dampaknya, lalu bagaimana nasib mereka yang merasa pendapatnya lebih benar dan lebih pintar dari Nabi shallallahu alaihi wasallam yang mulia?

Larangan meninggikan suara di depan Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam ini sebagaimana yang Allah sebutkan dalam ayat setelahnya, QS. Al-Hujurat: 2,

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَرْفَعُوْٓا اَصْوَاتَكُمْ فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوْا لَهٗ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ لِبَعْضٍ اَنْ تَحْبَطَ اَعْمَالُكُمْ وَاَنْتُمْ لَا تَشْعُرُوْنَ

Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap yang lain, nanti (pahala) segala amalmu bisa terhapus sedangkan kamu tidak menyadari.

Ketiga: Tidak menyebut secara langsung nama Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam

Apakah pantas seorang mukmin memanggil nama Nabinya dengan panggilan tanpa penghormatan dan pengagungan?

Di saat yang sama Allah subhanahu wataala sendiri tidak pernah memanggil Rasul-Nya tanpa disandingkan dengan risalah dan kenabiannya?

Coba perhatikan semua ayat dalam al-Quran saat Allah memanggil Nabi-Nya.

Yaa ayyuhan Nabi, ya ayyuhar Rasul, Muhammadur Rasulullaah, wa maa muhammadun illa rasulun, maa kaana muhammadun aabaaa ahadin min rijalikum walakirrasuulallah wa khaataman nabiyyin.

Bukankah kita segan dan sungkan memanggil langsung nama orang yang lebih tua, lebih alim, lebih berkedudukan dari kita? Bukankah Baginda shallallahu alaihi wasallam lebih pantas untuk kita segani dan hormati?

Khutbah Jumat Singkat: 5 Hak Nabi Muhammad

Larangan memanggil nama Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam secara langsung sebagaimana yang disebutkan dalam surat an-Nuur ayat 63,

لَا تَجْعَلُوْا دُعَاۤءَ الرَّسُوْلِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاۤءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًاۗ قَدْ يَعْلَمُ اللّٰهُ الَّذِيْنَ يَتَسَلَّلُوْنَ مِنْكُمْ لِوَاذًاۚ فَلْيَحْذَرِ الَّذِيْنَ يُخَالِفُوْنَ عَنْ اَمْرِهٖٓ اَنْ تُصِيْبَهُمْ فِتْنَةٌ اَوْ يُصِيْبَهُمْ عَذَابٌ اَلِيْمٌ

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul (Muhammad) di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sungguh, Allah mengetahui orang-orang yang keluar (secara) sembunyi-sembunyi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan atau ditimpa azab yang pedih.

Keempat: Bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam.

Seorang mukmin senantiasa senang bershalawat kepada Nabinya. Itu ia lakukan karena dorongan rasa cinta yang mendalam kepadanya. Juga bagian dari adab menjalankan perintah Rabb-nya yang senantiasa bershalawat kepada utusannya bersama para malaikatnya.

Kedua: Al-Adab Al-‘Amaly (Adab Perbuatan)

Adab terhadap Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam yang kedua adalah adab yang berkaitan dengan perbuatan.

Contoh beradab terhadap baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam dalam berbuat antara lain: mengamalkan risalah yang telah beliau sampaikan, berteladan kepadanya secara lahir dan batin, menjalankan sunah-sunahnya, berpegang teguh kepada sunahnya dan mendakwahkannya, menjadikannya sebagai pemutus perkara dalam segala permasalahan kehidupan, menolong agamanya, dan berusaha dengan maksimal menjalankan semua perintah serta menjauhi larangannya.

Tidak kalah penting, berteladan kepada Baginda Nabi shallallahu alaihi wasallam merupakan konsekuensi iman. Hal ini sebagaimana yang Allah tegaskan di dalam surat Ali Imran ayat 31,

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَاللّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

Artinya:“Katakanlah (Muhammad),‘Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu. Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.

Demikian sedikit ulasan terkait adab yang seyogyanya dijaga dan dilaksanakan oleh setiap mukmin terhadap Nabinya. Semoga Allah subhanahu wataala memberikan kita taufiq dan inayah-Nya dalam melaksanakannya dalam kehidupan. Aamiin ya Rabbal Alamiin. (Nofriyanto/dakwah.id)

Baca juga artikel Materi Kultum Ramadhan atau artikel menarik lainnya karya Nofriyanto Abu Kayyisa Al-Minangkabawy.

Materi Kultum Ramadhan Terbaru:

Topik Terkait

Nofriyanto, M.Ag

Dosen Prodi Aqidah dan Filsafat Islam UNIDA GONTOR, Direktorat Islamisasi UNIDA GONTOR, Alumni Program Kaderisasi Ulama Gontor angkatan VII, Konsentrasi bidang pemikiran Islam

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *